05. Pertaruhan 2 Miliar

317 15 0
                                    

"Maka Ibu cukupkan sekian..."

Para murid segera membereskan buku dan pulpen yang tadi mereka gunakan untuk mencatat materi pelajaran hari ini, Celine menyenggol lengan Sonya yang sedang menutup resleting tas-nya. "Ada acara?"

"Tidak"

"Kau mau ikut dengan kami?"

Sonya melihat kearah Celine dan  Karin yang juga sedang melihat kearah dirinya. "Kemana?"

"Makan Es krim, ada menu baru," jawab Karin. "Matcha"

Sonya membulatkan matanya, sekilas dia terlihat terdiam sebelum pada akhirnya pandangan matanya terlihat berbinar-binar. "Ayo!"

Semua murid meninggalkan kelas suara bel pun masih terdengar di telinga mereka. Sonya berjalan bersama kedua sahabatnya sambil mengobrol--- tentang hubungan Celine dan Dimas yang terlihat semakin lengket saja akhir-akhir ini. Sonya pun sebenarnya tak tahu banyak tentang Dimas pasalnya Dimas itu jarang terlihat padahal mereka satu sekolah, hanya saja Dimas merupakan Kakak kelasnya.

"Tunggu!"

Sontak Karin dan Sonya menghentikan langkah kakinya saat Celine menghalangi jalan mereka. Karin pun langsung melihat tajam kearah Celine. "Apaan sih?"

"Itu!" Celine menunjuk kearah ruang guru. "Tuan muda Biorgino"

Sonya kaget mendapati Edward yang tengah mengobrol dengan pak Hanif, wali kelasnya. Perasaannya berubah tidak enak, pikirannya pun langsung negatif, Sonya takut jika Edward bertindak sebelah pihak. Oh semoga tidak.

Kala itu Edward merasa ada yang sedang menatap dirinya, dia pun langsung melihat kearah Sonya dan teman-temannya, hal tersebut tentu saja membuat Celine dan Karin kaget hingga langsung mengalihkan pandangannya karena takut, berbeda dengan Sonya yang tetap menatapnya penuh tanya. Beberapa saat kemudian Pak Hanif dan Edward bersalaman sebelum pada akhirnya Edward pergi meninggalkan sekolah tanpa melihat lagi pada Sonya. Tapi hal itu justru membuat Sonya semakin bertanya-tanya, ada apa sebenarnya hingga Edward datang ke sekolahnya, hal yang tidak biasa terjadi.

"Ngapain yah si Dady datang kesini?"

Celine langsung melihat kearah Karin. "Apa? Dady?"

"Tipikal pria yang ooohh... Sudahlah, aku tak bisa membayangkan bagaimana dia. Pasti laki-laki yang begitu hot"

Sonya menunduk. "Memang benar, Karin. Dia laki-laki yang begitu sempurna, dan aku adalah korban kebrengsekan dia..."

"Yuk ah. Nanti kehabisan diskon"












••••••








"Siapa yang menyuruhmu?" Edward menatap kearah laki-laki yang tengah di ikat, wajahnya penuh memar bahkan dari mulutnya mengeluarkan darah. "SIAPA?"






BRUG

"Uhuk... A-aku tak akan... Memberitahukan kepada kalian"

Edward tersenyum miring, dia mengusap rambutnya yang basah oleh keringat lalu kembali menatap kearah laki-laki itu sambil memegang sebuah pisau belati yang tajam. "Katakan atau aku akan membunuh mu"

"Sudah, Komandan. Serahkan pada ku!" tiba-tiba Sonya datang dan sedikit menggeser tubuh Edward. Dia pun berjongkok menatap laki-laki tersebut sambil memegang dagunya agar melihat kearah wajahnya. "Kau masih mengingat ku?"

"Sonya?" laki-laki itu seperti yang kaget dan Sonya hanya terangguk kecil. "Kau? K-kau anggota SIN? Aku tidak percaya..."

SECRET ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang