"jake?" merasa terpanggil, jake menoleh kearah wanita yang baru saja memanggilnya. Jake hanya tersenyum tipis lalu mengangguk. "gak sangka kita ketemu disini ya" lanjutnya, lagi lagi jake hanya tersenyum sebagai jawaban.
"hari ini banyak kiriman bungga ya?"
"ah enggak kok, cuma ada 1 aja ke rumah kamu" ucap jake lalu mengambil satu buket bungga yang ada di keranjang sepeda nya lalu memberikan bungga itu kepada winter.
"ah makasih. Oh ya, karena ini udah terlalu sore, dan ini udah pertemuan kita yang ke sekian gimana kalo kita makan di luar?" jake mengeleng sopan.
"tidak usah, saya masih harus mengirimkan koran" alasanya.
Winter menatap koran yang jake bawa lalu mengangguk dan tersenyum penuh makna.
"aku ikut boleh?" sontak membuat jake membulatkan matanya karena terkejut.
"gak boleh, ini capek"
"gapapa, lagian di rumah ga akan ada yang tau jadi gapapa kok" ucap winter mencoba meyakinkan jake.
Sebenarnya tidak enak juga, pelanggan bunga setia nya dia ajak mengantarkan koran ke komplek komplek, terlebih panas. Tapi melihat tatapan berbinar dan antusias winter akhirnya jake menyetujuinya.
"yaudah, naik aja" winter berlari girang menghampiri jake yang sudah naik ke atas sepedanya, lalu winter naik ke belakang sepeda milik jake dan melingkarkan tanganya di pingang jake.
Angin dan udara sore hari sepertinya membuat suasana winter saat ini menjadi lebih baik apalagi bersama dengan jake. Seketika winter menatap kearah jake saat laki laki itu menghentikan sepedanya.
"kenapa berhenti?" tanya winter lalu turun dari sepedanya.
"ini" jake menyodorkan koran baru kearah winter. "mau nyimpen ini di kotak surat rumah itu" lanjutnya membuat winter me gangguk paham.
"biar aku aja jake kamu ke rumah lain, sini" ucap winter lalu mengambil alih koran yang ada di tangan jake.
Setelah berhasil mengambil alih koran itu, winter hanya terkekeh sambil berlari kecil kearah rumah yang di tunjuk jake tadi sesekali menoleh kebelakang tersenyum pada jake.
Perempuan berrambut pendek itu menyimpan dengan rapih koran itu agar bisa di terima oleh orang yang di tuju, setelah memastikan kotak surat itu tertutup dengan benar, winter kembali pada jake.
"gitukan?" tanyannya antusias.
Jake hanya tersenyum lalu mendorong sepedanya kearah rumah sebelah. "pinter" ucapnya membuat winter menyuingkan senyumannya.
"jake jake aku mau tanya" winter berlari untuk menyamakan langkahnya dengan laki laki itu, lalu jake menatap winter sekilas.
"tanya aja" winter tersenyum lalu menunduk menyembunyikan wajahnya.
"kalo aku ikut kamu kaya gini di lain waktu bisa?" winter berhenti berjalan saat jake juga menghentikan jalannya.
"kenapa? Panas panas loh, mending di rumah aja"
"aku cuma mau bantuin dan mau jadi temen kamu!"
"kita temenan ga usah kamu ikut aku kerja juga aku mau. Kita udah temenan kan?" winter mengerucutkan bibirnya sebal.
"aku kan ada alasan buat keluar rumah kalo gitu! Aku gak bebas" jake tertawa kecil, manis sekali perempuan di sampingnya ini.
"kamu kaya mendiang adikku" winter menoleh kearah jake lalu tersenyum manis.
"adik?" jake mengangguk. "kamu punya adik? Perempuan?" lagi lagi jake mengangguk.
"tapi enggak sampe sebesar kamu kok. Dia dulu kecelakaan waktu masih usia 3 tahun, mirip kamu banget loh" winter semakin tertarik dengan cerita jake saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
sempurna | SungJake
FanfictionTerlahir sempurna memang impian semua orang. Terlahir dengan lengkap tanpa kekurangan juga keinginan semua orang. Tapi tidak dengan jake. Dia benci terlahir sempurna. Dia benci terlahir dengan lengkap. Jake membencinya. "gw janji bakal terus sa...