Aku langsung turun dari bis kemudian mengesekkan kartu ke sebuah alat di halte bus, aku berjalan ke rumah dengan perasaan yang resah.
Creakk
Aku langsung menglepas sepatu dan berjalan ke dalam "Xiao, kemarilah" aku mendengar Aether memanggil ku dari arah ruang keluarga, aku segera menuju kesana, Aether sedang memomong Xue di atas sofa dan memegang bahu Mio, ekspresi mereka semua terlihat terkejut
"ada apa?" kini tatapan ku tertuju ke arah layar televisi yang sedang menampilkan kabar berita terkini
"pesawat Ingris-Teyvant mengalami kerusakan di bagian sayap pesawat terbang, di duga bagian dinamo rusak dan baru di sadari ketika pesawat tiba di atas laut dan akhirnya konslet sehingga pesawat itu melenceng ke bawah dan tengelam berikut daftar korban jiwa"
Aku langsung mendekatkan wajahku ke layar tv mencoba mencari nama kedua orang tua ku "papa...." Mio menunjuk bagian pojok layar televisi
'Zhongli Xhiangseng
Childe Xhiangseng'DEG
Aku terdiam, mataku terbuka lebar, aku mengengam jas yang baru saja ku lepas, aku mencoba bernafas tapi tak bisa, kakiku mulai menglemas, jantungku berdegup kencang, tangan ku meremas dadaku dengan perasaan yang terbilang aneh, "oh..tuhan.." ucap Aether menangis menatap televisi itu dengan tangan yang menutup mulut di peluk oleh Mio.
Buk
"papa!?" "Xiao!!! Hey! Xiao bangun! HEY!"
***
Aku merasa kepalaku sangat pusing, segera aku bangun lalu memegang kepalaku erat erat "Xiao..."aku melihat seseorang yang tengah duduk di sampingku segera berdiri "Ibu?...." aku menatap samar samar tubuh itu "ini aku Xiao, Aether" aku mulai bisa melihat tubuh itu, seorang pria bersurai pirang yang di ikat ke belakang dengan wajah putih yang menunjukan ekspresi khawatir"ingat?" dia kini memegang tangan ku lalu menempelkanya ke pipinya, hangat...itu yang ku rasakan "A....e..ther" kataku pelan "jangan bergerak_"
Bruk
Kini tubuhku terjatuh ke arah Aether, ia segera memeluk ku, kepalaku sangat pusing aku tak bisa bergerak sama sekali "astaga, Xiao, tubuhmu sangat panas..." Aether memegang dahiku lalu ganti ke lengan dan leherku "Ae...aku...ugh" kini aku mengremat kepalaku lagi
"akan ku telefon Albedo untuk kemari" Aether mengarahkan diriku ke kasur lalu ia membuka layar handphonenya "aku tak apa...." aku kini kepalaku tambah sakit. "Albedo, maaf bisakah kau ke rumah ku sebentar? Tubuh Xiao sangat panas..." "baik ku tunggu"
Bib
***
"hem...begitu, Demam Psikogenik di sebabkan karena Stres, aku sudah mendengar kabar pesawat itu, semoga bibi Zhongli dan Paman Childe tenang di sana..mungkin kejadian ini menjadi beban di pikiran Xiao...." "emn...*hiks..."Aku perlahan membuka mataku menatap 2 orang di sebelahku "Xiao..." Aether menangis memegang tangan ku dengan erat "ibu...ayah..., mereka sudah di temukan tapi...dalam keadaan yang mengenaskan, teman ayahmu menelefon kita tadi....." Aether menangis sembari menatap ke bawah aku hanya terdiam mencoba mencerna seluruh perkataan Aether
"Aether....Albedo, bisa tolong tinggalkan aku?....sendirian?" aku menutup kedua mataku dengan pergelangan tangan, aku bisa mendengar langkah kaki mereka yang mulai meninggalkan kamar tampa bicara apapun.
Aku mulai meneteskan air mata kala aku sudah sendiri di sini. "apa perlu aku menemaninya?" Aether suara Aether sangat dekat dengan pintu "lebih baik jangan menganggu dia dulu..." kini aku mendengar suara Albedo yang samar samar "sudah....biarkan dia masuk tak apa" kataku sembari mencoba menghentikan tangis ku
Creak
"Xiao.." Aether memanggil diriku, aku menoleh ke arahnya lalu berjalan menuju dirinya "Xiao....tak apa...aku disini..sudah jangan menangis.." kata lirih Aether
Tangisan ku sangat sangat kencang, begitu juga Aether yang memeluk ku ia mengusap usap kepalaku mencoba membuat tangisan ku mereda yang justru malah membuat itu semakin kencang.
***
Entah sudah berapa jam aku menangis sepertinya aku tertidur karena kelelahan menangis, kini aku terbangun di atas Aether yang sedang tidur juga, mataku yang sembab menatap kesana kemari lalu menghela nafas sebari bangkit dari kasur dengan perasaan yang malasAku keluar dari kamar secara perlahan dan menatap Albedo yang membacakan buku cerita dengan Xue serta Mio, jalanku mulai sempoyongan menuju ke arah mereka "lalu sang pangeran..., tunggu Xiao! jangan bergerak!" Albedo segera menutup buku cerita yang hendak ia bacakan untuk Mio dan Xue lalu langsung berlari ke arahku.
"ugh.." kepalaku mulai pusing lagi aku akhirnya terjatuh masih dengan tangan yang memegang tambok, Albedo pun membantuku berdiri, "jangan bergerak dulu, kau ini masih sakit! Apa kau mau mati?!" Albedo memarahiku sambil menuntun ku ke sofa dimana Mio dan Xue sedang memegang buku cerita mereka masing masing
"paa!" Xue meraih raih diriku "Xue.." aku tersenyum menatapnya, Albedo memegang leherku lalu ganti ke dadaku "..." Albedo membuka tas medisnya lalu mengeluarkan sebuah jarum suntik "tunggu! Kau mau apa?!" aku yang melihatnya langsung panik, yah walau aku terlihat gagah sebenarnya kelemahan ku adalah jarus suntik yah..kalian tahu...itu mengerikan...kan? Atau aku saja yang lemah?..
"hmn..." kini ia menaruh jarum itu kembali ke tasnya lalu memegang leher dan dadaku kembali "stabil, huh.." Albedo menghela nafas sambil mengusap dahinya "kau ini_"
"papa....apa papa tidak apa?" Mio menatapku yang sedang memijat dahi perlahan "em.." jawabku mengangguk pelan. Yah...aku harus menerima kenyataan entah itu pahit atau manis aku kini menerima jika kedua oramg tuaku meninggal, walau keberatan aku harus menerimanya.
.
.
.
.
.
Tenang wahai Reader, mode hajimne sy uda sy offkan btw man spoiler aj biar ga kaget, bentar lagi bakalan end ahaha :DdSee you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Precious Person [BL Xiather]
Fiksi PenggemarXiao x Aether fanfic Homophobic skip ato sy kudas biar jadi abu kea La Gignora . . . . . . Dia memiliki senyuman indah, mata yang indah, rambut blonde yang terkepang, serta perilaku yang imut serta lucu, aku manyukainya...tentu saja... enjoyy∑( ̄v ̄)