Buntut dari perkelahian yang terjadi tadi adalah ultimatum untuk memanggil wali dari semua anak yang terlibat perkelahian. Saat ini yang menjadi pikiran tama maupun darren siapa orang yang harus mereka panggil untuk datang ke sekolah, yang pasti mereka harus memanggil orang yang bisa di ajak kerja sama nanti pada saat kasus ini terdengar oleh anggota keluarga yang lain, dan nama mas fahmi la yang langsung terlintas di benak mereka berdua, tanpa pikir panjang mereka langsung menelfon mas fahmi untuk datang ke sekolah mewakili kedua orang tua mereka.
Sembari menunggu di depan ruang BK, terdengar cukup nyaring deruan suara motor Vespa memasuki pelataran parkiran sekolah, saat mendengar suara itu mendadak darren dan tama lupa cara untuk bernapas bagaimana tidak pemilik satu satunya motor Vespa di rumah hanya bang elvan seorang, kalo bang el bilang sih motor Vespa nya itu antik punya jadi sangat di jaga oleh elvan.
Namun permasalahannya bukan itu, bukankah darren tadi jelas jelas menelfon mas fahmi untuk datang ke sekolah, lalu mengapa saat ini di ujung lorong sekolah darren bisa melihat bagaimana bang elvan berjalan dengan raut wajah datarnya menatap tajam ke arah dirinya dan tama, tolong ingatkan darren untuk bersembunyi setelah masalah ini selesai nanti karena jika sudah bang elvan sendiri yang turun tangan maka darren tidak berani mengelak karena ia tau betapa menyeramkan nya saudaranya itu jika sedang marah.
"Tadi beneran nelfon mas fahmi kan bang, kok bang el juga ikut dateng" sembari memegang tangan darren tama mendadak panik saat melihat siluet bang elvan yang berjalan di ikuti mas fahmi di belakangnya.
Darren mendengus kan nafasnya sebentar lalu mengeratkan genggaman tangannya pada tama, seakan memberitahukan bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada mereka " ehm abang yakin bener sumpah deh, kalo tadi yang di telfon mas fahmi tapi gak tau kenapa bang elvan ikut dateng" ucapnya.
"Itu muka kenapa?" Pertanyaan singkat dengan nada dingin yang terlontar dari mulut elvan mampu membuat seluruh saraf di tubuh tama maupun darren seakan akan mati rasa, bahkan mereka sampai lupa cara bernafas saat bertatapan langsung dengan mata tajam milik elvan.
"Nafas jangan lupa, gak lucu kalo tiba-tiba pingsan di sini kan" dengan tatapan jahilnya fahmi berhasil membuat kedua adiknya semakin di landa rasa takut, karena bagaimana mereka bisa bernafas dengan tenang jika yang di hadapi saat ini adalah saudara mereka yang jika sudah marah akan terlihat sangat mengerikan.
"Bisa jawab pertanyaan abang yang tadi" setelah kalimat ini meluncur dari bibir elvan baik tama maupun darren sama-sama lupa cara bagaimana untuk berbicara.
Dengan terbata-bata darren dan tama mulai menjelaskan bagaimana kejadian sebenarnya yang membuat mereka berdua bisa terlibat dengan pekelahian bersama ketiga orang yang sedang duduk di dalam ruang BK bersama kedua orang tua mereka masing-masing.
"Bang maaf" ucap darren dan tama serentak setelah mereka menyelesaikan cerita mereka tadi.
Dengusan halus terdengar dari bibir elvan, dengan mengulas senyum tipis elvan menepuk kedua bahu milik adiknya yang sedari tadi menundukkan kepalanya tidak berani memandang ke arahnya "Abang gak marah sama kalian,kalo memang gitu ceritanya abang bangga sama kalian karena nolongi orang yang sedang dalam kesulitan tapi bukan berarti abang membenarkan tindakan kalian bagaimanapun juga berkelahi itu bukan tindakan yang bagus untuk dilakukan, paham" rangkaian kalimat yang keluar dari elvan mampu membuat darren dan tama menegakkan kepalanya memandang takjub kepada saudanya satu ini.
"Yaudah sekarang mas fahmi sama bang el masuk dulu ke dalam ruang nya kalian berdua jangan jauh-jauh dari kita berdua" ucap fahmi yang langsung masuk ke ruang bk di ikuti elvan dan kedua adiknya di belakangnya.
"Mohon maaf, kalian berdua siapa ya?" Tanya salah satu guru yang ada di dalam ruangan ini.
"Assalamualaikum, mohon maaf kita berdua walinya tama dan darren" ucapa elvan barusan sudah menjawab pertanyaan yang di ajukan salah satu guru tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Bontot Ayah Gunawan
Fanfic"Sebuah kisah penuh suka yang berakhir duka" "Sebuah rasa penuh kasih yang dipaksa berhenti bahkan sebelum dimulai" . . . ~_~_~_~_~_~ Bunda, terlahir sebagai anak bunda dan ayah merupakan suatu anugerah yang Tama selalu syukuri di setiap detik nafas...