Suasana mencekam terasa sangat mencekik siapa saja yang sedang berada di ruangan itu. Semua orang sedang memusatkan pandangan mereka kepada orang yang menjadi sumber permasalahan. Semua mata sedang memandang tajam ke arah tama, seakan akan pandangan mereka bisa menusuk tama bagaikan pedang panjang yang dihunuskan langsung ke arahnya.
"DEMI ALLAH TAMA, SEUMUR HIDUP AYAH TIDAK PERNAH MENGAJARKAN ANAK-ANAK AYAH UNTUK BERBOHONG. APALAGI KEBOHONGAN KAMU INI MENYANGKUT NYAWA KAMU SENDIRI TAMA"
Gunawan tidak bisa lagi menahan gejolak amarah di dalam dirinya. Ia tidak marah kepada anaknya, dirinya hanya merasa kecewa kepada sang anak. Mengapa tama lebih memilih berbohong kepada semua orang. Dibandingkan itu gunawan lebih merasa kecewa dan marah kepada dirinya sendiri. Ayah macam apa dirinya ini, bagaimana bisa dirinya sebodoh itu. Sampai sampai anaknya sakit saja ia tidak mengetahuinya.
Tama hanya bisa menundukkan kepalanya. Dirinya tidak sanggup untuk memandang langsung ke arah semua orang yang sedang menatap nya itu. Terutama kepada kedua orangtuanya. Hatinya hancur saat melihat bagaimana bundanya yang sedang menangis saat ini. Semua itu karena dirinya.
"Maaf yah..... tama gak bermaksud nyimpen semuanya sendiri tap..."
"Tapi apa, kalo bang evan tidak bertemu dengan om ardi mungkin sampai sekarang kamu gak bakalan pernah cerita sama semua orang... benar kan" gunawan memotong ucapan tama. Dengan tatapan kecewa nya gunawan memandang sang anak yang masih saja menundukkan kepalanya.
Dengan bibir yang bergetar tama berusaha untuk menjelaskan kepada ayahnya. Tama berusaha menahan air matanya yang dari tadi sudah ingin jatuh jika tidak ia tahan mati matian. "Tama bakalan cerita yah... tapi waktunya aja yang gak pernah ada" ucapan tama terdengar sangat lirih di telinga siapapun yang mendengarnya.
"Tatap mata orang yang sedang kamu ajak bicara tama. Ayah tidak pernah mengajarkan kamu menjadi tidak sopan seperti ini"
Mendengar suara rendah milik sang ayah membuat rasa takut yang menyelimuti tama semakin menjadi-jadi. Perlahan tama menenggak kan keplanya untuk memandang langsung ke arah sang ayah. Namun saat ia mengangkat kepalanya bisa dirinya lihat bagaimana tatapan kecewa semua orang kepadanya. Bahkan saat ini bukan hanya bunda saja yang sedang menangis. Ada mas fahmi dan darren yang sedang menundukkan kepalanya mencoba menahan isak tangis mereka. Sedangkan disisi mereka ada bang alan, bang elvan yang sedang menenangkan mereka berdua. Evan dan fakhri mereka berdua sama sama sedang mencoba menenangkan bunda mala yang masih belum bisa menghentikan tangisannya.
"Ma..ma..maaf maafin tama yah maaf"
Hancur sudah pertahanan yang sudah susah payah di buat tama mati matian. Air matanya mengucur deras membasahi kedua belah pipi chubby miliknya. Dengan berurai air mata tama bersimpuh di hadapan gunawan. Berkali kali tama mengucapkan kalimat maaf kepada sang ayah. Dan hal itu membuat semua orang yang melihatnya tak kuasa untuk menahan air mata mereka dan alhasil semua orang yang sedang berada di ruangan itu menangis bersama.
"Jangan minta maaf sama ayah. Minta maaf sama bunda kamu, dia orang yang paling terluka atas kelakuan kamu saat ini"
Tanpa banyak kata, tama langsung menghampiri sang bunda. Tanpa aba aba tama langsung menenggelamkan kepalanya di pangkuan mala. Tama bersimpuh di depan mala dengan berurai air mata. Bahkan dadanya sudah terasa sesak akibat tangisannya ini.
"Bunda maafin tama bunda" mati matian tama berusaha untuk mengucapkan kaliamat itu, rasanya sangat sesak harus berbicara disaat sedang menangis seperti sekarang.
Mala memandang sedih ke arah putra bungsunya itu. Ibu mana yang tidak sedih saat mengetahui anaknya mengidap sebuah penyakit yang sangat berbahaya seperti itu. Saat mengetahui fakta baru tentang putranya itu, mendadak dunianya terasa hancur seketika. Bahkan dirinya menyalahkan sang pencipta, mengapa harus putranya yang mendapat cobaan seperti ini, mengapa bukan dirinya saja. Jika bisa meminta maka mala bersumpah dirinya ingin menggantikan posisi tama saat ini juga. Tanpa pikir panjang mala langsung meraup tama kedalam pelukannya. Di peluknya dengan erat anak bungsunya itu. Seakan akan tama bisa meninggalkan dirinya kapan pun tanpa sepengetahuan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Bontot Ayah Gunawan
Фанфик"Sebuah kisah penuh suka yang berakhir duka" "Sebuah rasa penuh kasih yang dipaksa berhenti bahkan sebelum dimulai" . . . ~_~_~_~_~_~ Bunda, terlahir sebagai anak bunda dan ayah merupakan suatu anugerah yang Tama selalu syukuri di setiap detik nafas...