[8] Jadi mau dipeluk?

740 68 5
                                    

Gabriel pikir hari ini adalah hari keberuntungan dirinya, karena ia bisa kembali bertemu dengan perempuan yang selama ini dicari. Ingatkan Gabriel untuk berterima kasih kepada Rashi karena sahabatnya itu yang mengundang dirinya ke acara ulang tahun, mungkin dengan membayar beberapa novel yang menjadi incaran Rashi akan membuat gadis itu senang.

Sebenarnya Gabriel ingin mendekati perempuan tersebut, tetapi ia masih harus memastikan siapa perempuan itu dan kenapa datang ke acara ulang tahun keponakan Rashi? Atau masih merupakan kerabat? Kalau tahu begitu, sudah sejak lama saja Gabriel meminta Rashi agar mengenalkan dirinya pada perempuan tersebut.

“Eh, Le!” Gabriel menarik Lea yang kebetulan dekat dengan dirinya. Gadis itu tampak terkejut karena tarikan tangan Gabriel yang tiba-tiba.

“Apa sih, lo? Main tarik tangan gue, dikira gue kambing!” protes Lea sebab Gabriel masih menariknya ke tempat yang agak sepi. Kalau sampai tingkah Gabriel ini diketahui oleh Sean, sudah habis lelaki itu diamuk oleh kekasih sahabatnya yang super posesif.

“Bentar, gue mau ngomong serius sama lo. Ada yang mau gue tanya,” ucap Gabriel. Karena Lea yang ada di dekatnya, Gabriel rasa mungkin Lea juga mengetahui perihal perempuan yang diundang ke acara ini, apalagi Lea bisa disebut sudah masuk ke dalam keluarga besar Sean.

“Tanya apa? Gue belum belajar, jangan kasih pertanyaan yang susah,” canda Lea. Mereka sudah berada cukup jauh dari posisi yang lain, Lea jadi penasaran apa yang akan Gabriel tanyakan sampai wajah lelaki itu kelihatan serius.

“Lo tahu cewek yang tadi bareng sama Risa?” tanya Gabriel tanpa basa-basi, ia ingin segera mengetahui perihal perempuan tersebut.

“Yang mana? Cewek kan banyak.” Alih-alih menjawab, Lea malah balik bertanya.

“Itu cewek yang dikasih kue sama Risa. Yang rambutnya panjang, wajahnya manis gitu, terus sepatu warna hitam,” terang Gabriel sampai detail sekali.

“Nggak sekalian lo kasih tahu nomor sepatunya juga? Rinci amat, kenapa sih?”

“Le, gue masih sabar ya, belum jadi kanibal yang makan lo!” Gabriel tidak sabar, sahabatnya bukan langsung menjawab malah mengejek. Gabriel kan ingin tahu perempuan yang selama ini ia cari dan membuat dirinya galau tak menentu.

“Bentar, gue pikir dulu. Nanti kalau salah, lo juga yang kesal. Cewek yang dikasih kue sama Risa selain gue sama Rashi, cuman Mbak Nara. Memangnya kenapa?”

“Mbak Nara itu masih kerabat Bang Sean sama Rashi? Sepupu mereka?” tanya Gabriel kembali. Masih belum puas jawaban yang keluar dari mulut sahabatnya.

“Bukan, Mbak Nara itu mantan istrinya Mas Sean.”

“SERIUS??”

“Biasa aja dong! Sakit banget telinga gue, lo teriak kayak gitu.” Lea meringis. Kenapa sih dengan sahabatnya? Sampai heboh seperti itu, bahkan tidak biasanya Gabriel bertanya perihal perempuan seperti ini.

“Itu lo ngomong serius? Dia mantan istri Bang Sean?” Gabriel masih tidak percaya, pasalnya perempuan yang Lea katakan bernama Inara itu terlalu imut jika menyandang status sebagai mantan istri, di mata Gabriel, perempuan tersebut malah seorang gadis yang masih sebaya dengannya.

Mantan istri? Janda dong?

Lea mengangguk, “Kenapa sih? Lo kenal? Tapi memang wajar kalau lo merasa nggak asing, dia kan model yang lagi naik daun banget.”

Lagi. Perkataan Lea membuat Gabriel terkejut, selain statusnya yang merupakan mantan istri dari Sean, ia juga tidak menyangka perempuan itu adalah model yang tengah naik daun. Tuhan ... sebenarnya selama hidup, Gabriel melakukan apa saja sampai tidak tahu menahu perihal model terkenal yang sekarang membuat jantungnya berdebar tidak karuan.

“Dia cewek yang gue cari, Le. Kalau tahu mantan istrinya Bang Sean, udah dari kemarin gue cari dia lewat Bang Sean. Eh, tapi kalau dia mantan istrinya cowok lo, berarti dia yang hampir bikin lo sama Bang Sean putus? Yang lo pernah bilang kalau mantanya Bang Sean mau balikan lagi?”

Gabriel ingat sekarang. Waktu itu Lea pernah bercerita perihal mantan istri kekasihnya yang tiba-tiba datang setelah cukup lama menghilang. Belum lagi mantan istrinya hampir membuat hubungan Lea dan Sean retak waktu itu, karena insiden yang membuat Sean kalang kabut sebab Lea menjauh darinya.

“Lo yakin Mbak Nara ceweknya? Nggak mimpi, kan, lo?”

Gabriel menggeleng, “Nggak mimpi. Gue yakin sejuta persen, kalau dia cewek yang gue temui di kelab terus yang selama ini gue cari dan udah bikin gue jatuh cinta pada pandangan pertama.”

“Sempit banget bumi ini. Sahabat gue terjerat pesona mantan istri pacar gue, udah kayak judul sinetron aja.”

“Sekarang bantu gue buat dekat sama dia.”

“Kenapa harus gue sih? Gue juga kan nggak terlalu dekat sama dia.”

“Lo kan pacarnya Bang Sean. Ya, minimal tanya cowok lo gitu tentang dia. Ayo dong, Lea. Ini termasuk cara moveon dari lo, gue punya gebetan lagi.” Gabriel kelihatan memaksa, kalau bukan Lea yang membantu, ia tidak yakin Rashi akan membantu. Sebab Gabriel tahu sekali bagaimana kesalnya Rashi pada mantan kakak iparnya itu.

“Kalau lo cuman mau moveon dari gue dan malah mengorbankan perasaan cewek lain gara-gara lo jadikan pelarian, mending nggak usah deh. Lo bisa moveon tanpa orang baru yang malah jadi korban karena perasaan lo yang nggak tulus.” Meskipun Inara sempat menyebabkan hubungan ia dan Sean retak, sebagai sesama perempuan, tentu saja Lea tidak ingin Inara malah dijadikan sebagai pelarian, parahnya oleh sahabat sendiri.

“Gue serius, Le. Gue nggak pernah merasa sebahagia dan sedeg-degan ini ketemu cewek baru. Lagian tampang gue bukan tampang cowok yang menjadikan cewek sebagai pelarian, masa lo meragukan ketampanan gue ini,” ucapnya penuh percaya diri.

“Mulai banget terlalu percaya diri,” cibir Lea yang tampaknya sudah jengah sebab tingkat kepercayaan diri sahabatnya terlalu akut.

Please, Le. Demi kisah cinta gue yang mengenaskan melulu, bantu gue biar dapat pujaan hati dan partner bucin kayak lo sama pacar lo.”

“Kasihan banget sahabat gue, nanti gue tanya Mas Sean deh. Apa sih yang nggak buat sahabat gue,” ucap Lea yang membuat senyum di wajah Gabriel terbit.

“Gitu dong! Sini gue peluk dulu.”
Gabriel merentangkan tangannya seraya mendekati Lea, tetapi belum sempat ia memeluk sang sahabat, pakaiannya sudah ditarik terlebih dahulu dari arah belakang.

Sean. Lelaki itu tampak kesal sebab Gabriel hendak memeluk kekasihnya, beruntung Sean datang di waktu yang tepat. “Jaga jarak. Jangan pernah peluk pacar saya!” Sean memberi peringatan pada Gabriel.

Namun, Gabriel yang memang si lelaki paling menyebalkan dan banyak tingkah, tampak mengabaikan perkataan Sean dan saat lelaki itu lengah, Gabriel berhasil menarik tubuh Lea ke dalam pelukannya.

“GABRIEL ALEXANDER! KAMU BOSAN HIDUP!”

“AMPUN BANG! Bercanda doang gue, Ya tuhan!” Gabriel yang panik, akhirnya melarikan diri dan memilih bergabung dengan Rashi sebelum Sean menghabisi dirinya.

**

Inara masih berada di kediaman Sean, satu jam yang lalu acara ulang tahun sang anak sudah selesai dan ia memilih untuk berada di sini terlebih dahulu. Sebenarnya ini juga permintaan Lea, gadis itu meminta dirinya untuk jangan pulang, entah apa yang akan Lea lakukan kepadanya.

“Mbak Nara.”

Inara menoleh, mendapati Lea yang sudah berada di dekatnya. Ia tidak menyadari langkah kaki Lea, tahu-tahu gadis itu sudah berada di dekatnya sembari membawa paperbag yang entah berisi apa.

Lea menaruh paperbag tersebut di hadapannya, membuat Inara melayangkan tatapan penuh tanya. Sebenarnya apa yang diberikan Lea kepadanya? Dan kenapa gadis itu seakan biasa saja, tidak memperlihatkan kebencian terhadap dirinya, padahal Inara hampir membuat hubungannya dengan Sean berantakan.

Lea meminta Inara membuka dan melihat isi dalam paperbag tersebut, ternyata ada sebuah kotak lagi dan saat dibuka, isinya adalah kalung berliontin hati.

“Kemarin aku sama Risa main terus nggak sengaja lihat kalung itu. Risa suka jadinya beli, terus aku tanya kenapa beli tiga. Katanya buat dia, aku sama Mama. Dia kasih kalung itu juga buat Mbak, Risa itu cuman malu aja, dia sayang banget sama mamanya.”

Perkataan Lea membuat kedua mata Inara berkaca-kaca, sekalipun apa yang dikatakan Lea adalah hanya untuk menghibur dirinya yang masih belum dekat dengan anak kandungnya sendiri. Inara tidak peduli, ia tetap senang dan terharu mendapatkan hadiah dari anaknya.

“Mbak, aku yakin Risa sama Mbak Nara bakalan dekat lagi kayak Ibu-anak di luaran sana. Aku janji bantuin Mbak, karena Mbak Nara itu mamanya Risa.” Lea menatap Inara dengan penuh keyakinan atas apa yang ia katakan, Lea berjanji untuk hal tersebut.

“Aku juga minta maaf ya, Mbak. Karena kehadiran aku membuat Mbak nggak bisa sama Mas Sean lagi,” lanjutnya.

“Kamu sama sekali nggak salah, kalau rasa cinta yang Mas Sean udah hilang, aku nggak bisa apa-apa. Lagi pula, aku bisa lihat bagaimana Mas Sean yang sayang dan cinta sama kamu, aku sama dia sebatas masa lalu. Sementara kamu adalah masa depan dia yang sebenarnya.” Inara sudah ikhlas, ia merelakan semua karena untuk mengulang bahkan memperbaiki hubungan dirinya dengan Sean adalah sebuah ketidakmungkinan, sebab sekarang dunia Sean sudah berpusat pada Lea.

“Makasih ya, Mbak. Semoga Mbak menemukan seseorang yang mencintai Mbak Nara dengan tulus dan menjadi pendamping terakhir yang Tuhan berikan.”

“Terima kasih. Sean beruntung sekali memiliki pasangan seperti kamu, nggak heran kalau dia amat mencintai kamu.” Ya sepertinya mulai sekarang Inara akan memanggil mantan suaminya tanpa embel-embel ‘Mas’ karena ia merasa tidak enak pada Lea.

Setelah bicara cukup lama dengan Lea, Inara kembali duduk sendiri seraya memerhatikan kalung yang tadi diberikan oleh Lea. Ia senang sekali mendapatkan kalung spesial dari anaknya, tentu saja Inara akan memakainya nanti. Karena suasana hatinya yang mendadak melow, dari kedua pelupuk matanya keluar air mata, ia masih sangat terharu sebab hadiah tersebut.

“Butuh tissue? Atau butuh dipeluk? Gue bisa bantu.”

Sebuah suara membuat Inara tersentak seraya mendongakkan kepalanya melihat sang pemilik suara. Saat kedua matanya saling bertemu, tubuh Inara mendadak kaku. Dari sekian banyak orang di muka bumi ini, kenapa ia harus kembali bertemu dengan lelaki itu?

“Hai, Mbak. Kita ketemu lagi. Gimana, jadi mau dipeluk?” 

Nikah Yuk, Mbak! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang