26. Sebuah Kemenangan

137 13 0
                                    

Air mata Sonya tumpah seketika sambil tangannya menggenggam erat tangan Edward yang memejamkan mata begitu tenang. Sonya benar-benar merasa hancur saat itu, dia tak bisa menjadi seorang pemimpin yang baik, dia kehilangan sosok Ayahnya, dan kini dia kehilangan orang yang selalu ada untuknya, menerima semua kekurangannya, dan selalu sabar menghadapi sikapnya. Sonya semakin histeris saat itu, Jack pun jatuh ke tanah begitu juga dengan yang lain, mereka menggeleng tak percaya saat menatap Komandan mereka yang sudah pergi meninggalkan mereka semua.




WUSH

Angin berhembus wajah Sonya yang di basahi oleh air mata, Sonya mengangkat wajah Edward dan mencium lembut bibirnya, satu tetes air matanya jatuh ke pipi Edward.




DEG.

Sonya merasakan detak jantung Edward yang kembali dan berdetak di sertai hembusan napas yang menerpa wajahnya, Sonya menatap wajah Edward yang perlahan-lahan membuka matanya dan yang pertama dia lihat adalah Sonya.

"S--sonya..."

"Kau masih hidup? Syukurlah," Sonya kembali memeluk Edward sambil menangis--- tapi kini tangisnya merupakan tangis bahagia. Semua yang semula sedih langsung kaget dan melihat kearah Edward yang tersenyum di pelukan Sonya.

"Komandan masih hidup?"

"Komandan masih hidup!!!"

"KOMANDAN MASIH HIDUP!!!" semuanya berteriak bahagia, bahkan Jack pun bangkit sambil menghapus sisa air matanya di pipi lalu dia berjalan kearah Sonya dan Edward.

"Berani-beraninya kalian mempermainkan emosi ku"

Sonya mengendurkan pelukannya dan Edward melihat kearah Jack yang tersenyum padanya. "Syukurlah, Tuan. Ku pikir aku tak bisa melihat mu lagi"

"Aku pun. Tapi mungkin Tuhan masih memberikan kesempatan untuk ku merasakan kemenangan ini dan yang paling utama untuk menemani orang yang paling ku cintai," kata Edward sambil melihat kearah Sonya yang juga tersenyum padanya. "Aku bangga dengan semangat kalian semua"









DOR, DOR, DOR.

Sonya melihat kearah sisa bangunan yang terdapat Dimas disana. Sonya pun mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil tetap menatap kearah Dimas.

"Kak Jack tolong jaga dia," kata Sonya sambil bangkit dan mengambil pistol dan juga pedangnya yang tergeletak di tanah, lalu dia bangkit sambil berjalan ke tengah-tengah menatap kearah Dimas.

"Kau membunuh Ayah ku"

"Ayah mu yang membunuh dirinya sendiri. Dia sudah mati saat dia menyuntikkan cairan itu pada tubuhnya"

"Kau pembunuh"

"Ayah pun membunuh Ayah ku," Sonya mengacungkan pistol nya pada Dimas. "Dia pantas mati mengenaskan"

"Kurang ajar"

Dimas meloncat dan dengan satu gerakan dia menendang pistol milik Sonya hingga terlempar jauh, Dimas menggambil pedangnya dan hendak menebas leher Sonya tapi Sonya menghindar seraya menyambut serangan itu dengan pedangnya juga.




TRING

Kilatan cahaya muncul saat kedua benda tajam itu beradu, Sonya dan Dimas mundur beberapa langkah sambil tatapan mata yang sama-sama tajam memancarkan aura dendam dan kebencian. Dimas kembali maju dan Sonya meloncat tinggi saat Dimas mengayunkan pedangnya pada kaki. Dimas pun kembali menyerang bagian punggung Sonya tapi Sonya menahannya hingga dirinya terjatuh dan Dimas telat berada di atasnya terus menekan pedang itu pada wajah Sonya yang sekuat mungkin bertahan.

"Kau harus mati"

"Kau lebih pantas mati," kata Sonya sambil mendorong kuat pedangnya hingga Dimas terdorong dan mundur. Sonya kembali bangkit dan mengencangkan ikatan rambutnya sambil mata yang tetap menatapnya tajam kearah Dimas.

SECRET ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang