"Udah hubungin sekarang." Satria terlihat heboh sendiri ketika memperhatikan Devan duduk di meja kasir sambil bertopang dagu. Menatap layar ponselnya sesekali berpikir apa yang akan dia lakukan dengan profil instagram Kania.
Sudah beberapa menit yang lalu dia memperhatikan instagram Kania. Tidak ada foto pribadinya kecuali foto-foto portofolio beberapa proyek yang sudah dikerjakan. Itu sangat menyebalkan bagi Devan. Bahkan tidak ada tanda-tanda Kania merespon akunnya. Kata follow back tidak muncul di layarnya saat itu.
"Dia bahkan nggak follback akun gue."
"Nggak ngerti kali kalau itu lo, makanya DM dong," sahut Satria kesal sendiri.
"Ya dikiranya gue sok asik banget." Devan mengerutkan kening. Malas-malasan memandang wajah Satria sekarang. "Waktu ketemu aja gue malu banget."
"Ya lo nggak percaya diri banget ama tampang sendiri. Lo tuh cakep meski udah tua. Cuman lemak perut aja kelihatan nongol tuh. Makanya banyak-banyak olahraga. Kalo cakep kan jadinya lo nggak grogi ngobrol ama cewek secakep Kania. Setara gitu."
"Gue harus ngomong apa dodol?" bentak Devan tidak kalah kesal. "Apa gue bikin story aja ya?"
"Ngomong kek, ini akun gue," pintah Satria. "Atau ngomong apa kek. Sok asik dikit. Anggap aja udah kenal." Devan pada akhirnya menekan tombol pesan di sana. Mengetik perkataan Satria di sana. "Toh lo nggak lihat ekspresinya. Jadi nggak perlu malu kali."
@dvnhutto:
Hai Kania. Masih ingat kan?
Ini aku Devan.
Anak kafe depan.Devan menggaruk kepalanya frustasi. 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit sampai 15 menit Kania tidak membalas pesannya. Bahkan membacanya saja tidak pernah.
"Gue batalin aja ya? Kayaknya Kania nggak pernah tertarik deh baca pesan dari orang asing." Devan masih menunjukkan muka juteknya. Harapannya sudah pupus.
"Tunggu aja dulu," jawab Satria kalem. "Nanti juga bakal balas."
"Dia bilang kemarin gue pasti ganggu banget."
"Sibuk kali. Namanya juga anak proyek," jawab Satria masih positif thinking. "Anak proyek mah kebanyakan gitu sibuk. Lo pikir buat bangunan supermega nggak butuh otak?"
"Sok tau banget," guman Devan mulai kesal. "Lo aja nggak kenal."
"Ya gue tau aja dari anak-anak kantoran yang nongkrong di kafe. Gue merhatiin tau. Enak aja bilang gue sok tau."
Devan masih memandangi ponsel di depannya. Layarnya masih menampilkan hal yang sama seperti 15 menit yang lalu. Obrolan DM Kania. Tidak bosan-bosannya memandang. "Apa gue kirim lagi ya?"
"Gak usah. Tunggu aja," pintah Satria. Laki-laki itu mendekatkan diri di samping Devan. Memperhatikan ponsel Devan yang memang sangat hening. Dulu sebelum bertemu dengan Kania, Devan tidak pernah terlihat addict dengan hal yang berbau ponsel. "Nanti kalau lo kirim pesan terus, yang ada dianya makin ilfiel."
Devan akhirnya menurut. Tidak ada pilihan lain. Satria lebih pro dibandingkan dirinya kalau mengenai hal yang berbau cinta.
Setelah beberapa jam menunggu, denting notifikasi ponselnya terdengar. Dengan sangat malas Devan meraih ponselnya kembali.
Kania.ms, mulai mengikuti anda.
Satu notifikasi itu mampu membuat Devan tersenyum sumringah. Memanggil Satria yang saat itu sedang membuat pesanan buat customer.
"GILAAAAA," teriak Devan. Beberapa pengunjung kafe ikut menoleh ke sumber suara.
"Berengsek, apaan woy?" teriak Satria tak kalah emosi. Pekerjaannya cukup banyak ketika Devan mengganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side [End]
ChickLit21+ (Completed) Hidup tidak mudah untuk Kania. Kepercayaannya akan cinta dan komitmen hancur setelah kelakuan ayahnya di masa lalu. Hidupnya hancur bersama ingatan masa lalu yang terus menghantuinya. Menjadi rekaman film yang terus berputar tanpa en...