19 : perbincangan yang mendalam

267 43 15
                                    

Faktanya, perkataan Han Jisung tadi membuat Hwang Yeji tidak bisa tidur dan memutuskan untuk menelepon Hwang Hyunjin malam-malam untuk mencurahkan isi hatinya. Hal yang tidak terduga terjadi, Hwang Hyunjin malah datang ke rumah Hwang Yeji.

“Aku sedang mengungsi dari rasa kesepian di rumah.” Celetuk Hwang Hyunjin beralasan.

Sungguh, Hyunjin tidak bisa hidup tanpa aku. Pikir Hwang Yeji begitu Hwang Hyunjin meminta izin untuk pergi ke rumah Hwang Hyunjin.

Terdengar bunyi bel rumah Hwang Yeji yang menandakan Hwang Hyunjin telah tiba. Mereka masuk ke dalam rumah Hwang Yeji yang hangat dan saling bertukar cerita di ruang tengah yang terdapat sofa dan karpet. Persis sama seperti waktu Hwang Hyunjin datang pertama kali.

Hwang Yeji menceritakan perkembangannya dengan Han Jisung, sementara Hwang Hyunjin menceritakan soal Kim Chaewon–kekacauan di antara mereka–dan Nancy Mcdonie–perkembangannya dengan perempuan itu.

Malam yang kelam dan panjang menjadi begitu menyenangkan hingga mereka melupakan penat mereka sementara. Bahkan, Hwang Yeji sudah lupa ia menjadi bahan pembicaraan di sekolah soal itu.

Pembicaraan mereka terhenti hingga pada akhirnya ….

“Yeji-ya, aku lapar. Ayo makan.” 

Memang, sih, dari tadi juga terdengar suara perut Hwang Hyunjin yang meraung-raung.

“Makan apa, ya? Sekarang sudah terlalu malam untuk membeli makanan di resto. Di rumahku juga tidak ada bahan makanan.” Balas Hwang Yeji.

“Minimarket 24 jam?”

Hwang Yeji berpikir sejenak apakah ada minimarket 24 jam di sekitar rumahnya, “Oh, ada.”

“Oke, kita makan di minimarket saja.”

Hwang Yeji mengenakan pakaian knit yang nyaman dan hangat karena udara di luar agak dingin. Sementara, Hwang Hyunjin mengenakan jaket hitamnya yang memang sudah digunakan sejak dari rumah.
Suara berisik pagar ditutup menandakan duo Hwang sudah menginjakkan kaki di luar rumah Hwang Yeji. Duo Hwang berjalan kaki menyusuri daerah rumah Hwang Yeji yang naik turun karena memang sebagian besar wilayah kota Seoul terdiri dari pegunungan atau dataran tinggi. Sekitar 800 meter mereka berjalan, akhirnya tiba di pinggir jalan raya yang terdapat minimarket 24 jam.

Waktu telah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Fun fact, biasanya sekitar jam delapan malam makanan di minimarket dijual dengan harga murah atau sale besar-besaran karena minimarket tersebut harus menghabiskan stok pada hari ini. 

Jadi, ketika duo Hwang menghampiri rak makanan yang biasanya terdapat berbagai jenis makanan cepat saji yang bisa dipanaskan, kebanyakan sudah habis dan menyisakan beberapa rice box dan beberapa lauk. 

Duo Hwang terkikik sembari bercanda-canda memilih makanan yang akan mereka makan malam ini. Tiba-tiba saja ….

“Yeji-ya?”

🥀

Duo Hwang duduk di karpet. Hwang Yeji hanya menatap kosong makanan yang telah dibelinya tadi. Hwang Hyunjin tanpa bertanya apa yang terjadi kepada Hwang Yeji langsung cepat tanggap. Ia memanaskan semua makanan yang mereka beli di microwave dan duduk di seberang Hwang Yeji. 

Hwang Hyunjin tidak memulai pembicaraan sebelum Hwang Yeji memulainya. 

Yeji-ya,” sapa Huang Renjun di minimarket tadi, “Kau bersama Hwang Hyunjin?”

Sudah semalam ini kau masih bersamanya? Kau benar-benar kembarannya atau kau ….”

Perkataan yang menyakitkan itu terus terngiang di otak Hwang Hyunjin. Jangankan Hwang Yeji, Hwang Hyunjin yang breng– saja tidak berani berasumsi yang aneh-aneh soal Hwang Yeji. Hwang Yeji sangatlah jual mahal. Boro-boro menjadi wanita yang murahan.

Pretty Bad Teenagers : Hyunjin Yeji✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang