[15] Kebenaran dan kebohongan

538 49 1
                                    

Gabriel kerasukan! Begitu yang dipikirkan oleh Lea dan Rashi, pasalnya tidak ada angin, tidak ada hujan dan badai, sahabat lelaki mereka mengajak makan di tempat mahal. Ya, memang bukan pertama kali sih, Gabriel mengajak mereka makan sushi seperti ini, tetapi bisa dihitung jari dan aneh menurut mereka.

“Lo habis menang balapan? Perasaan beberapa minggu ini nggak ada yang ajak kita balapan, atau lo sengaja nggak ajak gue?” Lea penasaran, jadinya ia bertanya seperti ini.

Bukan hal yang harus di tutupi lagi untuk ketiganya, di mana Gabriel dan Lea memang kerap melakukan balapan, bahkan tidak akan ada yang menyangka Lea merupakan King dari pasukan geng motornya. Kalau Rashi sih, jangan ditanya lagi, dia hanya sebagai orang dibalik layar, penyemangat Gabriel dan Lea.

Gabriel menggeleng, “Nggak, memangnya salah gue berniat traktir kalian kayak gini? Udah, pokoknya kalian pesan dan gue yang bayar.” Halah, padahal alasannya traktir Lea dan Rashi karena ingin bercerita tentang misinya mendekati Inara.

Terhitung sudah tiga minggu, ia melakukan misi tersebut dan masih tidak diketahui oleh sahabatnya. Dalam pemikiran Gabriel begitu, padahal antara mereka sudah ada yang lebih dulu tahu. Gabriel memang tidak menyadarinya.

“Awas aja kalau pas bayar, lo pura-pura nggak bawa dompet,” ucap Rashi yang sudah membuka buku menu dan memilih apa yang ia sukai.  Lea mengangguk, menyetujui penuturan Rashi.

“Nggak, gue janji. Yuk, lah! Kita makan sepuasnya.” Gabriel pun ikut memilih makanan yang ia sukai.

Dalam waktu singkat, mereka akhirnya sudah bisa menikmati makanan masing-masing, diselingi obrolan yang memang sudah menjadi kebiasaan mereka yang tidak pernah kehilangan topik kalau sedang bersama. Entah membicarakan perihal perkuliahan, kisah cinta yang seringnya diisi dengan curahan hati Lea, atau hal random lainnya.

Di tengah suasana hangat yang mereka ciptakan, Gabriel sedang menyusun kalimat pembuka perihal misi yang selama ini sedang ia lakukan. Karena sudah cukup lama dan menurut Gabriel semuanya berjalan lancar, apalagi Inara yang tampaknya sudah terbiasa akan kehadiran Gabriel. Akhirnya ia memutuskan bercerita pada kedua sahabatnya, siapa tahu di lain waktu Gabriel membutuhkan saran dari mereka.

“Gue mau cerita sesuatu.” Kalimat pertama, yang berhasil membuat Lea juga Rashi kompak menatap Gabriel yang memang duduk di hadapan mereka.

“Tentang apa? Muka lo serius amat, jangan bilang lo benaran nggak bawa dompet?”

Gabriel berdecak, “Bukan, Le! Ini gue memang serius, jadi beberapa minggu ini gue lagi menjalankan sebuah misi.”

“Misi? Apa sih? Jangan bikin kita penasaran, ceritanya setengah-setengah kayak gitu.” Lea kembali menimpali, sementara Rashi hanya menunggu cerita yang keluar dari mulut Gabriel.

“Sabar, ini kan namanya pembukaan. Kalau cerita itu ada pembuka, isi sama penutup. Mangkanya lo jangan sela melulu,” balas Gabriel gemas melihat Lea.

“Ya, maaf. Ok, lanjut!” ucap Lea kali ini kembali menikmati makanan sembari mendengarkan cerita Gabriel.

“Gue lagi menjalankan misi, pendekatan sama seseorang.” Wajah Gabriel tampak berbinar, terlihat sekali lelaki itu tengah jatuh cinta.

Lea mengangguk paham, sementara Rashi yang baru saja melahap makanannya tampak tersentak. Rasa dari makanan itu tiba-tiba menjadi hambar, Rashi tampaknya mengerti ke mana arah pembicaraan Gabriel kali ini.

“Gue baru cerita sama kalian, soalnya gue mau memastikan misi itu lancar atau malah gagal di tengah jalan. Kan, nggak lucu kalau gue heboh dulu cerita sama kalian, tapi ujungnya sad ending.”

Nikah Yuk, Mbak! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang