“Raka!” Yang dipanggil menoleh.
“Duluan bro, biar gue samperin Aya bentar,” kata Raka pada teman temannya.
Saat ini telah memasuki jam istirahat. Raka dan beberapa temannya berjalan menuju kantin bersama. Namun ditengah jalan Raka berhenti karena Aya memanggilnya dan tanpa persetujuan menyeret dirinya ke perpustakaan.
“Ngapain kesini?” Oh ya omong-omong Raka udah gak marah perkara foto gandengan Aya dan Dimas kemarin. Yang ada malah Raka malu karena keceplosan bilang suka.
“Duduk dulu.” Aya menarik tangan Raka ke tempat duduk yang ada diujung. Mereka kini duduk berhadapan satu sama lain.
“Jelasin!”
Aya menatap Raka dengan serius seolah sedang menginvestigasi seorang penjahat. Iya, penjahat hatinya. Aya perlu penjelasan langsung tentang perkataan Raka di telepon semalam.
“Jelasin soal apa?”
“Omongan. Lo. Di telpon. Kemaren,” ujar Aya penuh penekanan pada setiap kata katanya.
“Yang mana?” Percayalah Raka saat ini hanya berbohong. Dia sebenernya inget dan paham apa yang dimaksud sama Aya cuma malu mau ngaku.
“Gue yakin lo paham omongan mana yang gue maksud.”
Raka menggaruk tengkuknya, ia merasa kikuk sekarang. “Yang mana sih Ya, gue lupa.”
“Seungdiraka Ravendra. Jangan bohong sama gue.”
Raka masih mengelak, lelaki itu mengalihkan pandangannya kemanapun asalkan tidak menatap netra tajam milik Aya.
Jika boleh jujur, Aya lumayan menyeramkan saat serius begini apalagi ditambah aura ingin menerkam yang dikeluarkan gadis itu.
“Gue tau gerak gerik lo Raka.”
Okay Raka menyerah. “Iya maaf gue cuma keceplosan. Semalem kelewat emosi, tapi tenang aja lo gausah anggep serius. Gue asal ngomong doang kok.”
“Gitu? Lo gak beneran suka sama gue kan?”
“Nggak Ya. Lagian tipe cewek gue bukan kaya lo hahaha,” balas Raka tertawa canggung.
“Cuma asal ngomong… tipe ceweknya bukan gue. Buat apa lo bohong Ka?” batin Aya sedih.
Tanpa mengatakan apapun, Aya meletakkan dua buah roti yang sedari tadi ia simpan di sakunya ke hadapan Raka. Setelahnya, Aya bangkit lalu pergi keluar perpustakaan tanpa pamit. Raut wajahnya terlihat sedih dan kecewa, sama seperti suasana hatinya saat ini.
Bel pulang sekolah berbunyi namun Aya masih belum masuk ke kelasnya. Memang, sehabis Aya keluar dari perpus tidak ada yang tau dia pergi kemana.
Kini seluruh siswa sudah diperbolehkan keluar dari kelas.
Lia kemudian menghampiri meja Ryuna yang mananya satu meja juga dengan Aya. “Belom balik juga anaknya?” tanyanya pada Ryuna.
Ryuna menggeleng sebagai jawaban. “Padahal tasnya masih disini, bisa bisanya tuh bocah bolos 4 pelajaran.”
Mendengar hal tersebut, Raka yang awalnya mau melangkahkan kakinya keluar kelas menjadi berbalik ke arah dua gadis yang sedang mempertanyaan keberadaan Aya itu. “Aya masih belum balik?”
“Ye lo liat sendiri tasnya ada, orangnya gaada. Cih, udah tau gitu masih aja nanya,” balas Lia dengan ketus.
Lia tau sebelum pergi entah kemana, Aya sempat menarik paksa Raka ke perpustakaan. Jadi dia berpikir perginya Aya disebabkan oleh perlakuan yang dilakukan Raka di perpustakaan.
Lebih tepatnya perkataan sih.
Saat tiga orang itu sedang asik berpikir kemanakah Aya pergi, tiba-tiba terdengar suara Reyhan menginterupsi, “Aya habis ini langsung pulang ok? Tenangin diri lo dulu.”
Ketika menoleh, mereka mendapati Reyhan tengah merangkul Aya dengan Nelo berdiri dibelakangnya.
Aya terlihat berantakan, matanya sedikit sembab, ujung lengan seragamnya kusut, ikatan rambutnya yang sudah tidak rapih lagi, dan dirinya yang sesenggukan. Bahkan Aya tak berani menatap Lia dan Ryuna, ia terus saja menunduk.
Masih sambil merangkul Aya, Reyhan berkata, “Nel, ambilin tas kakak lo. Gue ke parkiran dulu, biar gue anter dia pulang trus lo tunggu di pos satpam. Ntar gue anterin lo juga.” Lalu ia menuntun Aya berjalan ke parkiran.
Sedangkan Raka, Lia, dan Ryuna masih mencerna apa yang terjadi dengan Aya.
Baru saja Raka akan mengejar Reyhan dan Aya tetapi kedua bahunya langsung ditahan Nelo. Nelo menggelengkan kepalanya.
“Aya kenapa?” Ryuna bertanya saat Nelo hendak mengambil tas kakaknya.
Nelo tersenyum, manis sekali. “Gapapa kak, maaf Nelo gabisa cerita dulu. Oh iya.” Nelo melihat ke arah Raka. “Buat mas Raka sementara ini jangan ketemu maupun chat mbak Aya dulu ya.”
Usai membereskan barang kakaknya dan memasukkannya kedalam tas maka Nelo berpamitan pada ketiga kakak kelasnya. “Nelo balik dulu kak. Permisi.”
Yang ada dalam pikiran Raka, Lia, dan Ryuna kini adalah, ada apa dengan Aya hingga dirinya terlihat sangat kacau seperti tadi? Dan lagi Nelo, adiknya, melarang Raka untuk berkomunikasi dengan Aya.
Apa yang terjadi sebenarnya?
TO BE CONTINUE
KAMU SEDANG MEMBACA
Shy - Kim Seungmin
RandomKisah sederhana tentang Raka dan Aya yang malu untuk mengakui perasaan mereka satu sama lain. ©peaBlue, 2021