***
[]
Shakila hendak menyeduh susu ke lantai bawah, namun langkahnya terhenti ketika melihat pintu kamar Haikal yang terbuka lebar. Langkah kakinya berbelok, menuju kamar kakak laki-lakinya.
Kepala Shakila masuk sedikit, mencari keberadaan Haikal. Tidak ada. Hm, nggak biasanya Haikal membiarkan kamarnya dalam keadaan terbuka begini, apalagi kalau Haikal lagi nggak di kamar.
Sosok Haikal keluar dari kamar mandi tak lama kemudian. Laki-laki itu mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Sepertinya baru selesai mandi.
"Ngapain di situ? Ada perlu sama Mas Arya?"
Shakila menipiskan bibir. Ia berdiri di pintu sambil menatap Haikal. "Adek boleh masuk, nggak?"
"Boleh," Haikal meletakkan handuknya di gantungan kecil yang ada di balkon. "Kenapa?"
Shakila terlihat ragu-ragu. Pertanyaan yang hendak ia utarakan mendadak terhenti di tenggorokan.
Haikal yang kini sudah duduk di meja belajar, berhadapan dengan laptop yang baru saja dinyalakan, menoleh karena Shakila tak kunjung bersuara. Ia pikir adiknya itu sudah keluar, tapi ternyata Shakila masih di sana. Duduk dengan gestur canggung di atas kasurnya.
"Mas Arya mau skripsian, ya?" sebenarnya bukan itu yang ingin Shakila tanyakan. "Ya udah deh, aku keluar aja. Takut ganggu."
Haikal memutar tubuh, mengunci netra Shakila dengan miliknya. "Nggak, nggak. Omongin dulu apa yang mau kamu omongin."
"Nggak penting kok, Mas," Shakila terkekeh. Agak malu, sejujurnya. "Mas Arya lanjutin aja."
"Adek."
Panggilan Haikal membuat langkah Shakila seketika terhenti. Kalau sudah begini, tandanya Haikal tidak menerima penolakan dan mau tidak mau, Shakila harus menyelesaikan apa yang dimulainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Us 2 [✔]
General Fiction[SELESAI] [spin-off 'Double Kill'] *** Jatuh cinta itu indah. Dan bagi Shakila, kalimat itu benar adanya. Ada satu lagi kalimat yang selalu Shakila dengar tentang jatuh cinta; "cinta tidak selalu harus memiliki. Ada sebagian cinta yang cukup dikagum...