Birthday party salah satu hal yang membuat Devan tak berhenti tersenyum. Dia memiliki kenangan yang cukup indah. Dimana setiap tahunnya ketika usianya masih terbilang sangat muda, tradisi birthday party selalu dirayakan oleh Bunda. Sayangnya kini Bunda mulai meninggalkan tradisi itu mengingat usianya sudah terlalu tua. Devan sendiri juga lebih sering merayakannya secara private.
Diam-diam berada di birthday party, Devan menjadi sangat merindukan masa kecilnya. Masa kecil yang bahagia. Apalagi saat berdiri di sebelah Ayahnya sambil meniup lilin kue ulang tahun.
Sayangnya sekarang hanya sebuah angan. Ayah Devan sudah pergi dulu dari hidupnya. Kenangan yang tidak akan mudah dilupakannya. Dengan langkah pelan sambil memperhatikan dekorasi ulang tahun Kia, Devan berjalan menghampiri Kia. Mengulurkan kotak kado yang dia siapkan seharian kemarin. Ada dua kado, satu miliknya, satu lagi milik Kania. Entah kenapa Kania terlihat malas-malasan mengado Kia.
Kania menawari Devan ambil makan dulu sebelum memutuskan untuk bergabung dengan Dinda dan Regi yang juga ada di sana. Namun Devan menolak, dia masih ingin ngobrol sebentar dengan Kia. Jadi, Kania hanya berlalu setelah itu. Tidak membahas apapun lagi setelahnya.
Devan berdiri di sebelah Kia, kebetulan saat itu Meru, ayah Kia, memilih untuk menyalami tamu-tamu yang baru hadir. Anggota keluarga Kania sendiri juga sedang sibuk menyiapkan ini itu. Sedangkan kalau melihat Kania, gadis itu lebih suka ngobrol dengan Dinda. Tipe obrolan serius mungkin. Dari tadi jika melihat dari ekspresi wajahnya, keduanya tampak serius.
"Om Devan kasih Kia hadiah apa?" tanya Kia dengan wajah setengah berharap mendapatkan klue untuk hadiahnya. Namun Devan hanya memberikan senyuman lebarnya. "Tante Kania tadi kasih klue, katanya beliin Kia mainan kereta api puzzle."
"Itu namanya bukan hadiah, Kia. Hadiah itu nggak perlu disebutkan. Nggak perlu minta juga."
Kia memasang wajah cemberut di depan Devan. Yang bagi Devan malah terlihat sangat lucu. Apalagi saat bibir Kia seperti membentuk love saat cemberut.
"Nanti Om Devan bantuin buka hadiahnya, oke. Nanti Om Devan juga bakal jelaskan tentang hadiahnya."
Kia memasang ekspresi setuju. Raut mukanya kembali terlihat sangat bahagia. Sebelum akhirnya interaksi keduanya dipisahkan oleh kedatangan Mama Kia. Membawa Kia masuk ke inti acara. Sementara Devan tetap berdiri di sana. Memperhatikan anak-anak kecil yang ikut heboh dengan acara ulang tahun.
Ini seharusnya acara ulang tahun anak kecil biasa. Tapi hebohnya sudah seperti kelas taman kanak-kanak.
Setelah acara persembahan sulap dan pembacaan dongeng, Devan melihat anak-anak lain sudah mengambil posisi untuk berebut permen coklat yang dipandu pembawa acara badut. Diam-diam Devan menyunggingkan senyum lebar. Memperhatikan masing-masing anak di sana.
Acara seperti ini jelas menyenangkan bagi Devan. Sampai mengabaikan semua orang yang ada di sana. Termasuk entah dimana Kania sekarang. Dari tempatnya, Devan hanya melihat Dinda sedang bicara empat mata sama Regi.
Dehaman kecil mengejutkan Devan. Membawanya kembali ke dunianya sendiri. Memperhatikan Kania yang kini mengulurkan piring ke arahnya. Piring kosong tentu saja. Kania juga tidak mungkin tiba-tiba jadi baik dengan mengambilkannya makanan.
Belum sempat tangan Devan menyentuh piring, Kania sudah memasang wajah jutek lagi. "Jangan sok akrab sama orang-orang di sini," gumannya dengan nada sedikit mengingatkan. Devan mengikuti Kania dari belakang. Berjalan ke arah meja prasmanan.
Setelah mengambil makan. Devan duduk di sebelah Kania. "Ini birthday party-nya Kia. Aku udah janji sama dia buka kado sama-sama habis ini."
"Gausah macem-macem. Kamu lupa kalau kita langsung pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side [End]
Chick-Lit21+ (Completed) Hidup tidak mudah untuk Kania. Kepercayaannya akan cinta dan komitmen hancur setelah kelakuan ayahnya di masa lalu. Hidupnya hancur bersama ingatan masa lalu yang terus menghantuinya. Menjadi rekaman film yang terus berputar tanpa en...