5

15.6K 1K 7
                                    

ADIK?
Happy reading

_

"Bro, serius ini alamat kakak tiri Lo?" Tanya Revan setelah sampai di depan sebuah rumah mewah.

"Kayaknya sih iya. Ini alamat bokap gue yang ngasih, gak mungkin alamat palsu kan?" Sahut Sean.

"Lo kira lagu ayu tingting pake alamat palsu segala.."

"Gue serius Revan anaknya bapak Deny"

"Gue juga serius Sean anaknya papa Surya"

"Jangan serius serius goblok, gelay" kompak keduanya bergidik ngeri.

Sean dan Revan turun dari mobil, menghampiri satpam yang kebetulan sedang berdiri di depan gerbang. "Permisi pak, Apa benar ini rumah kak Asya Veena Wistara?" Tanya Sean.

"Benar, ada yang bisa saya bantu dek?" Tanya Tio, satpam di rumah itu yang tidak lain adalah rumah asya.

"Em, sebelum nya perkenalkan saya Sean. Anak dari papa Surya, adik tirinya kak Asya"

"Oh, maaf saya tidak tau tuan muda. Mari masuk, saya antarkan ke dalam" Deni membawa Sean dan Revan masuk ke dalam rumah, dan mempersilahkan mereka duduk.

"Siapa yang datang tio?" Tanya bi Esih dengan Karel yang berada di gendongannya.

"Em, ini teh. Adek tirinya non Asya, anaknya tuan Surya"

Bi Esih diam sesaat, sambil melihat dua pemuda yang berdiri di hadapannya. Jelas ia tau karena ia sudah bekerja di rumah ini bahkan sebelum asya lahir.

"Yaudah gakpapa kamu lanjut jaga aja di depan, biar mereka sama saya." Titah bi Esih yang diangguki oleh pak tio.

Sepeninggalan pak tio, sekarang hanya ada bi Esih, Sean, Revan, dan si kecil karel di ruangan itu.

Bi Esih menaruh Karel di stroller, lalu menghampiri kedua tamu nonanya. "Silahkan duduk dulu den, Mau minum apa, biar bibi buatkan sambil menunggu Non Asya nya pulang"

"Em, gak usah repot repot bi. Memangnya kak Asya sedang kemana ya?" Tanya Sean sambil duduk di sofa diikuti oleh Revan.

"Non Asya jam segini masih di kantor, mungkin jam 15.00 sore baru pulang" jawab bi Esih. "Kalo begitu bibi buatkan es teh manis sama cemilan aja ya, sambil menunggu" tanpa menunggu persetujuan Bi Esih pergi ke dapur untuk membuatkan teh manis dan mengambil cemilan. Meninggalkan Sean dan Revan di ruang tamu dengan kecanggungan.

"Bro, bayi siapa ya?" Tanya Revan.

"Gak tau, mungkin anak bibi yang tadi" tebak Sean.

"Masa iya anak bibi yang tadi, bayinya ganteng bening gitu, mana bajunya bermerek lagi" batin Revan

**

15.00 sore

Asya baru saja sampai di rumah setelah mengurus pekerjaan kantornya yang menumpuk, lelah memang tapi ini sudah menjadi tanggung jawabnya.

"Assalamualaikum---" belum sempat Asya menelesaikan salamnya ia sudah di kagetkan dengan dua orang pemuda yang duduk di ruang tamu.

"Em, maaf. Kalian siapa ya?" Tanya Asya ramah.

Sean yang sudah tidak bisa membendung rasa harunya karena bertemu dengan sang kakak langsung berhamburan memeluk Asya. " Kak, ini Sean anaknya papa Surya, Adek tiri Kaka" ucapnya di pelukan Asya.

Deg!

Asya mematung di tempatnya. Adik? Sejak kapan dia punya adik? Impossible.

"Em, maaf dek. Tolong lepas dulu, maksudnya apa ya? Kapan mama saya melahirkan anak selain saya?"

"Kak aku anaknya papa Surya sama mami Anita" tutur Sean.

Wajah Asya semakin datar setelah mendengar penuturan Sean. "Oh, ternyata anak papanya dan wanita pelakor itu" batinnya.

"Ada apa ya kamu datang kesini?" Tanya Asya to the point.

"Kak aku minta maaf atas nama mama anita ya. Maaf kalo mama aku dulu nyakitin kakak dan menghancurkan keluarga kakak.. sekarang mama aku udah gak ada kak, dan beliau berpesan sama aku untuk cari kakak dan menyampaikan permintaan maafnya ke kakak.. dan maaf kita baru tau kalo mama Chintya udah meninggal, itu sebabnya aku datang kesini untuk nemuin kakak"

"..." Asya masih diam, bingung harus merespon seperti apa.

"Mama anita udah nyesel kak, bahkan pas tau mama Chintya meninggal beliau langsung mau kesini. Cuma gak bisa karena kondisinya lagi gak baik, sampai akhirnya mama juga meninggal. Maaf kak.."

Asya menarik nafasnya panjang, jujur luka dihatinya yang mulai kering sekarang seperti terbuka lagi. Tapi asya ingat dengan kata kata terakhir yang dulu diucapkan ibunya. "jangan menaruh dendam. Allah itu maha adil Sya, dia tidak akan membiarkan kamu terluka sendirian.. mama cuma pesan satu, jika suatu saat nanti mereka datang dan minta maaf. Maafkanlah.."

"Kakak sudah memaafkan mama kamu. Lagipula semuanya sudah berlalu, dan disini bukan hanya mama kamu yang salah tapi papa kita juga bersalah.." ucap Asya dengan senyum paksa, berusaha menenangkan hatinya yang bergejolak.

Sudahlah, mau bagaimana lagi. Yang terjadi tidak akan bisa di ulang dan di perbaiki. Sekarang Asya hanya ingin hidup tenang tanpa rasa marah atau dendam.

Biarlah waktu yang menghapus lukanya.

"Terima kasih kak, terima kasih karena kakak mau memaafkan mama aku.. aku gak tau harus apa kalo sampe kakak gak maafin mama" Sean berlutut dihadapan Asya dengan air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

"Sean ayok berdiri dek, jangan begini.."Asya langsung menarik Sean untuk berdiri, lalu memeluk pemuda itu. Percayalah ada setitik rasa sayang di hati asya untuk Sean, karena bagaimanapun Sean tetaplah adiknya.

"Maaf kak, hiks.."

"Iyah, kak Asya udah maafin koq. Jangan nangis ya, masa anak cowok nangis"

"Sean merasa bersalah banget sama kakak" ucapnya serak.

Sean benar benar merasa bersalah. Bayangkan saja dulu Asya masih sangat kecil, tapi Asya sudah merasakan keluarganya hancur karena hadirnya orang ketiga. Tumbuh hanya dengan kasih sayang seorang mama sampai sebesar ini, sedangkan sean sendiri hidup bahagia tanpa tau ada orang yang terluka dibalik kebahagiaannya.

Sean sadar ia hanya anak hasil perselingkuhan papa dan mamanya. Dan itu bukan keinginannya.

_To be continued_

Follow me⬇️

Follow me⬇️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perfect Mom (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang