[23]

1.3K 135 6
                                    

Hiyaa happy reading😉♡︎




















WARN⚠️
mengangung unsur kekerasan di beberapa scene, bijak dalam membaca😉






















Ruangan itu hening tanpa suara, dengan pencahayaan remang remang menambah kesan menyeramkan.

Nana meringkuk diam, dengan erat ia peluk kedua lutut nya, mata nya tertutup sehelai kain putih,  tangan nya yang terikat rantai besi  tajam itu masih mengeluarkan cairan kental berwarna merah gelap.

Bibir nya terus bergerak menggumamkan sesuatu,

"Lavender dilly dilly lavender dilly dilly"Perlahan Senandung seseorang terdengar samar samar di telinga nya.

Nana semakin mengeratkan pelukan tangan di lutut nya, mulut nya semakin cepat bergerak menggumamkan sesuatu.

tok....tok....tok....

Mulut Nana berhenti bergumam, mata nya yang terbalut kain putih itu menoleh secara otomatis ke arah pintu.

"Ada orang?"

Nana kian merapatkan mulutnya, ia hanya diam membeku saat mendengar suara yang begitu familiar sekaligus asing di telinga nya

Krieeet

Pintu besar berbahan dasar baja itu terbuka perlahan, menampakkan sosok lelaki tinggi dengan tongkat baseball yang ia seret menyentuh dinding hingga mengeluarkan suara yang aneh.

"Halo Nana"Ucap lelaki itu sambil terus melangkah mendekat ke arah Nana.

Nana yang semakin takut mulai gemetar, ia terus bergerak mundur dengan sisa sisa tenaga yang ia miliki hingga punggung nya menyentuh dinding di belakang nya.

"Kok mundur?"Ucap Jisung, kali ini ia berjongkok di depan Nana.

"Tolong lepasin Gue"Ucap Nana dengan suara serak menahan tangis.

Jisung mengangkat sebelah alis nya, tangan kanan nya terulur menyentuh helaian rambut panjang Nana.

"Udah mending gak Gue bunuh, masih bisa minta sesuatu"

Nana kali ini benar benar terdiam membisu, bibir nya terasa kelu, perlahan ia menunduk dan menatap pergelangan tangan nya, pisau lipat Jisung tertancap di sana dan terus menggores kulit nya.

Jisung memajukan wajah nya, membisikkan sesuatu tepat ke telinga Nana.

"Gimana kalo kita main sebentar?"

Tubuh Nana kian membeku saat mendengar suara Jisung yang terdengar asing di telinga nya.

"Hm, enak nya koleksi bagian apa lagi ya?"Jisung mencabut pisau lipat nya, Nana segera menjerit keras.

Kini ia tampak berpikir sambil memutar mutar pisau di tangan nya.

"Menurut Lo, bagian yang bagus buat di koleksi apa Na?"Tanya Jisung sambil menempelkan pisau nya di wajah Nana.

"Psikopat gila"

Jisung yang sedari tadi tersenyum lebar mendadak diam, wajah nya seketika tampak murung.

"Ah, Lo nyakitin perasaan Gue banget tau"

"Arghh gila dasar gila!!"Teriak Nana begitu Jisung mengiris pipi nya hingga mengeluarkan darah segar.

"Sakit ya?"Ucap Jisung, ia kembali mendekatkan wajah nya ke arah wajah Nana, perlahan ia mulai menjulurkan lidah nya dan menjilat darah yang masih mengalir dari pipi Nana.

"Oh?jadi begini ternyata kelakuan Lo sebenernya ya Ji, memang bener kayak gak pernah di ajarin sama orang tua, oh iya Lo kan gak punya orang tua"Ucap Nana dengan berani.

Jisung terdiam, tiba tiba sosok Ayah dan Ibu nya terlintas di benak Jisung, kemudian tanpa sadar ia tersenyum pahit.

"Gimana kalo Gue kirim Lo buat ketemu sama orang tua Gue aja?"

Nana tersentak, bukan! Bukan ini tujuan ia memprovokasi Jisung.

"Mulai dari mana ya?usus?jantung?atau otak?"Monolog Jisung.

"Ginjal aja deh, lumayan buat beli iPhone"

Brak!

Jisung menoleh, menatap ke arah pintu yang baru saja terbuka.

Chenle berdiri dengan air mata mengalir, ia menatap Jisung dengan tatapan cemas.

"Lo?"

Chenle berlari sambil menangis ke arah Jisung, kemudian dengan cepat ia memeluk tubuh Jisung.

"Tolong berhenti, Ji"



































"Kenapa Icung bisa jadi begini, Taeyong?"

Taeyong semakin menunduk tatkala Suho bertanya pada nya.

Ia kembali menatap ke arah Jisung yang masih tak sadarkan diri dan terbaring di atas kasur kamar nya itu.

"Alter ego Jisung akhir akhir ini sering muncul Om"Yuta yang menjawab.

"Bukannya dari awal sudah saya bilang?jadwal kan terapi psikologi untuk Jisung, kalian semua terlalu memanjakan Jisung"Suho tampak kesal sambil menatap semua Lee bersaudara yang kini berdiri menghadap dirinya.

"Sayang udah, mereka juga gak mungkin mau kejadian kaya gini kan?"Irene mengelus pelan bahu suami nya itu.

"Kamu juga, terlalu memanjakan mereka"Ujar Suho kemudian kembali menatap Lee bersaudara.

"Saya paham kenapa kalian tetap menuruti keinginan Jisung, tetap menopang dia di posisi bigboss, tapi jangan lupa, Jisung juga bagian dari Icung dan kapan aja bisa mempengaruhi mental Icung"

"Taeyong paham, Om"

"Kalau paham, tau kan apa yang harus kalian lakuin?"Ujar Suho.

Taeyong mengangguk pelan, Suho akhirnya menghela nafas pelan.

"Sebelum terlambat"Ujar Suho seraya menepuk bahu Taeyong kemudian berlalu pergi.
































Oke see you next chapter😉👋, anw author mau nanya nih kalian team chenji atau jichen?

MAFIA LAVENDER;NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang