Perihal takdir, tidak ada orang yang tau bagaimana takdir mereka. Yang bisa mereka lakukan hanyalah menerima dan menjalani takdir itu
.
.
.
.
.
Selamat MembacaPagi ini tampak rumah Gunawan terlihat sepi, karena beberapa penghuninya yang sedang tidak berada di tempatnya. Seperti alan yang sedang bekerja di kantornya, evan yang memiliki jadwal jaga pagi di rumah sakit tempat ia bekerja, elvan saat ini sedang meninjau bulanan cafe yang ia miliki dan si kembar yang sedang kuliah.
Jadi hanya tiga orang yang sedang menjaga markas utama, yaitu bunda mala darren dan juga tama. Saat ini tama sedang membantu mala memasak di dapur, mereka sedang memasak beberapa cemilan karena teman-teman tama yang akan datang nanti kerumah.
Tenang saja tama hanya ditugaskan bunda mala untuk menyusun makanan yang sudah jadi kedalam piring dan tempat yang lain agar terlihat rapi, jadi tidak perlu takut akan terjadi kebakaran di dapur akibat ulah tama.
"Bund, ini tempe gorengnya enak banget" tama tidak tau sudah berapa banyak ia memakan semua makanan yang di buat mala pagi ini, yang ia tau dirinya tidak berhenti mengunyah dari tadi.
Mala hanya mampu menggeleng kan kepalanya saat melihat bagaimana kelakuan dari anak terakhir nya itu " kamu itu gimana sih, kalo dimakanin terus semuanya nanti temen-temennya mau dikasih apa"
"Kasih piringnya aja bund, terus nanti mereka suruh beli sendiri mau makan apa mereka" ucapan polos tama membuat mala yang mendengar tertawa karena pikiran anaknya itu. Bagaimana bisa tama berfikir untuk memberikan piring kosong kepada teman-temannya dan menyuh mereka untuk membeli sendiri makanan mereka. Memang ajaib anaknya yang satu ini.
"Ada ada aja kamu. Mana darren kok dari tadi bunda gak liat dia"
"Ah abang, biasa bund lagi main game di kamar"
"Udah mandi belum abang kamu itu, kalo belum suruh mandi dulu sana" mala memerintahkan tama untuk melihat apakah darren yang sedang bermain game di kamarnya sudah mandi atau belum. Bukan tanpa alasan karena anak ke 6 nya itu jika sudah fokus dengan gamenya maka ia bisa melupakan untuk melakukan hal lainnya. Jadi perlu pemantauan khusus jika anaknya itu sudah bermain game di ponsel maupun komputer di kamarnya.
"Siap bunda tama cek dulu"
Tama langsung berlari menuju ke kamarnya dan darren. Dengan langkah besarnya suara langkah kaki tama bergema di sepanjang jalannya menuju ke arah kamar.
Setelah sampai di depan pintu kamarnya, tama perlahan mengatur nafasnya pelan. Setelah itu ia mengetuk pintu kamar untuk menghormati orang yang berada di dalam sana. Saat membuka pintu kamar bisa terlihat darren yang sedang fokus memandang layar PC komputer nya.
"Bang darren ditanyai bunda udah mandi atau belum" ucap tama sembari menyembulkan sedikit kepalanya dari balik pintu kamar.
"Oh bilang sama bunda kalo abang udah mandi dari tadi" ucap darren dengan pandangan yang masih fokus ke layar komputernya.
"Dih main mulu tama doain matanya jadi minus"
"Astaghfirullah'alazim doanya jelek banget"
bukanya marah karena tama mendoakan mata nya menjadi minus akibat terlalu sering bermain game di komputer. Darren malah menertawakan ucapan doa yang baru saja adiknya utarakan itu.
"Yaudah kalo gitu, tama mau bantuin bunda masak lagi"
Mendengar kalimat tama barusan, mendadak darren menghentikan aktivitas bermain game nya dan langsung memandang horor pada sang adik "lo bantuin bunda masak"
Saat melihat respon dari saudaranya itu tama lantas memasang wajah kesalnya dan memandang darren sinis " bantuin nyusun makanannya puas"
"Heran deh, kayaknya kalo tama megang alat dapur pada panik semua"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Bontot Ayah Gunawan
Fanfic"Sebuah kisah penuh suka yang berakhir duka" "Sebuah rasa penuh kasih yang dipaksa berhenti bahkan sebelum dimulai" . . . ~_~_~_~_~_~ Bunda, terlahir sebagai anak bunda dan ayah merupakan suatu anugerah yang Tama selalu syukuri di setiap detik nafas...