ch11

890 73 8
                                    

“mama! Papa! Moo bangunlah! Mio sudah lapar” Mio menggoyangkan diriku sampai aku terbangun “ah..maaf, mama sedang kelelahan jadi biar aku yang memasakkan sarapan untuk mu oke” aku bangun perlahan dari tempat tidur mencoba tidak membangunkan Aether di samping ku

“baik eh kenapa ada merah merah di leher mama?...” tanya Mio membuat jantungku berhenti sejenak "semalam mama....itu...ah nyamuk! Karena obat nyamuknya habis jadi dia di gigiti nyamuk semalaman" jawabku tersenyum untunglah Mio adalah anak kecil yang polos "ah...begitu" Mio mengangguk paham.

***

"Mio omeletnya sudah jadi” aku menaruh sepiring omelet di depan Mio yang sedang belajar berhitung  “emnhh...” Mio menatap bingung bukunya “ada apa?” aku melihatnya yang kebingungan “ini...123 di tambah 111, bagaimana cara menghitungnya? Mio bingung” Mio memperlihatkan buku lesnya

“emmm...coba ku lihat..ah ini kau bisa menjadikanya menjadi atas bawah seperti ini, sekarang tunjukan ke10 jarimu” aku menulis pertambahan itu di kertas kosong di sebelahnya

Mio menunjukan ke10 jari jemari kecilnya “baik ini...1 di tambah 1 berapa?” aku menatap Mio yang mengerakan jemarinya “2” jawabnya “lalu hasil itu di tulis di bawah garis ini” aku mengerakkan jari ku untuk menulis angka 2 di bawah angka yang saling bertumpuk itu

“2 ditambah 1?” aku menatap Mio yang mengerakan jari kiri dan kananya “3” jawabnya “dan 3 di tambah 1?” aku menanyakan Mio sekali lagi ia mulai mengerakan jari kecilnya “4!” ujarnya tersenyum “dan hasil dari pertambahan itu adalah dua ratus tiga puluh empat” aku menatap Mio yang antusias menatap jawaban yang ku tuliskan di bukunya

“waa! Terimakasih papa!” Mio memeluk diriku membuat diriku terkejut serta senang, dan pipiku memerah sedikit apa ini? Apa ini yang di sebut sebut heartwarming?

Aether melihat aktifitas kami dari kamar sambil tersenyum, aku yang menyadarinya langsung berjalan ke arahnya sambil menundukkan kepala.

"bagaimana? Rasanya di panggil papa sembari di peluk seperti itu?” tanya Aether yang menatap ku yang menaruh kepala ku di bahunya “...aku sungguh senang....aku sangat senang Ae....aku ingin sekali berteriak sangking senangnya.....” aku menangis sambil memeluk Aether

Aether tersenyum “dulu...ketika ku sedang menyuapi Mio ketika usianya masih 1 tahun kurang...dan ketika aku sedang stres stresnya mengurus tagihan rumah sakit dan tagihan Apartemen, ditambah saat itu Mio menangis kencang.....karena aku lelah dan kesal aku menjatuhkan mangkuk bubur yang hendak ku suapi kepada Mio, ingin rasanya ku mengakhiri hidup saat itu tapi...Mio memanggil ku ‘mama...mama...’ seperti itu....aku seketika tak percaya menatap anak ku yang masih 1 tahun kurang itu bisa berbicara" Aether mengambil nafas

"saat itu aku menangis mendengar Mio berkata 'mama....mama...' seperti itu..., tangisan ku sanggatlah kencang sebari memeluk Mio...dia....sunguh cahaya di kegelapan hidup ku...kini cahaya itu muncul dari 2 tempat membuat ku semakin menatap jalan yang benar, itu adalah dirimu, cahaya satunya lagi adalah dirimu....Xiao...” Aether bercerita panjang lebar sembari meneteskan air matanya

Aku menangis mengeratkan pelukan ku kepada Aether, semakin lama tangisan ku semakin kencang sehingga membuat Mio bingung lalu masuk ke kamar Aether, dia menatap kami yang menangis membuatnya juga ikutan menangis "hua! Kenapa mama...dan papa...hiks..menangis?" Mio berjalan ke Aether

Aether berjongkok di ikuti aku yang masih memeluknya Aether mempersilahkan Mio juga ikut memeluk dirinya “menangislah sebanyak yang kalian mau...mama tetap akan di sini...menemani kalian berdua” ucapan Aether benar benar membuat hatiku luluh aku melepaskan semua amarah ku dengan menangis kencang sembari memeluk Aether

***

Aku dan Mio sedang tidur di atas karpet yang sengaja ku taruh di balkon apartemen Aether “hangatnyaa!” Mio berseru menatap terik matahari yang semakin muncul, musim salju sudah berlalu, kini adalah musim semi, aku sedang mengirim pesan ke Chonghyun melalui aplikasi sembari rebahan di samping Mio

Kenapa? Karena aku menanyakan pekerjaan yang bisa di lakukan semasa kuliah, ia memang sudah memberikan ku banyak refrensi, mulai dari membuat bisnis, menjadi pelayan di restoran, menjadi guru untuk murid dan sebagainya. Memang itu pekerjaan yang mudah tapi untuk membiyayai seorang omega dan anaknya gaji itu saja tidak cukup

Aku kini mulai frustasi lagi tapi Mio yang tiba tiba menidurkan dirinya di atas dadaku membuat diriku kembali tenang “papa sangat hangat!” ujar Mio tersenyum “benarkah?” aku mengelus Mio yang kini mencoba tidur di atas ku

“Mio...kau itu berat jangan membuat papa mu kesusahan!” Aether datang sembari membawakan kue coklat dan teko serta 3 gelas yang terlihat sesetel di atas nampan, "tidak apa Ae...dia ringan kok” aku menjawab sambil menatap Aether “mo....jangan memanjakan dia Xiao!” Aether menuangkan teh ke tiga gelas yang berbeda warna hitam, putih, dan gelas kecil berwarna kuning “3 gelas ini sesetel?” tanya ku menatap Aether yang menuangkan teh ke dalam gelas itu

“em...aku menunggu satu orang lagi untuk memakai gelas hitam ini” Aether tersenyum menatap ke bawah dengan wajah memerah “ahaha...” aku tertawa pelan “ne...Besok ayo ke rumah ku...” aku menatap Aether “em..baik” jawabnya mengangguk

Sudah watunya aku mengenalkan calon istri...bukan dia kepada ibuku.
.
.
.
.
.
.
See you next chapter!

A Precious Person [BL Xiather]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang