Chapter 9

189 29 6
                                    

-
-
-

_

Meskipun tahu terluka begitu parah karena saling mencintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Meskipun tahu terluka begitu parah karena saling mencintai.

Tapi masing-masing merasa tidak tahan untuk kehilangan.

....

12 tahun lalu...

"Kelompok kalian nomor 9, apa semua anggotanya sudah lengkap bergabung?" Tanya Erta, salah satu panitia orientasi mahasiswa baru tersebut.

Alcace menggeleng, dia memandangi satu per satu setiap orang yang berdiri melingkar bersamanya. "Kurang satu, disini..." Dia membaca kertas berisi daftar nama di tangannya. "Yang namanya Bluelave Yapoland belum ada."

"Blue apa? Namanya aneh sekali." Erta menggaruk dagunya sambil mendekati Alcace. Ikut mengeja nama yang tertulis tersebut.

Alcace tidak menyahuti, dia masih terpaku ke nama anggota yang belum ada itu dahinya berkerut, terlihat terlalu serius karena nama yang memang terdengar unik tersebut.

"Itu nama saya."

Suara yang terdengar dalam namun lembut itu membuat Alcace mendongak dan melihat siapa dia.

Seorang gadis berdiri di sana, terlihat menahan rasa gugup, kedua tangannya bertaut dan tersenyum tipis mendekati kerumunan kelompok itu. Wajahnya berkesan polos dan tatapannya begitu hangat meskipun bernetra hitam pekat. Dia bergabung ke dalam lingkaran beberapa mahasiswa yang juga ikut memperhatikan kemunculan dirinya.

"Saya Blue. Maaf terlambat, saya kebingungan mencari tempat regu kelompok ini tadi." Ucapnya sambil sesekali menundukkan kepalanya dengan mimik wajah yang berubah menyesal.

Alcace yang ketua gugus hanya terdiam masih terpaku melihat pada gadis muda tersebut. Erta menyadarinya, bahwa Alcace kosong sendiri dengan pikirannya.

Erta memperhatikan Blue dengan seksama dan dia mengangguk-angguk mengerti.

Dan akhirnya Erta yang mengambil alih. "Tidak apa-apa, kegiatan juga belum di mulai. Nanti ketuanya..." Ujarnya sambil menepuk bahu Alcace hingga pemuda itu tersentak. "Alcace ini akan menjelaskan mengenai rencana penampilan kelompok kalian."

Penjelasan itu membuat Blue akhirnya fokus menatap Alcace, dia memasang kembali senyum tipisnya dengan sedikit segan. Dan Alcace hanya mengangguk, masih terlihat bingung untuk berbicara pada gadis itu.

Benar-benar hanya kesunyian seakan berada di sekitar Alcace.

Dan seperti itulah kita bertemu...

Sejujurnya tak perlu dipertanyakan, lagipula setiap orang selalu tahu bagaimana perasaan itu, bahkan sejak pertama kalinya saling bertatapan.

Saya selalu melihat kamu dengan jelas dan setelahnya pun selalu seperti itu , kamu yang memiliki senyum hangat dan wajah polos dengan sikap yang kikuk, kamu selalu mencoba berbaur dengan sekitar.

TemporeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang