***
Bagi Jevan, Haikal itu nyebelin. Parah.
Sebetulnya nggak selalu nyebelin, tapi ada satu waktu di mana tingkat nyebelin Haikal ada di titik maksimal.
Jadi begini ceritanya.
Jevan baru saja sampai di rumah Haikal. Belum turun dari mobil, bahkan mesin mobilnya masih menyala dan seatbelt Jevan belum juga dilepas, tapi di ujung sana, di pintu masuk utama, Haikal udah berdiri dengan tangan terlipat di depan dada. Penampilannya berantakan, hanya pakai kaos oblong hitam yang warnanya sudah luntur dan celana pendek. Rambutnya acak-acakan, wajahnya kusut banget.
Fiks, dia baru bangun tidur.
Sewaktu Jevan turun dari mobil, Jevan bisa melihat dengan jelas kalau Haikal tengah menatapnya tajam. Kedua alisnya hampir menyatu. Tatapan Haikal nggak beralih sedetik pun dari Jevan bikin Jevan jadi takut sendiri. Bukan takut yang gimana-gimana, sih, takut Haikal lagi kesurupan. Soalnya Haikal nggak biasanya begini.
Dengan langkah pelan dan hati-hati—Jevan beneran takut Haikal lagi kesurupan—Jevan mendekat.
"Lo ngapain berdiri di sini?" tanya Jevan pelan. Haikal tak langsung menjawab. "Mana muka masih belekan gitu."
"Harusnya gue yang nanya," kata Haikal dengan nada ketus. Jevan menghela napas lega. Haikal lagi nggak kenapa-napa. "Eluuuuuu ngapain jam segini udah di rumah gue?"
Jevan melihat arloji silver yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Udah jam delapan kali."
"MASIH jam delapan!" balas Haikal cepat. "Lo juga nggak ada bilang sebelumnya kalo mau ke rumah gue."
"Gue ke sini bukan mau ketemu eluuuu," Jevan terkekeh. Dia baru saja mau melangkah masuk tapi tangan Haikal menahan pundaknya, membuatnya urung melangkah. "Apaan nih?"
"Udah dapet ijin dari gue belum?"
Kening Jevan mengernyit. "Kenapa harus dapet ijin lo dulu?"
Haikal memiringkan kepala, menatap Jevan dengan tatapan paling kesal yang dia punya.
Jevan memejamkan mata sejenak. Haikal mode begini nih yang harus paling dihindari.
"Hanya karena gue kasih lo kelonggaran, lo jangan berlaku semena-mena gini, ya," kata Haikal. Jevan menghela napas. Here we go again. "Gue tetap nggak bisa percaya seratus persen sama lo. Tingkat kepercayaan gue ke lo masih lima belas persen."
Buset. Cuma naik dua persen? Kemarin Haikal bilang tiga persen soalnya.
Jevan ngangguk aja. Mau dijawab juga percuma. Haikal kalo lagi begini, tandanya dia cuma lagi ingin ngomel aja. Kalau diladenin, urusannya bakal jadi panjang dan ke mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Us 2 [✔]
General Fiction[SELESAI] [spin-off 'Double Kill'] *** Jatuh cinta itu indah. Dan bagi Shakila, kalimat itu benar adanya. Ada satu lagi kalimat yang selalu Shakila dengar tentang jatuh cinta; "cinta tidak selalu harus memiliki. Ada sebagian cinta yang cukup dikagum...