Jum’at malam tiba-tiba Raka ngabarin Aya mau ngajakin keluar ke taman rekreasi.
Nggak, bukan keluar malam itu juga tetapi besoknya karena alasan Raka gabut sendirian di rumah. Tapi Aya nolak soalnya dia sama Nelo udah janji mau jagain keponakannya Reyhan besok.
“Sorry banget Ka. Gue beneran gak bisa habisnya Reyhan sekeluarga katanya ada urusan makanya ponakannya dititipin ke gue,” jelas Aya pada sambungan voice call nya dengan Raka malam ini.
Raka berdehem di sebrang sana. “Gapapa Ya, lain kali aja kalo lo free kita ke taman rekreasi berdua hehe.”
“Sorry, berdua?” tanya Aya memastikan.
“Iya berdua. Kenapa? Mau ajakin Nelo juga?” Aya menggelengkan kepalanya meski tau Raka tidak dapat melihatnya. “Ah nggak. Gapapa, cuma mastiin pendengaran gue gak salah.”
Terdengar suara tawa kecil dari Raka, “Lo lucu banget,” katanya sembari terkekeh.
Gak tau aja Raka kalau omongannya tadi berdamage banget buat Aya.
“Raka telponnya gue tutup dulu, gue lupa belum maskeran. Oke? Oke bye!” Aya buru buru menutup sambungan telpon bahkan tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.
Sedangkan Raka di kamarnya saat ini hanya bisa menahan gemas menyaksikan tingkah laku Aya barusan. “Gemes banget ganahan.”
“REYHANNNN MAIN YOKKKK!!!” teriak Aya di depan rumah Reyhan. Emang gak tau malu.
Nelo malu, dirinya memukul pelan lengan kakaknya. “Mbak, sopan!” Aya cuma nyegir gak berdosa.
Lama ditunggu namun Reyhan gak keluar dari rumahnya sama sekali. Setelah di missed call barulah pemilik rumah keluar dengan muka bantalnya. Jam 10 pagi dan seorang Reyhan Adinata baru bangun.
Aya berdecak, “Bagus bagus. Kebo terus.”
“Gue bukan kebo ye!” tegas Reyhan gak terima disamain sama hewan tersebut.
Pletak.
“Kebo, kebanyakan bobo goblok.”
Reyhan ngelusin kepalanya yang baru aja digeplak. Malang sekali nasibnya, baru bangun udah digeplak aja.
“Yaudah ayo masuk dulu biar gue tunjukin kamarnya Ai.”
Nama keponakannya Reyhan itu Keaino, dipanggilnya Ai. Cewek manis yang umurnya masih 3 tahun. Suka manggil Reyhan dengan sebutan “Om mbul” karena pipinya yang emang gembil sampe jadi korban cubitan Ai akhir-akhir ini.
Singkat cerita sekarang di rumah cuma ada Nelo sama Ai. Aya lagi pergi ke minimarket terdekat beli camilan sama biskuit bayi buat Ai.
Di tengah perjalanan pulang Aya ngeliat ada orang, laki-laki, lagi meringkuk di pinggir jalan. Dari perawakan tubuhnya sih kayanya Aya kenal.
“Kaya Adimas,” batinnya.
Aya menghampiri orang tersebut. Hanya ingin memastikan apakah benar itu Adimas atau bukan.
“Dimas?”
Laki-laki itu mendongak. Benar itu Adimas. Wajahnya terlihat menyedihkan, matanya sembab, hidung merah, rambutnya yang sedikit acak acakan.
“Aya…” lirihnya. Dimas segera bangkit lalu dengan cepat ia memeluk Aya dan kembali menangis. “Kkami ilang Ya,” ujarnya dengan suara serak.
Aya seketika teringat dengan Reyhan yang pernah bercerita jika Dimas sangat bucin akut dengan anjing peliharaannya yang bernama Kkami.
“Dimas tuh, anjir gila bucin parah sama anjingnya. Kayaaa… kalo seandainya ntuh si Kkami ngilang, Dimas bakal kliatan kaya orang yang paling menderita di dunia. Sebucin itu memang.”
Aya tidak bisa berbuat apa-apa. Mau bantuin nyari pun dia gak tau rupa Kkami kaya gimana. Jadinya ia hanya terus menerus mengusap punggung Dimas.
“Udah sejam gue nyari dari komplek rumah sampe kesini tapi tetep gak ada. Ayaaaa gue harus gimana hiks.”
“Sabar Dimas. Lo tenang dulu. Jangan nangis, dia gak bakal pergi jauh kok.”
Hingga akhirnya Dimas berhenti menangis, ia malu bisa bisanya dirinya menangis dihadapan Aya hanya karena seekor anjing yang hilang. Namun mau bagaimana lagi, Kkami itu anjing kesayangan Dimas, anjing baik yang selalu setia nemenin Dimas. Makanya Dimas bisa sesayang itu sama Kkami.
“Udah tenang? Sekarang gue anter lo pulang oke? Siapa tau Kkami udah nunggu dirumah.” Dimas mengangguk. Kini Aya mengantar Dimas kembali pulang kerumahnya.
Cekrek.
“Mampus lo Yemayaru.”
TO BE CONTINUE
KAMU SEDANG MEMBACA
Shy - Kim Seungmin
RandomKisah sederhana tentang Raka dan Aya yang malu untuk mengakui perasaan mereka satu sama lain. ©peaBlue, 2021