42. Akad

123 4 0
                                    


Akad pernikahan berlangsung dengan lancar tanpa kendala, jika menurut kaca mata keluarga Danuarta ini sangat sederhana. Beda lagi jika orang lain yang melihat maka bukan hanya sederhana tetapi ini mendekati mewah. Bagaimana tidak? Dimana tempat akad tertata serba putih, dari mulai meja yang dilengkapi dengan kain penutup meja (taplak) berwarna putih dengan bagian tengah dihiasi renda berwarna emas dan bagian ujung terdapat sepasang hiasan bunga sehingga terkesan manis, kemudian dilengkapi dengan enam kursi yang juga berwarna putih dan di lengkapi bunga pada bagian belakang sandarannya.

Tak hanya itu, disediakan pula dekor pengantin yang tidak terlalu besar namun terkesan mewah. Dipenuhi warna serba putih dengan hiasan bunga di sekitarnya. Ini semua atas permintaan dari Bunda Kendra yang memang menyukai bunga. Sedangkan Tissa, ia hanya mengiyakan semua yang calon mertuanya persiapkan di akadnya ini yang kata mereka berdua sangaat sederhana.

Di sudut ruang lain telah berjajar aneka macam makanan yang telah disiapkan oleh para pelayan, mereka sudah bekerja keras dalam mempersiapkan segala keperluan dan perlengkapan untuk dilaksanakannya akad dari putra Tunggal keluarga Danuarta. Bahkan yang hadir sebagai saksi cukup banyak karena Papa Kendra mengundang hampir 30 tetangga di sekitar rumah mereka untuk menjadi saksi.

Serta Tissa yang dirias dengan sangat cantik dan elegan dengan kebaya putih, desain yang sederhana namun terkesan mewah. Begitupula Kendra yang juga memakai jas senada dengan Tissa.

Orang tua Kendra merasa kurang puas dengan perayaan akad nikah yang menurutnya terlalu sederhana ini, sehingga mereka berjanji akan melakukan resepsi yang sangat mewah di lain waktu. Sebenarnya Tissa dan Kendra tidak begitu menuntut resepsi yang mewah, namun orang tua Kendra tetap kekeh akan melakukan resepsi putra tunggal mereka dengan mewah.

Pada akad nikah yang barusaja selesai berlangsung tersebut, dihadiri oleh nenek Tissa. Iya, Kendra berhasil membawa nenek Tissa. Semua dia lakukan demi Tissa, bahkan istrinya itu sampai menangis ketika kedatangan neneknya tadi. Tissa tak menduga jika, neneknya akan datang.

Jika kalian mengira hubungan Tissa dan neneknya telah membaik, maka kalian salah. Nenek Tissa tetap bersikap dingin pada Tissa, namun Tissa tak mempermasalahkan itu. Ia sudah cukup senang neneknya bisa datang dan ia berharap semoga lain waktu hubungan mereka bisa membaik.

Setelah semua orang saksi, para pelayan dan penghulu meninggalkan rumah kediaman Danuarta. Kini hanya tersisa lima orang dengan satu anak kecil, siapa lagi jika bukan Alin. Mereka tengah berkumpul di ruang tamu. Tissa yang sedari tadi duduk di samping neneknya yang tengah memangku Alin, jika dengan Alin sang nenek sangat bersikap hangat namun pada Tissa sebaliknya.

Tissa tak melepas tatapannya pada sang nenek, ia memperhatikan neneknya yang tengah berinteraksi kecil dengan Alin.

“Acara sudah selesai, kalau begitu saya akan pulang.” Ucap sang nenek

“Kenapa terburu-buru? Ibu bisa menginap saja di sini.” Tawar Bunda Kendra.

“Terimakasih atas tawarannya. Tapi saya harus pulang. Permisi.”

“Dan untukmu..” menjuruskan tatapan pada Kendra “Tepati janjimu.”

Janji? Perkataan nenek menimbulkan pertanyaan pada Tissa. “Janji apa?” Tanyanya namun tak dihiraukan oleh sang nenek yang kini melangkahkan kakinya untuk kembali pulang.

“Nenekk..” Tissa beranjak mengejar sang nenek “Tissa mau salim” Ucapnya. Namun sang nenek masih diam saja, dengan memberanikan diri Tissa meraih tangan sang nenek dan mengecupnya.

“H-hmm Tissa mau peluk ya nek.” Memang berani sekali Tissa ini, “G-“ Belum sempat neneknya mengucapkan kalimat penolakan, lagi dan lagi Tissa langsung memeluk erat sang nenek.

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang