Yuhuuuu updated semuanya
Don't forget to vote and comentnya
Happy reading semuanya
💚💚💚💚💚💚💚
Semua mata tertuju ke arah bunda mala. Semua orang penasaran mengapa ekspresi bunda mereka berubah menjadi panik ketika melihat ke arah handphone yang saat ini sedang bunda mereka genggam.
Namun perhatian mereka seketika teralihkan saat mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut ayah gunawan. Satu kalimat itu membuat mereka semua berlari secepat yang mereka bisa menuju ke arah di mana sang ayah berada.
"Tama.... Alhamdulillah kamu sudah sadar nak"
Kini mereka semua tengah mengelilingi tempat dimana tama sedang berbaring. Bahkan bunda mala sampai melupakan panggilan telepon dari salah satu putranya. Fokusnya kini berpindah sepenuhnya ke tama.
"Anak bunda udah bangun" bisik bunda mala pelan tepat di telinga tama.
"Alhamdulillah akhirnya lo bangun juga dek"
"Syukurlah kamu cepet sadar"
"Akhirnya adiknya mas fahmi bangun"
Semua orang tak henti-hentinya saling mengucapkan syukur. Mereka semua merasa lega karena tama adik mereka sudah siuman. Bahkan mereka langsung memanggil bang evan untuk memeriksa keadaan tama.
"Gimana perasaan kamu sekarang dek. Ada yang sakit atau ada keluhan lain bilang aja sama abang" ucap evan setelah selesai memeriksa keadaan tama, tak lupa ia melepaskan alat bantu pernapasan bagi sang adik.
"Lemes"
"Cuman lemes aja bang" ujar tama sangat pelan.
Evan sedikit mendekati sang adik untuk mendengar lebih jelas apa yang dikatakan oleh tama. Senyumnya tak bisa ia sembunyikan saat melihat tama akhirnya bisa bangun dari tidurnya "kalo gitu kamu istirahat aja. Jangan terlalu bayak pikiran, pokoknya kamu harus benar-benar istirahat paham"
Tama hanya bisa menganggukkan kepalanya. Tubuhnya masih terlalu lemas untuk menanggapi nasehat yang baru saja di berikan oleh bang evan tadi. Sehingga ia hanya mampu menanggapi saudaranya itu dengan sebuah bahasa isyarat yang sudah pasti dimengerti semua orang.
Pandangan bunda mala kembali tertuju ke arah handphonenya yang kembali bergetar. Sudah panggilan ke 5 dari darren yang sama sekali belum di tanggapi oleh dirinya. Bahkan ia sempat lupa jika anaknya itu menghubungi nya.
"Tama, bang darren nelfon bunda. Kamu mau ngomong sama abang" ucap bunda mala sembari mengelus pelan puncak kepala milik tama.
Tatapan tama seketika berbinar ketika mendengar nama bang darren yang baru saja di sebutkan sang bunda. Ia sudah tidak sabar untuk berbicara dengan saudaranya itu, namun ia sempat lupa dengan kondisinya saat ini " mau bund. Tapi jangan kasih tau bang darren soal tama" ucap tama lirih.
Bunda mala memberikan senyum terbaiknya. Ia tau kalau tama akan berbicara seperti ini "iya bunda tau. Bunda gak bakalan cerita sama abang kamu itu" ucap bunda mala.
Tak butuh waktu yang lama sampai bunda mala mengangkat panggilan dari darren. Yang baru dirinya sadari panggilan yang ia terima merupakan panggilan ke 7 dari sang anak.
Saat panggilan itu tersambung bisa bunda mala dengar dengusan kasar dari sebrang panggilan itu. Sepertinya putranya itu sedikit kesal karena panggilannya yang terlalu lama di angkat.
"Assalamualaikum bund. Kenapa lama banget sih angkat telefon abang. Bikin khawatir tauk" seperti itulah kalimat yang pertama kali di dengar bunda mala tak kala panggilan telefon itu tersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Bontot Ayah Gunawan
Fanfic"Sebuah kisah penuh suka yang berakhir duka" "Sebuah rasa penuh kasih yang dipaksa berhenti bahkan sebelum dimulai" . . . ~_~_~_~_~_~ Bunda, terlahir sebagai anak bunda dan ayah merupakan suatu anugerah yang Tama selalu syukuri di setiap detik nafas...