Do not touch vote and coment?!
-
-
A poem with sadness : is you
-
--
--
-
Hening...
Diamnya Wasa membuat Alcace tidak ingin mengorek hal lain yang sepertinya memang tak harus diketahuinya.
"Hanya Blue yang boleh menanyakan itu, saya mengerti, jadi lupakan saja perkataanku." Ujarnya.
"Tidak, bukan begitu." Wasa menyergah, suaranya agak tercekat, "saya hanya tak tahu cara mengutarakan beban ini karena mungkin Blue akan membenciku dan Erbi tidak mau di hentikan, seharusnya saya juga tidak terjebak bersama manusia keras kepala seperti kalian dan semua ini takkan terjadi jika saat itu Blue memilih cara yang lebih baik."
Alcace langsung menangkap keanehan dari cara Wasa mengutarakan semua itu, "kamu sedang menyalahkan Blue?"
Wasa kembali bungkam, bukan itu yang dia maksudkan tapi bagaimanapun juga cara menyampaikan tumpukan beban pikirannya tetap saja intinya akan terdengar tak baik di hadapan Alcace.
"Jika menurutmu hanya Blue yang boleh mengetahuinya saya tidak keberatan tapi kamu jelas sedang menyudutkannya, mungkin jika kamu mau bercerita apa yang sebenarnya terjadi saya mungkin bisa membantu mencarikan..."
"Masalahnya adalah..." Tidak sadar kegeraman Wasa memotong kalimat Alcace, namun hanya sampai disitu karena sorot matanya dipenuhi keraguan untuk lanjut berbicara.
Alcace makin tak sabar, dia bergerak tak nyaman, tubuhnya condong kedepan menatap Wasa lebih jelas, menyadari tak biasanya pria tersebut lepas kendali. Bahkan jika rumah desain memiliki masalah Wasa tidak akan terlihat seputus asa ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporery
FanfictionSelamat datang di penderitaan... Basic of the dark love メメBlulave Yapoland : Mereka menyebut saya jalang. Karena telah berselingkuh dengan suami dari kakak saya sendiri. Mereka menyebut saya egois. Karena menginjak perasaan seseorang yang tulus menc...