[7] Pertemuan kedua

756 69 1
                                    

Dekorasi berwarna pink serta hiasan hello kitty menyambut Gabriel yang baru saja menginjakkan kaki di halaman belakang kediaman kakak lelaki Rashi. Ia menatap penampilannya dari atas sampai bawah, sungguh berbanding terbalik dengan warna acara ulang tahun kali ini.

“Pertama kalinya gue datang ke acara bocil, untung yang undang sahabat sendiri.” Gabriel yang membawa kotak hadiah cukup besar, melangkahkan kaki untuk menemui sang pemilik acara.

“El!!”

Suara Rashi terdengar cukup nyaring di tengah suasana pesta yang tampaknya belum dimulai. Gabriel segera menghampiri Rashi yang kali ini berpenampilan cukup  feminin, dengan gaun bermotif bunga serasi dengan warna dekorasi pesta.

“Yang ulang tahunnya mana?”  tanya Gabriel setelah berada di hadapan Rashi.

“Masih di dalam, bentar lagi acara dimulai. Lo cari tempat duduk dulu, gue mau kasih tahu Abang biar bisa dimulai acaranya.” Gabriel mengangguk mendengar perkataan Rashi, lelaki itu segera memilih tempat duduk sesuai arahan Rashi.

Tepukan di bahunya membuat Gabriel sedikit tersentak, saat menoleh dirinya mendapati Lea yang juga berpenampilan anggun sama seperti Rashi tadi. Senyum Gabriel mengembang, seraya berdiri dan menarik kursi agar gadis itu duduk.
Namun belum sempat Lea menerima kursi dari Gabriel, sebuah tangan kekar melingkar cukup posesif di pinggang Lea dan Gabriel hanya mendelik melihatnya.

“Posesif banget, Pak,” sindir Gabriel.

Lea hanya tertawa pelan melihat tingkah kekasih dan sahabatnya yang memang tidak akur. Lebih tepatnya sang kekasih agak cemburu dengan Gabriel, meskipun hubungan dirinya dengan Gabriel hanya sebatas sahabat. Mungkin karena Sean tahu perihal perasaan Gabriel padanya.

“Udah, jangan mulai deh. Kamu juga, Bang. Lea udah hak milik, nggak mungkin bisa direbut sama El.” Rashi berkomentar, semenjak abangnya menjalin hubungan dengan Lea, ia bisa melihat sisi bucin dari abangnya sendiri. Rashi sampai terkejut, apa yang Lea lakukan sampai Sean begitu bucin padanya.

“Dikira gue rumah, pakai hak milik segala,” ucap Lea.

“Sebelum dia punya pasangan, Abang masih harus waspada, Ras,” balas Sean yang membuat Gabriel terkekeh.

“Berarti lo takut kalah ganteng sama gue, terus nanti Lea berpaling. Memang pesona gue nggak diragukan.” Gabriel penuh percaya diri.

“Bagi gue, Mas Sean lebih ganteng.”

Perkataan Lea membuat Sean tersenyum lebar, tatapan lelaki itu seakan mengejek Gabriel yang duduk di hadapannya. Sementara Gabriel mendelik, memang sudah jelas kalau pasangan di hadapannya ini sama-sama bucin. Mau di goda dengan cara apapun, keduanya selalu punya cara sendiri membuat Gabriel kalah.

“Gue nggak bisa berkata-kata kalau udah pada bucin kayak gini.”

Tidak berselang lama, acara pun dimulai. Gabriel bisa melihat bagaimana bahagianya keponakan Rashi yang sekarang tengah berulang tahun, belum lagi kehadiran Lea di tengah keluarga tersebut sepertinya menjadi pelengkap.

Gabriel ikut bahagia melihat senyum di wajah Lea, entah kenapa tidak ada rasa cemburu melihat bagaimana Lea dan Sean, mungkin karena perasaan Gabriel sudah mulai berubah, mungkin juga karena Gabriel semakin menyadari bahwa Lea bahagia dengan pilihannya dan Sean bisa menjadi pasangan yang melindungi sahabatnya.

Di tengah keramaian suasana pesta ulang tahun, Gabriel memilih menikmati makanan yang tersaji. Dia juga sudah memberikan hadiah pada keponakan Rashi sebelum acara di mulai. Mungkin setelah mencicipi makanan, Gabriel akan pulang.

“Kue ini enak. Lo pasti suka.” Tiba-tiba Rashi sudah berdiri di samping Gabriel yang tengah memilih beberapa kue yang cukup menggoda matanya.

Thanks,” balas Gabriel menerima kue berbentuk bintang dari tangan Rashi.

“Habis ini lo ada acara nggak? Gue mau minta tolong, antar gue ke toko buku.” Rashi mengikuti langkah kaki Gabriel, keduanya berakhir dengan duduk bersebelahan.

“Kayaknya nggak, tapi gue nggak harus temanin lo, kan? Bisa mati kebosanan gue kalau harus di toko buku, gue bukan Lea dan lo yang suka banget sama suasana toko buku.”

“Kalau nggak keberatan sih, maunya temanin.”

“Nggak! Makasih banget, gue antar aja,” tolak Gabriel tidak terbantahkan. Gabriel kapok, dia pernah menemani Lea seharian di toko buku dan baginya tidak ada yang menarik, meski Lea memberikan solusi agar ia juga membaca salah satu buku.

“Ya udah deh, nggak masalah. Asal gue ada yang antar,” ucap Rashi seraya tersenyum lebar. 

“Mangkanya punya pacar lagi, biar gue nggak jadi ojek. Eh tapi, lo punya pacar juga tetap gue jadi korban. Memang sad banget hidup gue yang jomlo.” Gabriel bicara penuh dramatis.

“Nggak dulu deh, hati gue masih sakit karena cowok gue yang terakhir malah selingkuh,” balas Rashi.

“Kecuali, ya kalau lo mau jadi pacar gue, gue ayo aja.” Sayangnya itu hanya bisa Rashi ucapkan dalam hati, karena ia masih belum bisa mengatakan perasaan yang sebenarnya kepada Gabriel.

**

Inara baru saja sampai di kediaman sang mantan suami, sebenarnya ia terlambat datang karena harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang di luar perkiraan. Sebab salah seorang model mengalami sebuah insiden kecelakaan, akhirnya sebagai yang paling di andalkan, Inara menggantikan rekannya.

“Masih sempat, yang penting nggak bikin Risa sedih,” ucapnya seraya memerhatikan suasana sekitar yang sudah sepi. Mungkin tamu yang lain satu per satu sudah meninggalkan acara pesta.

Inara tersenyum melihat Risa yang tengah bermain dengan teman sebayanya. Tidak jauh dari posisi sang anak, Sean bersama dengan kekasihnya sedang menikmati makanan. Langkah kaki Inara semakin lebar, mendekati pasangan tersebut.

“Mama Nara!”

Kedua mata Inara berkaca-kaca melihat serta mendengar bagaimana Risa memanggil namanya dan berlari menuju arahnya. Tidak menyangka sang anak akan menyambut dirinya seperti ini, apalagi terakhir mereka bertemu adalah hari di mana Risa yang tidak jadi menginap.

Inara memeluk tubuh Risa penuh kelembutan, mencium kedua pipi sang anak dengan sayang. “Selamat ulang tahun anak Mama,” ucap Inara kepada Risa.

“Ini hadiah dari Mama, semoga Risa suka,” lanjutnya seraya memberikan  paperbag pada sang anak.

“Makasih, Mama,” balas Risa begitu ceria.

Sean menghampiri keduanya, tidak lupa menggandeng tangan Lea seakan tidak ingin berjauhan dengan sang kekasih. Inara yang melihatnya tampak tersenyum, ia sudah mulai terbiasa dengan keromantisan pasangan tersebut, terutama sikap manis Sean kepada kekasihnya.

“Ateu lihat! Mama Nara kasih Risa hadiah,” ucap Risa menunjukkan hadiah dari Inara kepada Lea.

“Udah bilang makasih belum?” tanya Lea yang dibalas dengan anggukan oleh Risa.

“Apa kabar, Lea?” Inara tersenyum seraya menyapa Lea yang saat ini berada di hadapannya. Semenjak pertemuannya dengan Lea dan keinginannya untuk berdamai dengan gadis itu, Inara tampaknya sudah tidak canggung lagi.

“Baik, Mbak. Mbak sendiri apa kabar? Dari tadi Risa tunggu mamanya, sekarang anaknya happy banget ketemu Mbak.”

“Aku juga baik. Tadi ada sedikit pekerjaan, maaf terlambat datang.”

“Tidak masalah, yang penting kamu bisa menyempatkan waktu untuk datang ke acara ulang tahun anak sendiri,” balas Sean kali ini.

“Ayo, Mbak! Kita duduk dulu, tadi Risa udah simpan potongan kue spesial buat Mama Nara. Biar aku ambil ya, Mas.” Lea meminta persetujuan pada Sean.

Sean mengangguk, membiarkan Lea mengambil potongan kue ulang tahun tersebut. Sebenarnya Sean tahu, yang menyimpan potongan tersebut adalah Lea sendiri. Termasuk meminta Risa untuk menyambut Inara saat perempuan itu datang.

Lea kerap mengatakan padanya agar ia bisa membuat Risa kembali dekat dengan Ibu kandungnya. Sean beruntung sekali memiliki pasangan seperti Lea.

Inara akhirnya duduk bersama dengan Risa dan Sean, yang kemudian Rashi datang tetapi raut wajahnya tampak tidak bersahabat melihat keberadaan Inara di sini. Sebenarnya karena Rashi masih ingat dengan jelas bagaimana Inara yang dengan tega meninggalkan Risa bersama Sean hanya untuk lelaki lain.

“Aku pikir nggak akan ingat sama ulang tahun anak sendiri,” sindir Rashi yang sudah duduk di samping Sean.

Inara menatap adik—ah atau mungkin mantan adik iparnya, Rashi yang tidak bisa menutupi ketidaksukaan pada dirinya. Inara merasa wajar akan hal tersebut, masa lalu buruk yang memang ulahnya sendiri, tentu membuat Rashi kesal.

“Ras, jaga ucapan kamu. Gimana pun Inara itu Ibu kandungnya Risa,” tegur Sean. Tidak ingin sang adik menaruh dendam serta amarah berlebihan. Sebab ia sendiri sudah melupakan dan lebih menatap masa depannya dengan Lea.

“Nggak apa-apa, Mas. Wajar kalau Rashi masih kesal atau malah benci sama aku,” ucap Inara.

Tidak lama Lea datang memecah ketegangan antara Rashi dan Inara. Gadis yang memberikan aura positif itu menyimpan kue di atas meja dan menyuruh Risa memberikan potongan kue pada sang mama. Risa pun memberikan suapan ketiganya pada Inara, sebab suapan pertama dan kedua milik Sean juga Lea.

Inara dengan senang hati menerima suapan dari sang anak. Setelah cukup lama meninggalkan Risa bersama dengan Sean. Ini kali pertama Inara menghadiri ulang tahun anaknya dan tentu ia sangat bahagia.

“Makasih anak Mama,” ucap Inara kembali memberikan kecupan di kedua pipi Risa yang tampak menggemaskan.

Sementara dari kejauhan, Gabriel yang baru saja selesai menerima panggilan dari salah satu temannya, tampak mematung melihat perempuan yang selama ini ia cari. Gabriel anggap dirinya dan perempuan itu memang berjodoh, terbukti hari ini mereka kembali di pertemukan.

“Kalau jodoh memang nggak ke mana.”

Nikah Yuk, Mbak! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang