Next chapter update
Don't forget to vote and comentnya
Semoga kalian suka sama episode yang satu ini
Typo bertebaran di mana-mana
Happy reading semuanya
💚💚💚💚💚💚💚
( ˘ ³˘)♥
Kedua laki-laki itu masih larut dalam pandangan satu sama lain. Terlihat jelas raut terkejut dari wajah salah satu di antara mereka.
"Seno" gumam tama pelan seraya menatap lurus ke arah sosok di hadapannya.
"Lo ngapain di sini" tanya seno dengan raut wajah tak suka memandangi tama.
"Hem...itu" ucap tama mendadak kaku "ini tempat abang gue kerja" ujar tama melanjutkan kalimatnya.
Seno kembali menatap sinis ke arah tama. Tanpa menanggapi ucapan tama tadi seno berjalan meninggalkan tama.
Sedangkan tama yang melihat kepergian seno hanya bisa memandang heran ke arah laki-laki itu.
Tama merasa penasaran dengan objek yang di pandangi seno, objek yang membuat laki-laki itu sempat terdiam lama bahkan sedikit mengeluarkan air mata tadi.
Saat tama mendekati sebuah bilik kaca yang sedikit transparan terlihat seperti ruang rawat khusus seseorang.
Bisa tama lihat seorang anak perempuan dengan umur berkisar 10 tahun menurut tama. Tengah terbaring lemah dengan berbagai macam selang dan kabel yang menempel di tubuhnya.
Tama meringis saat ia melihat bagaimana keadaan dari anak perempuan di dalam ruangan itu. Tubuhnya terlihat sangat kurus, di tambah berbagai macam benda yang menempel di tubuhnya membuat penampilan gadis itu terlihat sangat menyedihkan.
Tanpa sadar tama meremas tangannya dengan kuat. Entah mengapa melihat kondisi anak perempuan di dalam sana membuatnya menjadi sedikit tak nyaman.
Sebuah tepukan di pundak membuat tama, sadar dari lamunannya memandangi objek di hadapannya.
"Suster ana" ucap tama setelah ia mengetahui siapa gerangan orang yang menepuk pundaknya.
"Kamu ngapain di sini, kenapa gak nungguin di ruangan dokter evan aja" tanya suster ana lembut kepada tama.
"Oh, tama bosen nungguin di sana. Gak asik cuman duduk sendirian" ujar tama menjawab pertanyaan suster ana.
"Memangnya kapan kamu gak pernah bosen kalo disuruh nungguin abang kamu kerja" ucap suster ana yang hanya di jawab tawa menggemaskan tama.
"Suster ana, tama boleh nanya sesuatu" ucap tama pelan seraya memandang hati-hati kepada sosok di hadapannya.
"Boleh dong, tanya aja" ucap suster ana antusias.
"Orang yang di rawat di ruangan ini. Sakit apa ya sus" tanya tama sembari menunjuk ruangan dimana sosok gadis kecil yang dilihatnya barusan.
Suster ana mengikuti kemana arah telunjuk tama mengarah. Setelah ia mengetahui kemana telunjuk itu mengarah, suster ana hanya memberikan senyum kecil ke arah tama.
"Namanya ayu" ucap suster ana pelan sembari menatap ke arah ruangan dimana anak perempuan yang tama baru ketahui namanya itu.
"Dia udah tidur lama banget di sana"
"Mungkin sekarang udah satu tahun semenjak kita semua ngelihat ayu senyum" lanjut suster ana dengan tatapan sendu miliknya.
"Maaf sus" ucap tama pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Bontot Ayah Gunawan
Fiksi Penggemar"Sebuah kisah penuh suka yang berakhir duka" "Sebuah rasa penuh kasih yang dipaksa berhenti bahkan sebelum dimulai" . . . ~_~_~_~_~_~ Bunda, terlahir sebagai anak bunda dan ayah merupakan suatu anugerah yang Tama selalu syukuri di setiap detik nafas...