“Udah dong, Ra. Lo itu cantik, masih banyak yang mau sama lo. Lagian mantan lo juga udah bahagia sama pilihannya.”
Berulang kali ia mendengar kalimat yang menyuruh dirinya untuk mengikhlaskan lelaki yang pernah hidup bersama dengannya, tetapi masih ada perasaan mengganjal, yang membuat ia menyesal atas apa yang dilakukan di masa lalu.
Inara. Perempuan itu tengah merasakan patah hati kembali, ia pikir kepulangan dirinya ke Indonesia kali ini bisa mengubah statusnya dengan sang mantan suami. Mereka bisa rujuk kembali dan membina keluarga bahagia lengkap dengan seorang anak atau mungkin lebih.
Akan tetapi, semua mimpinya untuk kembali bersama dengan lelaki itu lenyap begitu saja, saat ia tahu sang mantan sudah memiliki tambatan hati yang lain, bahkan kali ini harus Inara akui lelaki itu tampak cinta mati pada gadis yang saat ini menjadi kekasihnya.
Inara memang bodoh. Di saat dirinya dicintai oleh suaminya begitu besar, ia malah memilih bersama dengan lelaki lain dan membuat pernikahan mereka berakhir oleh ulahnya sendiri. Sekarang, yang ia dapatkan adalah penyesalan.
“Harusnya gue masih punya tempat di hati dia, apalagi gue udah kasih dia segalanya.” Bak remaja yang tengah patah hati karena cinta pertama, Inara sudah menangis sesenggukan.
“Minum deh, biar pikiran lo nggak kacau.” Salah seorang temannya memberikan segelas minuman beralkohol, yang dengan senang hati Inara terima sebab ia memang merasa butuh ketenangan.
Inara bukan perempuan yang suka minum, bahkan ini kali pertama ia meneguk cairan yang terasa asing di tenggorokannya. Tetapi, kondisi yang seakan mendukungnya untuk minum, Inara mengabaikan rasa asing tersebut dan tetap meneguknya.
“Kenapa dia malah pilih bocah dibandingkan gue? Kenapa dia cepat banget lupain gue?”
Inara terus merancau, membuat teman-temannya saling bertatapan satu sama lain. Mereka sebenarnya tidak menyangka Inara ikut ke sini, ternyata perempuan itu memang sedang patah hati dan butuh sesuatu yang menenangkan.
Mereka juga tahu dengan kisah cinta serta hubungan pernikahan Inara bersama dengan sang mantan suami. Yang membuat mereka sempat terkejut sebab Inara memutuskan mengakhiri pernikahan tersebut dan memilih meninggalkan Indonesia demi lelaki lain.
“Ra, lo yakin masih kuat?”
Inara mengangguk, lalu kembali meneguk minuman yang berada di tangannya. Ia benar-benar kehilangan kesadaran sampai mengabaikan rasa asing yang menggerogoti tenggorokannya.
Inara membekap mulutnya, saat merasakan perut yang sudah tidak karuan dan rasanya ingin muntah. Perempuan itu gegas menarik tas yang berada di dekatnya lalu berlari mencari toilet terdekat, meskipun langkah kakinya tampak tidak seimbang sebab efek minuman yang ia habiskan, Inara berhasil masuk ke dalam toilet.
“Hueekk...!” Perutnya seakan dikuras habis, mungkin ini efek dari kegalauan dan minuman yang ia habiskan tadi.
Inara memerhatikan penampilannya sekarang, ia sedikit meringis melihat betapa kacau dirinya malam ini. Bahkan riasan yang beberapa waktu lalu tampak memukau, kini hilang sebab dirinya yang menangis. Bukannya merapikan penampilannya, Inara memilih untuk segera pergi dan sepertinya ia juga harus meninggalkan tempat ini, jangan sampai keberadaan dirinya di sini menjadi gosip hangat di kemudian hari. Inara tidak suka hal tersebut.
“Efeknya masih bikin mual,” gumam Inara memegang perutnya yang masih bergejolak tak karuan.
“Aduh!”
Inara tidak sengaja bersenggolan dengan seseorang, membuat tas yang ia pegang terjatuh dengan isinya yang sudah berserakan. Ia berdecak mengambil barang-barangnya yang jatuh, tidak lupa ada tangan lain yang terulur ikut mengambil barang milik Inara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk, Mbak!
RomanceVersi terbaru "Nikah Yuk, Mbak!" Penulis : Purplerill Gabriel tidak paham, Tuhan kenapa senang sekali membuat kisah cintanya tidak mulus. Setelah cinta bertepuk sebelah tangan dengan sahabat sendiri. Sekarang Gabriel harus bersaing dengan masa lalu...