[12] Hari menyebalkan untuk Inara

573 56 3
                                    

“Sumpah, ya, Ra! Kamu tega banget, nggak kasih tahu aku kalau kamu udah punya pacar. Akhirnya aku senang banget kamu move on juga. Memang kita itu jangan sampai sedih berlarut-larut dan pastinya masih banyak cowok di dunia ini, yang mungkin benar-benar jodoh yang dikirim Tuhan.”

Lolita tidak berhenti bicara, sementara Inara sudah pusing mendengar perkataan yang keluar dari mulut teman sekaligus asistennya. Kalau sudah dalam mode cerewet begini, Inara ingin sekali menendang temannya, sama seperti ingin menendang jauh lelaki yang barusan mengaku sebagai pacarnya.

Hah?! Pacar dari mana? Mereka saja baru bertemu dua kali—ah salah, tetapi tiga kali dengan hari ini yang berhasil membuat Inara kesal.

Omong-omong tentang Gabriel, selamat! Lelaki itu berhasil membuat heboh tempatnya bekerja, perihal mengaku sebagai fans nomor satu alias pacarnya Inara, mereka—kecuali Inara—dengan senang hati menjadikan Gabriel sebagai pasangan Inara untuk pemotretan berikutnya.

Mas Dafa—sang fotografer—dengan bersemangatnya mengatakan kalau Gabriel dan Inara akan terlihat serasi dibalik kameranya. Ayo lah! Kenapa semua orang menyebalkan sekali dimata Inara hari ini? Dan pelaku utamanya malah tampak santai berganti pakaian dan melakukan persiapan lainnya.

“Ta, udah deh, pemotretan selanjutnya batal aja. Mood aku udah gak benar banget, gara-gara cowok itu.” Inara melirik sinis pada Gabriel yang berada tidak jauh darinya. Benar-benar menunjukkan ketidaksukaan dirinya kepada lelaki itu.

Gabriel malah tersenyum lebar seraya mengedipkan matanya tampak menggoda Inara yang bagi lelaki itu begitu menggemaskan ketika cemberut. Demi apa? Rasanya Gabriel ingin membawa perempuan itu ke dalam dekapannya.

“Nggak bisa kayak gitu dong, Ra. Kamu harus profesional, ini persiapan udah mau selesai. Semua kru juga udah matang banget persiapannya, masa karena kamu nggak mau pasangan sama pacar sendiri, pemotretannya batal.”

“Garis bawahi ya, bukan pacar aku.” Inara menekan perkataannya. Sejak kapan dia memiliki kekasih yang bahkan masih bocah?

“Yuk! Mulai, yuk!”

Seruan Mas Dafa membuat Inara semakin badmood, seperti yang Lolita katakan ia harus profesional, tetapi tetap saja melihat wajah Gabriel yang tampak kegirangan malah membuat Inara semakin sebal saja.

“Mimpi apa aku semalam,” gerutu Inara seraya beranjak dari kursi dan dengan berat hati memulai pekerjaannya kembali. Untuk pertama kalinya Inara sebal dengan pekerjaannya sebagai model.

See? Gue menang, Mbak. Nggak sabar foto sama lo,” bisik Gabriel saat Inara berada di sampingnya. Inara sontak menyikut perut lelaki itu yang membuat Gabriel meringis, “Galak banget sih, calon masa depan gue.”

Dan pemotretan pun dimulai dengan berbagai pujian untuk seorang Gabriel Alexander yang bahkan tidak terlihat kaku, lelaki itu menunjukkan keseriusannya dalam melakukan pemotretan yang membuat Mas Dafa tampak menunjukkan kepuasan setiap melihat hasil bidikannya.

**

“Gue boleh minta beberapa foto tadi?”

Gabriel sudah berganti pakaian lagi, pemotretan tadi membuat lelaki itu senang sekali karena bisa berdekatan dengan sang pujaan hati.

“Gampang, nanti gue kasih kalau udah tahap edit dan lainnya. Lo bisa simpan kontak lo, nanti gue hubungi langsung kalau fotonya udah selesai,” balas Mas Dafa dengan senang hati memberikan hasil foto hari ini sebab yang ia tahu, Gabriel adalah kekasih Inara.

Thank you, Mas.”

“Sekalian juga sama nomor rekening lo. Buat bayaran jadi model hari ini.”

“Nggak perlu, cukup kasih gue hasil fotonya aja.” Gabriel menolak pembayaran dirinya menjadi model. Lagi pula, sejak awal dia juga dengan senang hati melakukannya dan ia pikir mereka tidak perlu membayar sebab bisa dekat dengan Inara saja sudah membuat Gabriel senang tak tertolong.

“Serius? Gue nggak masalah, anggap saja lo juga kerja hari ini buat gue. Kalau kerja kan, harus dibayar.”

“Udah deh, duit gue udah banyak. Gue cuman mau hasil fotonya.”

“Ok kalau lo yang minta, and thanks juga karena lo bersedia jadi model pengganti.”

“Kan, buat pacar sendiri.” Gabriel tersenyum lebar dan dengan percaya diri sudah meng-klaim dirinya sebagai kekasih Inara.

Selesai memberikan kontaknya pada Mas Dafa dan kembali mengatakan agar lelaki itu tidak lupa memberikan kabar pada dirinya saat hasil foto sudah selesai, Gabriel menghampiri Inara yang sepertinya sudah bersiap untuk pulang.

Misinya kali ini benar-benar di luar ekspektasi, sebab tidak hanya bisa bertemu dengan Inara saja, ia juga bisa dekat dengan Inara bahkan sampai memeluk pinggang perempuan itu. Untung saja Gabriel tidak pingsan karena terlalu intim dengan perempuan itu.

“Lo mau pulang sekarang?”

“Besok! Ya, pulang sekarang, lah! Masa mau nginap di sini,” sewot perempuan itu membalas pertanyaan Gabriel.

“Buset, santai dong. Mbak-nya ngegas banget.” Gabriel terkekeh, “Gue antar ya? Sebagai pacar yang baik, gue harus mengantar pacar gue dengan selamat sampai di rumah,” lanjutnya.

“Stop ngomong kayak gitu! Sejak kapan kita memiliki hubungan? Jangan ngaku-ngaku!” Inara kesal karena Gabriel masih saja mengaku sebagai kekasihnya, lelaki itu benar-benar melatih kesabarannya. Menghadapi Gabriel sepertinya kesabaran Inara menjadi setipis tissue di belah dua.

“Sejak detik ini. Saksinya teman lo,” ucap Gabriel seraya menunjuk Lolita yang memang berada di belakang Inara.

“Kamu menyebalkan sekali!”

“Iya, gue tahu gue ganteng,” timpal Gabriel.

“Nggak nyambung!”

Love you too, Mbak.”

“Astaga! Bisa gila aku kalau tiap hari harus menghadapi cowok kayak kamu.” Inara memekik frustasi sebab ada saja jawaban dari mulut lelaki di hadapannya. Dan kenapa juga dia masih meladeni perkataan lelaki itu? Sepertinya dia juga sudah mulai gila sekarang.

“Tergila-gila juga nggak apa-apa, memang gue secandu itu.”

“Bodo amat!”

“Ya ampun, gemas banget calon masa depan gue. Jadi mau gue simpan di saku.”

Nikah Yuk, Mbak! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang