Suatu Hari di Kota Bandung

1.4K 181 23
                                    

Di suatu sore yang indah, dikelilingi langit yang cerah tak lupa udara yang sejuk kota bandung menimbulkan suasana yang nyaman bagi siapa saja yang merasakannya. Terlihat seluruh anak ayah gunawan sedang berkumpul bersama. Mereka sedang duduk di teras di depan rumah, ditemani pisang goreng dan teh hangat buatan mas fahmi.

"Gimana jendela kelas lo, ketauan gak kalo pecah tu jendela" Fakhri bertanya kepada darren perihal jendela kelasnya yang pecah akibat bola yang tidak sengaja dimainkan darren dan temannya.

Darren yang mendapat pertanyaan seperti itu langsung memandang heran ke saudaranya itu, bagaimana bisa ia tahu masalah ini, bukankah ia hanya memberitahukan masalah ini ke tama lalu bagaimana bisa mas fakhri juga tau. Namun belum selesai dengan rasa penasarannya, darren bisa melihat bagaimana adiknya saat ini sedang mencoba bersembunyi di balik tubuh bang evan. Terjawab sudah bahwa adiknya itu sudah menceritakan masalah itu ke orang lain.

"Gak usah sok sembunyi di belakang bang evan, gak mempan tetep keliatan soalnya badan lo gak sebanding sama badan bang evan yang kecil" ucap darren sembari memandang sinis ke arah tama.

Dengan menampilkan senyum pepsodent miliknya tama perlahan menampakkan wajahnya ke arah darren "maaf bang, tama lupa kalo masalah itu gak boleh diceritain sama orang lain hehehehe damai bang" ucap tama.

"Kebiasaan, gak bisa bener di suruh jaga rahasia" ucap darren.

"Lagian kamu lucu darren, udah tau gak bisa main sepak bola masih aja ngeyel" alan yang sedari tadi memperhatikan perdebatan antara adik-adiknya mulai tersenyum kecil karena merasa bahagia melihat moment sederhana tadi.

"Itu namanya ikhtiar bang, kalo kata bunda itu usaha tidak akan mengkhianati hasil" darren berbicara dengan menampilkan wajah cemberutnya, bagaimana tidak bukan salahnya jika ia tidak bisa bermain sepak bola dengan benar, salahkan saja bolanya kenapa setiap ingin di tendang bola itu akan pergi ke arah yang berbeda dengan yang ia mau sehingga jendela orang akan menjadi sasaran bolanya itu.

"Ya kalo setiap kamu ikhtiar mecahin jendela orang sama dengan bohong " Evan ikut meledek adiknya itu karena gemas melihat wajah cemberutnya.

"Biarin aja toh si darren gantinya makek uang dia sendiri kok" fahmi yang sedari tadi diam mulai mengeluarkan pendapatnya.

Darren yang menjadi objek pembicaraan kembali mengerucutkan bibirnya dan memandang kesal ke arah setiap saudaranya "terus aja ledekin, liat aja kalo nanti darren bisa main bola jangan kaget" ucapnya.

"Idih serem, yakin neng bakalan bisa" fakhri kembali mengejek adiknya itu.

"Taudeh males" darren menyerah dengan semua ejekan yan diberikan saudaranya, ia sudah terlalu lelah meladeni mereka semua.

"Mas fahmi, boleh minta tolong ambilin pisangnya" tama meminta tolong ke fahmi untuk mengambil pisang goreng didepannya, karena jarak pisang goreng itu sedikit jauh dari tempat di mana tama duduk sekarang.

Fahmi pun mengambilkan satu pisang goreng dan langsung diserahkan ke arah tama " ni ambil" ucapnya.

"Makasih mas fahmi" ucap tama tak lupa dengan memberikan senyum manisnya.

"Bang, rencananya gue sama anak-anak yang lain mau buka cabang baru cafe kita, menurut lo gimana bang?" Elvan bertanya ke kedua saudaranya nya siapa lagi kalau bukan alan dan evan. Seluruh anak-anak bunda mala memiliki kebiasaan dimana jika ingin melakukan sesuatu ataupun memulai sesuatu mereka akan meminta saran dari saudara mereka yang lainnya, terutama saudara mereka yang paling tua alan tentu orangnya.

"Kamu udah yakin mau buka cabang lagi?" Tanya alan kepada elvan sembari menyesap pelan segelas teh yang sedang ia pegang.

"Insyaallah bang udah" ucap elvan mantap.

Anak Bontot Ayah GunawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang