16. Kekecewaan Sonya

201 13 0
                                    

Pagi itu Pak Aris dan Bu Fera sedang duduk di sofa sambil memijat kepalanya, Bella pun sama. Mereka bertiga sedang frustasi dan memikirkan cara bagaimana agar Mala bisa di bebaskan, karena Pak Aris tahu jika sudah berhadapan dengan keluarga Biorgino harapan untuk menang rasanya begitu kecil, selain memiliki pengacara dengan harga mahal, mereka jugq sangat pintar. Lagipula Pak Aris tak akan mau untuk berhadapan dengan Edward karena masih memiliki hutang padanya.

"Kenapa Kakak mu malah menjadikan Tuan Edward sebagai pemeran laki-lakinya? Apakah dia tidak tahu jika Tuan Edward itu laki-laki yang sangat pintar dan memiliki banyak anak buah?"

"Aku sudah mengingatkan, Bu. Tapi Kak Mala tak mau mendengarkan aku"

Bu Fera menghela napas berat. Dia pun kembali memijat kepalanya dan semua orang pun langsung kembali diam.

"Kau tak ingin membantu? Bukankah kau---"

"Aku tak mau menemui laki-laki itu," potong Pak Aris tanpa melihat kearah dirinya. "Yang ada kepala ku tak akan bisa di bawa pulang. Hutang ku masih cukup banyak padanya"





TOK, TOK, TOK.

Perhatian mereka bertiga langsung teralih saat terdengar suara ketukan pintu, Bu Fera pun segera menuju pintu lalu menariknya hingga pintu pun terbuka memperlihatkan seorang laki-laki bersama seorang perempuan yang begitu Bu Fera kenal.

"S--sonya...."

"Selamat pagi, Bu"

"Ada apa kau datang kesini?"

Sonya tak menjawab, dia mengalihkan pandangannya sambil tersenyum tipis dan Edward tidak berekspresi apapun, dia hanya melipat tangannya di depan dada. Dan saat itu juga Pak Aris dan Bella datang, Pak Aris begitu terkejut juga takut saat pandangan membunuh Edward tertuju padanya.

"Apakah kami tak akan di izinkan masuk?"

"Untuk apa? Ini rumah---"

"Rumah ku!" Sonya menatap tajam kearah Bu Fera. "Ini rumah hasil jerih payah Ibu ku, 12 tahun dia bekerja banting tulang hingga terciptanya rumah ini, jadi ini rumah ku. Bukan rumah mu"

"Sonya, kau bisa sopan pada Ibu mu?"

"Cih. Ibu tiri"

Wajah Pak Aris langsung merah padam dan dirinya menatap wajah Sonya begitu tajam. "AKU TAK PERNAH MENGAJARKAN MU---"

"Memangnya sejak kapan kau mengajariku? Seingat ku kerjaan mu hanya mabuk, berjudi, dan bermain wanita"

"Tutup mulut mu, Sonya!"




HAP.

"Jangan macam-macam dengan Istri ku!" Edward menangkap tangan Pak Aris yang hendak menampar pipi Sonya. Tatapan mata Edward langsung menusuk inti jantung Pak Aris. "Dia mengatakan yang sebenarnya, kenapa harus kau marah? Tidak terima? Akui saja"

"Sudahlah aku tak ingin semakin durhaka pada Ayah ku" relai Sonya sambil menghela napas panjang.

Edward pun menghempaskan cekalannya pada Pak Aris. "Ya. Kalau begitu segeralah kalian pergi"

"Pergi? Apa maksud mu?" Bu Fera menatap kearah Edward.

"Aku mengusir kalian. Pergilah karena ini merupakan rumah bagi Sonya, jelas tertulis di surat dan sertifikatnya," kata Edward sambil menunjukkan sebuah Sertifikat yang sudah di laminating semua yang melihatnya langsung diam seribu bahasa, Pak Aris pun tidak tahu menahu soal itu semua. "Sudah jelas? Silahkan, pergi!"

Ketiganya masih di buat diam seribu bahasa, emosinya meluap-luap tapi apalah daya, karena sekuat apapun mereka menentang mereka tetaplah salah.

"Cepatlah pergi" ucap Sonya.

SECRET ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang