4. Tired

4.3K 165 10
                                    

Kania baru saja menutup monitor laptopnya ketika melihat jam menunjukkan pukul setengah delapan malam. Kantuk mulai menyerangnya karna seharian tanpa sadar sudah menyelesaikan desain proyek yang sedang dikerjakannya. Itu pun di deadline tiga hari lagi.

Semua karyawan kantor sudah meninggalkan ruangan sejak 3 jam yang lalu. Hanya Kania saja dan mungkin office boy yang selalu pulang terlambat.

Dinda
Kalau lo masih di kantor kan?
Gue tunggu di kafe depan
Gausah nolak.
Gue tunggu ya!

Kania sudah siap mengetikkan balasan untuk Dinda. Tentu saja menolak. Kepalanya sudah sangat pusing untuk hanya sekedar nongkrong-nongkrong tidak jelas. Namun sebuah pesan baru mengintrupsi Kania. Mengalihkan perhatiannya dari hanya sekedar membalas pesan Dinda.

Mamah
Hari Minggu Kurnia mau ngenalin ceweknya ke semua keluarga. Mama harap kamu nyempetin waktu ya buat acaranya. Cuman acara makan-makan kok. Itupun kalau kamu nggak keberatan.
Minggu, 3 Juli 2022, pukul 18.00.
Jangan sampai telat.

Kania kembali membaca pesan singkat dari Mama. Sambil bergerak mencoba memahami. Yang pada akhirnya Kania hanya mengetukkan ponselnya ke kening. Memikirkan cara paling ampuh untuk menolaknya.

Kemudian satu pesan lagi berdenting. Semakin menambah pusing.

Kurnia
Minggu jangan lupa bawa cowok.
Paling enggak temen.
Paling nggak gebetan.

Kania sudah menebak, Kurnia pasti tertawa sekarang. Ia merutuki adiknya itu. Mama juga pasti akan menggunakan kesempatan ini untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah disukanya. Sudah sangat tertebak bagaimana nanti saudara-saudaranya juga datang ke acara undangan Mama.

Kurnia, adik laki-laki Kania dari ayah tiri, Dhoni Mahendra. Berbeda dengan dirinya yang sedikit pendiam, Kurnia lebih mengekspresikan dirinya. Lebih ekstrovert. Untuk urusan cewek tidak perlu diragukan lagi, adiknya itu terkenal playboy seperti kebanyakan cowok pada umumnya. Membuat Kania mendengus. Darimana seorang playboy memiliki keberanian mengenalkan cewek ke keluarga? Itu artinya Kurnia kini serius untuk hubungannya dengan cewek ini.

Kania tersenyum ketika mengscrol ponselnya. Menampilkan fotonya dengan Kurnia, foto yang dia ambil setahun yang lalu sebelum meninggalkan rumah. Adiknya itu menjulurkan lidah ke arah kamera ketika berfoto selfie dengannya. Rasanya bukan hanya akan kehilangan, pelan-pelan Kania merasakan kalau semua orang mulai meninggalkannya.

Tanpa babibu lagi, Kania melangkahkan kakinya menuju kafe. Untuk Dinda. Ia tidak tahu kenapa Dinda mengajaknya ke kafe lagi setelah sabtu kemarin nongkrong. Tidak ada bosan bosannya.

"Kaniiiiaaaa," jeritan itu terdengar kala Kania melangkahkan kakinya memasuki kafe.

Beberapa orang menoleh ke arahnya karena jeritan itu.

Dinda bergegas menghampiri. Menarik Kania duduk di meja yang tak jauh dari jangkauannya. Kedua matanya menunjukkan bersinar bahagia.

"Kenapa sih? Lo bikin malu aja," tanyanya.

Dinda menggenggam tangan Kania dengan sangat erat. Terasa dingin. Namun senyuman Dinda kian semakin melebar. Membuat Kania menyipitkan mata memandang curiga. Pasti ada sesuatu, batinnya.

"Ada apa sih emangnya?" tanya Kania mulai penasaran. Membenarkan posisi duduknya. Menoleh ke kanan kiri memastikan tidak ada yang aneh. Terakhir kali dia datang ke sini, id card beserta acces card-nya hilang.

"Mau kabar baik atau kabar buruk?" tanya Dinda sangat antusias. Kania hanya mengedikkan bahu. Malas kalau harus menjawab itu. Pertanyaan yang tidak penting. Toh Dinda juga sama sekali tidak terlihat cemas. "Ih... Disuruh pilih malah gitu. Pilih dong, Kani. Gue punya kabar nih buat lo."

By Your Side [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang