Beberapa hari belakangan ini Aya lebih sering melamun.
Ketika berkumpul bersama teman-temannya, Aya terlihat sangat lesu persis seperti orang yang sedang patah hati.
Ya nyatanya memang begitu.
Entah bagaimana tetapi perkataan Raka tempo hari di perpustakaan terlalu menohok bagi hati kecil Aya. Apalagi dengan tawanya yang terkesan mengejek, terlihat seperti meremehkan gadis yang terlalu percaya diri itu. Sangat menyakitkan bagi Aya.
Jika ditanya ada apa sampai Aya menangis waktu itu, Aya akan tersenyum bodoh dan menjawab jika dirinya habis terjatuh. Reyhan dan Nelo pun juga bungkam ketika ditanya ada apa dengan Aya.
Aya memang tidak membuat jarak dengan Lia, Ryuna, maupun temannya yang lain. Tetapi jika berurusan dengan Raka walau hanya sekedar bertemu di kantin maka Aya akan langsung menghindar seolah baru saja bertemu dengan stalker.
“Aya, lo yakin gamau ceritain apapun?” tanya Ryuna sambil kembali meminum jus alpukatnya.
Yup saat ini para pengabdi yupi gratis memang lagi nongkrong di kantin, mumpung jamkos.
Lia menopang dagunya. “Kaga maksud nyinggung nih tapi aneh aja ngeliat lo gitu Ya. Bolos 4 mapel, balik balik dirangkul Reyhan, mana tampilan lo acak acakan cem gembel. Gimana kita gak khawatir.”
Aya menggelengkan kepalanya dan mencoba tersenyum. “Kalo gitu coba aja tanya sama Reyhan.”
“Gak dijawab. Katanya suruh tanya Nelo, pas tanya Nelo malah si behel bilang gamau cerita nanti digeplak.”
Aya hanya tertawa kecil sebagai respon. Syukurnya saat itu ia bertemu dengan Reyhan yang memang pintar dalam menjaga rahasia.
Flashback setelah Aya keluar dari perpustakaan.
Aya bingung. Perasaanya kalang kabut saat ini hingga akhirnya dia memutuskan untuk menenangkan dirinya di warung samping sekolah. Ya, sedari awal niatnya memang sudah ingin bolos.
Aya tau, jalur untuk pergi ke warung memang mudah tapi yang dipermasalahkan adalah warung tersebut sudah menjadi tempat legend bagi murid yang hobi membolos.
Agak sedikit beresiko untuk gadis baik hati nan cantik jelita seperti Aya.
“Bodoamat lah yang penting pikiran gue tenang dulu. Siapa tau pas sampe sana emosi gue keluar semua.”
Begitu memasuki warung, Aya dapat mencium aroma nikotin yang kuat. Tempat tersebut juga didominasi oleh siswa daripada siswi. Murid perempuan ada sih tapi cuma dikit.
Aya jadi parno sendiri.
“Aya!” Suara Reyhan terdengar. Tidak suaranya bukan berasal dari dalam warung tetapi dari luarnya.
Reyhan berlari kecil menghampiri Aya dan segera merangkulnya keluar dari warung. “Lo ngapain di dalem sana?!” bentak Reyhan tanpa sadar.
Gadis bermata kucing itu menundukkan kepala dan menggeleng. Kaget barusan habis dibentak.
Reyhan mengusap wajahnya kasar. Tadinya dia disuruh fotocopy soal sama bu Rossa, eh pas balik malah ketemu Aya disini.
Namun scara tiba tiba Aya memeluk Reyhan yang masih posisi merangkulnya dan terisak dalam pelukan tersebut.
Ya, Reyhan paham jika kini ada sebuah masalah berat yang menimpa temannya. Tanpa mengatakan apapun, lelaki quokka itu membalas pelukan dari lawan jenisnya. Mengusap perlahan surai rambut sang gadis, berusaha membuatnya tenang.
“Shut udah cup cup. Kita pindah ke tempat lain, nanti lanjut nangisnya disana,” kata Reyhan.
Tanpa melepas pelukannya, Reyhan memanggil salah satu teman kelasnya yang memang lagi bolos di warung.
Cowok itu ngasihin fotocopy-an soal ke temennya. “Kasihin ke bu Rossa, kalo ditanya Reyhan kemana bilang aja ada lagi dipanggil pak presiden.” Awalnya temannya menolak tapi habis Reyhan ngeluarin death glare nya baru mau nerima.
Singkat cerita kedua insan itu kini berada di cafe terdekat dari sekolah.
Aya menceritakan semua pada Reyhan mulai dari rasa cemburu Raka sampai omongannya di perpus. Gadis itu bercerita sambil menangis, hatinya terlalu sakit.
“Udah Ya jangan nangis terus. Kita harus hemat air mata biar gak cepet abis,” hibur Reyhan. Aya yang mendengarnya jadi sedikit tertawa.
Begitulah pekerjaan Reyhan saat ini. Menghibur Aya sampai sedihnya hilang, untung nya berhasil untuk sementara.
Ya hanya untuk sementara karena saat akan kembali ke sekolah Aya kembali menangis.
Ayenelo Yanggara
Ke cafe sini|
Kakak lo awut awutan||Cafe deket sekolah?
|Awut awutan gimana bang? Abis lo apain mbak gueIye cafe itu, buruan nih Aya nangis lagi|
|Bentar lagi bang, nunggu bel, nanggung
|Jagain dulu mbak Aya sampe gue datengAman|
Cepet ye, lari kalo perlu|Begitulah cerita bagaimana Aya bisa kembali ke kelas dengan raut wajah berantakan dan ditemani dua lelaki di sisinya.
TO BE CONTINUE
KAMU SEDANG MEMBACA
Shy - Kim Seungmin
RandomKisah sederhana tentang Raka dan Aya yang malu untuk mengakui perasaan mereka satu sama lain. ©peaBlue, 2021