Lea dan Rashi saling berpandangan saat Gabriel baru saja duduk di hadapan mereka. Keduanya tampak keheranan melihat lelaki itu yang wajahnya begitu cerah sekali, seperti orang yang baru saja menang undian.
“Kenapa lo? Habis menang undian?”
Gabriel tersenyum lebar, “Ini lebih dari sekadar undian. Gue lagi happy banget dan lo berdua boleh beli apapun di kantin, gue yang bayar,” katanya sontak membuat Lea dan Rashi berbinar. Kapan lagi mereka mendapatkan traktiran dari Gabriel? Sepertinya memang lelaki itu tengah mendapatkan undian.
“Tumben amat, lo lagi merayakan apa sampai traktir kita berdua?” tanya Rashi yang masih penasaran.
“Gue ketemu cewek kemarin malam dan kayaknya gue jatuh cinta pada pandangan pertama sama itu cewek.”
Gabriel benar-benar tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagia yang membuat hatinya membuncah, malam di mana dirinya bertemu dengan seorang perempuan selalu membuat Gabriel bersemangat.
Rashi yang semula penasaran dan masih bersikap biasa, mendadak diam mendengar jawaban sahabatnya. Sementara Lea langsung mencondongkan tubuhnya, menatap penasaran ke arah Gabriel dan memasang telinga dengan baik, ia pikir Gabriel akan mulai bercerita dan tentu saja dirinya penasaran perihal sahabatnya yang tengah jatuh cinta.
“Kemarin gue datang ke acara yang waktu itu gue pernah bilang sama lo, Le. Terus ada insiden yang nggak perlu dijelaskan, intinya gue ketemu sama cewek yang bikin jantung gue nggak karuan.” Benar saja yang Lea pikirkan, Gabriel mulai menceritakan perihal malam itu.
Lea mengangguk-anggukan kepalanya. Ia ingat perihal acara tersebut dan memang dirinya tidak datang karena sudah dipastikan tidak mendapat izin.
“Berarti awal yang bagus buat lo move on, kan? Gue dengan senang hati mendukung lo,” balas Lea bersemangat. “Lo juga mendukung El, kan, Ras?” Kali ini Lea menatap ke arah Rashi.
Rashi yang ditanya begitu hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sementara Gabriel semakin bersemangat karena mendapatkan dukungan dari kedua sahabatnya.
“Masalahnya sekarang, gue belum tahu nama dia. Gue juga nggak tahu bisa ketemu sama dia lagi atau malah kemarin jadi yang pertama dan terakhir,” keluhnya.
“Mana yang namanya Gabriel Alexander? Masa udah menyerah kayak gitu? Katanya lo memegang teguh kalimat ‘sebelum undangan disebar, masih ada peluang buat merebut secara bar-bar’ dan lo harus membuktikannya,” ucap Lea panjang lebar.
Gabriel yang tadinya ingin menyerah, sekarang kembali bersemangat karena perkataan Lea. Benar juga, seharusnya dia tetap berjuang sebelum undangan disebar.
“Memangnya cewek yang lo temui itu kayak gimana? Jangan-jangan malah cewek nggak benar, apalagi ketemu di kelab gitu.” Rashi mulai bersuara, karena Gabriel bertemu dengan perempuan tersebut di sebuah kelab, tidak menutup kemungkinan kalau perempuan itu bukan perempuan yang baik.
“Jangan salah, gue juga pernah masuk ke kelab terus maksud lo, gue itu cewek nggak benar?” timpal Lea yang mendengar perkataan Rashi barusan. Ia tidak setuju dengan apa yang Rashi katakan.
“Ya, nggak maksud gitu juga, Le.”
“Gue sih bisa tebak kalau cewek yang gue temui itu, cewek baik. Soalnya dia kayak habis nangis waktu nggak sengaja papasan sama gue. Habis nangis aja dia cantik banget, gue jadi terpesona,” ucap Gabriel kembali mengingat pertemuan dirinya dengan perempuan itu.
“Gue bentar lagi ada kelas, gue duluan ya,” pamit Rashi yang sudah beranjak dari tempat duduknya. Lea dan Gabriel sontak memerhatikan Rashi yang sudah berlalu dari hadapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk, Mbak!
RomanceVersi terbaru "Nikah Yuk, Mbak!" Penulis : Purplerill Gabriel tidak paham, Tuhan kenapa senang sekali membuat kisah cintanya tidak mulus. Setelah cinta bertepuk sebelah tangan dengan sahabat sendiri. Sekarang Gabriel harus bersaing dengan masa lalu...