Suara-suara lantunan indah ayat suci Al-Qur'an yang saling menyahut terdengar merdu mengalun indah di dalam rumah gunawan.
Terlihat punggung besar nan kokoh sedang duduk di tengah-tengah ruangan memperhatikan satu persatu orang yang sedang membaca Al-Qur'an di hadapannya. Sesekali ia tersenyum bangga saat melihat bagaimana lancarnya seluruh putra-putra nya dalam melantunkan ayat suci Al-Qur'an itu.
Jangan ditanya seberapa bangga dirinya di anugerahi oleh Allah SWT dengan hadirnya ke tujuh putranya itu. Bahkan tak henti-hentinya dirinya selalu bersyukur karena merasa berhasil mendidik anak-anak nya itu. Bagaimana mereka bisa tumbuh menjadi anak yang selalu membanggakan dirinya dan sang istri.
Masih terekam jelas di benaknya bagaimana susahnya dirinya dan sang istri dulu. Untuk makan saja mereka bahkan pernah berpuasa agar bisa menghemat pengeluaran sehari-hari. Mati matian dulu ia dan mala bekerja keras agar seluruh anak-anak nya tidak merasakan bagaimana susah nya mereka dulu. Ia ingin anak anaknya bisa lebih dari mereka, itulah alasan mereka selalu bekerja keras dalam memenuhi semua kebutuhan seluruh anak-anak nya.
Sekarang ia merasa bangga karena beberapa anaknya sudah bisa menghasilkan pundi pundi uang mereka sendiri. Bahkan untuk biaya sekolah adik-adiknya ditanggung oleh anak-anaknya yang sudah bekerja itu.
"Shadaqallahul-'adzim" ucap semua orang yang secara serempak menutup Al-Qur'an di hadapan mereka. Setelah itu mereka meletakkan kembali Al-Quran yang mereka baca tadi ke tempat semula dimana biasanya diletakkan.
"Ayah.....ayah ada berita hangat terhot sepanjang masa" ucap fakhri antusias. Bahkan seluruh anggota keluarga gunawan sedang memandang penasaran ke arah dirinya.
"Ghibah terus, inget dosa tauk"
Fakhri tidak mengindahkan ucapan saudara tertua nya itu siapa lagi kalau bukan bang alan " bang ghibah itu kalo ceritanya gak nyata atau ngarang, nah yang mau gue kasih tau itu berita dari sumber terpercaya bahkan gue ada saksinya. Berarti itu bukan ghibah bang tapi berbagi cerita jadi sah sah aja bang" ucap fakhri dengan bangga di hadapan seluruh orang yang sedang memandangi nya itu.
"Itu filosofi darimana mas, Astaghfirullah'alazim ajaran sesat nih pasti" Tama tidak habis pikir dengan ucapan fakhri barusan yang menurut nya tidak masuk akal itu. Memang sudah tidak bisa ditolong lagi saudaranya yang satu itu.
"Tolong, anda sebagai bahan pergosipan harap diam. Karena ceritanya menyangkut anda" fakhri memandang tama sekilas lalu memandang ke arah ayahnya untuk melanjutkan ceritanya lagi.
"Gosip apa sih mas. Kamu udah kayak ibu-ibu yang suka belanja di tukang sayur depan deh, hobi banget ngegosip"
"Ini bukan gosip biasa tauk yah, ini cerita seratus persen bener yah"
Gunawan menggelengkan kepalanya. Memang anaknya yang satu itu sangat sulit di tebak kelakuan nya "emangnya ada cerita apa sih. Kok kamu sampek heboh begitu" akhirnya ia mengalah dan mau mendengarkan cerita putranya itu.
"Jadi gini yah, anak ayah yang namanya Malik Adhitama itu behh kelakuannya mantep jiwa. Masak ya yah kan tadi ajeng dateng ke sini tuh, terus dia cerita kalo tama waktu ketemu sama dia pertama kali main narik-narik tangannya ajeng terus dia bilang gini yah jadi makmum sholat gue simulasi sebelum jadi makmum gue beneran nanti"
Tama sontak menundukkan kepalanya saat mendengar cerita yang baru saja di ucapkan oleh fakhri tadi. Bahkan tama mengutuk saudaranya itu, karena dengan teganya membeberkan cerita memalukan yang sebenarnya ingin ia lupakan itu. Bahkan tama tak henti henti memberikan sumpah serapah kepada saudaranya itu karena melihat bagaimana bangganya fakhri saat menirukan bagaimana cara berbicara dirinya, sungguh menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Bontot Ayah Gunawan
Fanfic"Sebuah kisah penuh suka yang berakhir duka" "Sebuah rasa penuh kasih yang dipaksa berhenti bahkan sebelum dimulai" . . . ~_~_~_~_~_~ Bunda, terlahir sebagai anak bunda dan ayah merupakan suatu anugerah yang Tama selalu syukuri di setiap detik nafas...