Calon Bidadari Surga

1.5K 145 4
                                    

Seperti janji tama pada ajeng pada saat di kantin tadi. Sepulang sekolah tama mengajak ajeng untuk pulang bersama dirinya. Dikarenakan belum bisa membawa kendaraan sendiri maka tama pulang dengan menaiki angkot langganan yang biasa ia naiki ketika pulang lebih cepat dari darren.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, angkot yang berisi tama dan ajeng sudah sampai di depan rumah tama. Mereka berdua pun langsung turun dari angkot itu tak lupa tama membayar terlebih dahulu ongkos menaiki angkot tadi. Setelah itu tama dan ajeng langsung masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum bunda cantik. Anak yang paling ganteng udah pulang" baru saja membuka pintu rumah, suara tama sudah menggema di sepenjur rumah. Bahkan bunda mala yang sedang mencuci piring sedikit terkejut saat mendengar suara teriakan anak bungsunya itu.

"Waalaikumsallam..... jangan kebiasaan teriak-teriak deh, gak kasian sama bunda kalo jantungan gimana"

Tama hanya tertawa saat mendapat omelan dari sang bunda. Bagi tama omelan bunda ibaratkan simulasi uji nyali yang seperti sering ditanyakan di televisi. Bahkan saat ini dirinya hanya menatap sang bunda sembari memberikan dua jari peace untuk mengajak sang bunda berdamai. Karena mau bagaimanapun bunda mala akan sangat menyeramkan ketika sedang marah. Bahkan ayahnya yang badannya paling besar saja akan sangat takut ketika melihat bunda marah.

"Jangan marah-marah atuh nanti cantiknya ilang"

"Abisnya kamu kebiasaan, suka bener teriak-teriak. Heran deh bunda ngidam apa kemarin waktu hamil kamu" Mala masih merasa sedikit kesal akibat ulah anaknya itu. Namun dirinya tidak memiliki daya untuk memarahi sang anak karena wajah polos tama selalu menjadi senjata ampuh bagi siapa saja yang ingin memarahi dirinya.

"Iya deh iya maafin tama bunda"

"Liat dong tama bawa siapa" Setelah itu tama sedikit menggeser tubuh besarnya agar orang yang sadari tadi berdiri di belakangnya bisa terlihat oleh sang bunda.

Mala sedikit terkejut saat melihat siapa gerangan orang yang sedang berdiri di belakang putranya itu. Seketika senyum hangat terbit di bibir mala saat mengetahui siapa orang itu " ehh ada ajeng, makin cantik aja sih kamu"

"Orang lain di puji puji, anak nya sendiri diliat aja enggak huuuuu bunda pilih kasih" ajeng dan bunda mala tidak bisa menahan tawa mereka ketika mendengar keluhan dari tama.

"Idih, emangnya lo anaknya bunda"

Tama mendengus kesal sembari memandang orang yang baru saja berbicara. Sebut saja orang itu fakhri, sepertinya saudaranya yang satu itu hanya memiliki satu kelas hari ini sehingga pada jam segini ada di rumah.

"Emang ya, mas fakhri seneng banget ngajak ribut"

"Kan emang bener, tanya aja sama bunda kalo gak percaya" fakhri tidak mau berhenti untuk menggoda tama. Melihat bagaimana wajah sang adik yang ditekuk merupakan sebuah hiburan tersendiri untuk dirinya.

"Bunda, mas fakhri tuh ngeselin. Mana mungkin tama bukan anaknya bunda marahin bund" tama langsung mengadukan fakhri kepada mala. Namun bukannya memarahi fakhri karena terus menggoda tama, bunda mala malah ikut menggoda tama dan hal itu membuat kerutan di wajah tama semakin bertambah.

"Udahlah emang mas fahmi aja yang sayang sama tama. Yang lainnya enggak"

"Yakin, udah pernah nanya sama mas fahmi belum. Pasti belum pernah kan" tama berani bersumpah bahwa ia sangat tidak menyukai tatapan menggoda yang diberikan fakhri sekarang. Rasanya ia ingin menangis seketika namun gengsinya lebih tinggi bagaimana bisa dirinya menangis disaat sang pujaan hati sedang memandangi dirinya seperti saat ini.

Ditengah kekesalannya tama melihat fahmi yang baru memasuki rumah. Bahkan fahmi belum sempat untuk mengucapkan salam, karena tiba-tiba saja tubuhnya di tubruk dengan tubuh besar milik tama.

Anak Bontot Ayah GunawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang