"We all were only teenagers back then i guess. We were not strong enough to walk alone, right?"
🥀
Hwang Yeji jalan kaki seperti biasanya dari halte bus ke rumah. Lelaki Hwang hari ini tidak ikut-ikutan ke rumah Hwang Yeji karena ia sibuk ke percetakan untuk mencetak banner, brosur, dan memesan sticker untuk ditempel di paper box yang sudah mereka lipat tempo hari.
Tiba di depan pagar rumahnya, terlihat sebuah kotak kardus coklat tanpa nama pengirim. Hwang Yeji bergegas mengangkat kotak yang tidak terlalu berat itu sembari membuka pagar, lalu masuk ke dalam rumah.
Hwang Yeji langsung merebahkan dirinya di sofa, lalu sedetik kemudian memutuskan membuka kotak tersebut.
Pertama kali yang mencuri perhatian Hwang Yeji adalah sebuah buku jurnal atau diary. Hwang Yeji membukanya dan menyadari bahwa buku tersebut merupakan jurnal milik seseorang–seseorang yang ia kenal baik.
Buku itu milik mendiang Kim Woo-in.
Buku itu tidak terisi penuh. Karena kau tahu .... Sebelum buku itu penuh, mendiang sudah pergi untuk selama-lamanya dari dunia ini.
Buku itu diisi mulai dari saat Kim Woo-in menginjak umur 19 tahun atau dapat dikatakan saat ia berulang tahun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hwang Yeji tertegun membaca kata tiap kata. Banyak bagian-bagian dari jurnal Kim Woo-in yang menarik perhatiannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hwang Yeji membalik halaman demi halaman.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
