Timeskip after school exams.
Setelah ujian selesai, kelompok belajar barengnya -minus Dimas- Aya berencana mau jalan pagi bareng ke alun-alun kota. Awalnya Reyhan yang ngasih saran kaya gini, katanya biar bisa menenangkan pikiran alias refreshing.
Hari minggu adalah harinya. Mereka semua udah janjian mau start jalan dari rumah Raka yang jaraknya paling deket buat ke alun-alun.
Karena Lia ngajakin Verino ikut, jadi pagi ini Aya berangkat sendirian ke rumah Raka.
Dan sudah bisa ditebak Aya adalah orang yang pertama sampai di lokasi. Masih sepi, sekarang masih pukul 6 pagi.
Ceklek.
“Loh Aya?” Aya menoleh, ternyata bunda Raka yang memanggilnya. Aya menghampiri beliau dan mencium punggung tangannya. “Pagi bunda.”
Bunda tersenyum. “Pagi juga. Mau jalan bareng sama yang lain ya? Tapi Rakanya masih tidur. Dia semalem tidurnya agak malem, bunda lupa mungkin sekitar jam 1 pagi dia baru tidur.”
“Tumben Raka begadang,” gumam Aya.
“Kamu tolong bangunin dia dong Ya. Bunda mau siapin sarapan dulu buat kalian nanti.”
Aya membuat pose hormat lalu berkata, “Perintah diterima ibunda! Aya izin masuk dulu.” Dan terkekeh bersama dengan sang bunda. Orang tua Aya dan Raka memang bisa dibilang cukup dekat jadi tidak heran jika bunda Raka dan Aya bisa seakrab itu.
Aya melangkahkan kakinya masuk menuju kamar Raka. Tentunya mengetuk pintu dahulu sebelum masuk.
Tok tok.
“Raka udah bangun? Ini gue, Aya.” Tidak ada sahutan dari dalam. Aya kembali mengetuk pintu kamar, menunggu selama beberapa menit. Namun lagi lagi tidak ada jawaban hingga akhirnya Aya memutuskan untuk masuk.
“Astaga masih tidur.” Aya berjalan mendekati kasur, melihat Raka yang masih terbalut selimut.
“Raka? Bangun. Kita mau jalan nih nanti. Kaaa, bangunnn,” kata Aya menepuk pelan pipi Raka supaya bangun tapi sepertinya tepukan Aya justru membuat sang pemilik tubuh semakin nyenyak dalam tidurnya.
“Raka bangunnnn.” Kali ini Aya mengguncang bahu Raka sedikit kencang. Berkali kali Aya memanggil nama Raka, menyuruhnya untuk bangun.
“Eungh.”
“Kaaa, bangun duluuu.” Aya naik ke atas kasur. Gadis itu meraih salah satu lengan Raka dan menariknya. Sekali lagi, hal tersebut dilakukan agar lelaki itu terbangun.
Hal tak diduga terjadi.
Raka yang setengah sadar kesal karena tidurnya terusik. Ia menarik kedua tangan Aya yang kini masih berada di lengannya. Dan Aya yang kaget akan hal tersebut tidak sempat menyeimbangkan tubuhnya.
Aya jatuh diatas tubuh Raka.
Yang paling mengejutkan adalahnya bibir mereka saling bersentuhan. Tidak, bukan ciuman, bukan kecupan, hanya sebatas bersetuhan biasanya namun mampu membuat jantung keduanya berdetak lebih cepat.
Raka seketika langsung tersadar 100% sedangkan Aya, pupil matanya membesar.
Aya hendak bangkit tetapi pinggangnya ditahan oleh tangan Raka. Tanpa berminat memindahkan bibirnya dari sang lawan jenis, tangan Raka yang satunya membelai lembut pipi Aya.
Sontak Aya menggelengkan kepalanya dan dengan cepat mendorong bahu Raka sebelum dirinya semakin terbuai dengan sentuhan Raka.
“Udah bangun kan? Buruan siap siap nanti kita mau jalan. Gue tunggu di bawah.” Dengan pipi yang memerah Aya buru buru keluar dari kamar.
Raka terduduk dan menyenderkan kepalanya di headboard. Sembari memejamkan matanya, lelaki itu menyentuh bibirnya sendiri. Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
“Padahal niat gue cuma biar gak keganggu, kenapa malah jadi gini sih argh.” Raka mengacak acak rambutnya. Masih pagi tapi pikirannya udah ruwet banget.
“Dia pasti bakal ilfeel sama lo habis ini Ka,” gumamnya pada diri sendiri.
TO BE CONTINUE
jujur agak gak pede sama alurnya ㅠ
oh, omong-omong belum kenalan sama Dimas ya? hehe ini Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shy - Kim Seungmin
RandomKisah sederhana tentang Raka dan Aya yang malu untuk mengakui perasaan mereka satu sama lain. ©peaBlue, 2021