Chapter 14

164 29 20
                                    

Love like this,so romantic and painful

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love like this,
so romantic and painful.
-
-
-

Wasa masih berdiri tegak, menjadi tameng untuk Blue. Tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan Yapoland.

Yapoland mengangguk-angguk. "Seharusnya kita bertemu di rumah saja, disini sepertinya sulit sekali bicara jika antekmu ikut nimbrung." Sarkasnya.

"Wasa, tunggulah di luar." Blue melangkah maju.

Wasa menatapnya. "Blue, kamu tahu ini bukan waktu yang tepat menyuruh saya kembali ke kabinet." Ujar Wasa dengan suara rendah.

Blue meliriknya dan tersenyum tipis. "Memang tidak. Tapi Wasa, ada atau tidak adanya kamu tidak akan mengubah apa yang ingin dilakukan Papa."

Wasa meraih lengan gadis itu. "Blue..."

"Saya tidak mau terlihat buruk di depan kamu. Kamu tahu itu." Blue menarik tangannya lalu berganti memegang lengan pria itu dan mendorongnya pelan keluar dari ruangan tersebut dan segera menutup pintu itu dengan cepat.

Yapoland berjalan ke arah Blue, setiap ketukan pantofel pria itu seperti dentang kematian, perasaan remang ketakutan yang selalu sama memenuhi Blue ketika berhadapan dengannya.

PLAK

Satu tamparan mendarat di pipi Blue dan disusul dengan tarikan kuat di rambutnya. Yapoland mendorongnya keras ke dinding dan menendang kaki Blue hingga dia langsung membungkuk kesakitan. Yapoland masih ingin melakukannya, setelah kembali menampar pipinya dan meninju keras perut Blue-membuat gadis itu menahan erangan.

Napas Blue tersengal dia terbatuk-batuk sambil menahan rasa sakit di perutnya, dia meremasnya berharap meredakan sedikit rasa sakit itu.

"Pa, maaf..." Suara rintihan Blue terdengar tersedak karena sesak yang mencekiknya.

"Apa? Katakan dengan keras! Katakan dengan lebih lantang! Kamu sangat berani kan Blue! Jadi katakan itu dengan percaya diri!!" Hardik Yapoland kejam.

Mata Blue terbelalak ketika Yapoland kembali menjambak rambutnya hingga kepalanya tertarik kebelakang dengan keras. Bibirnya sudah pecah, wajahnya pun sangat pucat dan air mata mengalir di kedua pipinya. Blue sadar permintaan ampunan yang dia katakan tadi tidak berguna tapi mulutnya selalu tanpa sadar mengeluarkan kalimat yang sama, hanya untuk memohon belas kasihan dari sang Papa.

Yapoland memukulkan telapak  tangannya ke pelipis Blue, berulang kali hingga kepala Blue terus oleng namun rambutnya kembali di tarik, melihat ke arah Yapoland. "Berani sekali kamu menghina Terra setelah mengkhianati dia seperti itu. Kami berusaha begitu keras membuat dia sembuh, memberikan apa yang dia inginkan, tidak peduli sesulit apapun untuk dipenuhi. Tapi kamu, gadis sial yang membuat dia hancur seenaknya hidup dengan nyaman. Kami hanya pergi kurang dari dua minggu dan kamu dengan berani tinggal dengan Alcace! Lancang sekali kamu!" Yapoland berteriak keras dan di susul dengan cekikan di leher Blue.

TemporeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang