18 : kedai

208 52 29
                                    

Lee Felix berjalan di koridor kelas, mencari keberadaan Han Jisung. Ini tidak biasa, karena dirinya selalu menghilang setiap waktu istirahat. Ia bahkan tidak peduli bau rokok yang masih menempel di tubuhnya 

"Han-ah." Panggil Lee Felix begitu menemukan orang yang dicari.

Han Jisung sedang menatap ke luar jendela, mendengarkan lagu dari earphone-nya. Mendengar Lee Felix memanggilnya, Han Jisung melepas sebelah earphone.

"Kita harus bicara." Kata Lee Felix.

Kelebihan Han Jisung adalah dapat membaca situasi dengan cepat. Lee Felix hanya perlu tiga kata untuk membuat Han Jisung mengerti.

🥀

"Chan hyung berhenti bersekongkol bersamaku karena dia tahu aku tidak akan benar-benar menyakiti Hwang Yeji. Kalau bukan aku, siapa yang dia jadikan sekongkolnya?"

Kalian bisa menebak suara milik siapa itu. Suara itu adalah milik Lee Felix.

"Hyunjin? Sudah pasti bukan. Seungmin? Apalagi. Minho dan Changbin hyung–”

“Aku,” ujar Han Jisung, “sekongkol Bang Chan hyung.”

Lee Felix is too stunned to speak.

“Tapi kenapa …? Bukankah kita berjanji tidak akan mengungkit masalah ini lagi?”

“Aku sekongkol dengan Chan hyung bukan karena aku masih tidak merelakan Woo-in hyung. Hwang Yeji membuat perjanjian konyol dengan Hwang Hyunjin untuk mempermainkanku dan Nancy.”

“Nancy … maksudmu Nancy Mcdonie?!”

Han Jisung mengangguk.

“Han-ah, aku rasa sudah hentikan saja. Akan ada korban berjatuhan lagi.”

“Tidak, aku hanya ingin bermain-main sedikit dan memanipulasi Hwang Yeji.”

Kim Seungmin yang tidak sengaja lewat dan menguping speechless. Ia ingin muncul dan ikut bicara di sana, tetapi ....

Sialnya, Kim Seungmin membuat suara dibalik persembunyiannya. Ia buru-buru pergi karena tidak ingin ketahuan menguping.

🥀

"Han-ah?" Celetuk Hwang Yeji ketika melihat Han Jisung berdiri di depan tembok beton yang menjadi pondasi gerbang sekolah.

“Yeji-ya?”

“Kau sedang apa di sini?”

“Menunggumu pulang,” jawab Han Jisung, “ayo mampir ke kedaiku."

It’s my dream, mas!!! –Author-nim.

Pada akhirnya, mereka tiba di kedai ramen milik keluarga Han Jisung seperti tidak terjadi apa-apa. 

Kedai milik keluarga Han Jisung ramai oleh pembeli. Lampu kuning remang-remang menyinari wajah Hwang Yeji yang lelah setelah bersekolah seharian. Ah, tidak–-setengah harinya Hwang Yeji gunakan untuk skip kelas. Uap hangat dari panci besar terasa ke seluruh sudut ruangan, membuat siapapun yang duduk di dalam dan menunggu ramen merasakan perasaan hangat.

"Silakan duduk. Nanti kuantarkan makanannya." Ucap Han Jisung begitu mereka masuk ke dalam kedai. 

Lelaki itu melepas tasnya dan memakai celemek hitam dengan lambang kedai di bagian perut. Sekitar 10 menit Hwang Yeji menunggu, Han Jisung datang membawa baki dengan mangkok keramik di atasnya.

"Terima kasih atas makanannya."

Fyi, keluarga Han Jisung memang menjual ramen Jepang–bukan ramyeon. Bisnis keluarga ini telah ada sejak Korea Selatan merdeka.

Pretty Bad Teenagers : Hyunjin Yeji✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang