Chapter 18

232 28 30
                                    

Maaf atas lambatnya update ini, seharusnya zewi up tadi siang atau sorean paling lambat tapi ternyata belum sempat karena kerjaan dan juga kesibukan lain sedangkan editing belum rampung, typo bertebaran🥲

Ini aja masih banyak pastinya salah penulisan yang kelewat dan tidak zewi perbaiki, keburu pengen up sesuaikan janji. Takutnya zwin makin kecewa nunggu lama😔

Sekali lagi maaf yah🙏🏻

Selamat membaca zwin🤗

-
-

sorrowful Love
-
-

sorrowful Love--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-

Erta menghampiri Erbi ketika adiknya itu baru akan duduk di sofa dan melepas sepatunya.

"Sebenarnya apa yang kamu urus beberapa bulan belakangan ini, kamu susah di hubungi dan terus-terusan keluar negeri."

"Kakak sudah tahu, ini urusan bisnis." Sahut Erbi dengan santai namun suaranya terdengar dalam.

Erta menyadari itu tapi mengabaikannya. "Blue, kamu sudah dengar kabar soal dia?" Tanyanya.

Erbi mengangguk "Bagaimana keadaannya?" Erbi bertanya dengan acuh tak acuh sambil meletakkan sepatu di lemari sepatu dan melepas jas yang dia kenakan, menatap wajah kakaknya dengan sedikit senyuman kecut. "Jika bukan urusan mendesak kemarin saya bisa langsung pulang untuk melihatnya."

"Kamu selalu sedingin ini." Erta geleng-geleng.

"Saya tidak khawatir kak, ada Alcace bersamanya. Seseorang yang tepat sudah ada di sampingnya tak ada yang perlu kita cemaskan."

Untuk sesaat Erta tidak menanggapi kalimat itu, memandangi dengan seksama raut wajah Erbi. Namun adiknya itu tidak memberikan apa yang coba Erta temukan.

"Sekarang, kamu ingin pergi melihatnya?" Erta mencoba bertanya lagi.

Tapi, baru saja Erbi ingin menjawab handphone yang sejak tadi berada di tangan Erta berbunyi, wanita itu mengangkatnya sambil memperhatikan wajah Erbintara.

Beberapa saat Erbi hanya diam, memperhatikan kakaknya bicara dengan si penelpon. Keningnya berkerut ketika lambat-laun Erta memperlihatkan mimik terhenyak.

"Er-Erbi..." Erta memanggil terbata-bata, dengan ponsel yang masih menempel di telinga, matanya berkaca-kaca.

Erbi mendekat, tidak mendesak Erta bicara hanya menunggu dengan tenang berita apa gerangan yang baru saja di dapatkan kakaknya itu.

TemporeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang