Gabriel sedang bucin-bucinnya, padahal yang dijadikan bucin tidak pernah menganggap dirinya ada.
Miris!
Bagaimana ya, Inara itu meski diam saja tetapi selalu membuat jantungnya berdebar tak karuan, apalagi kalau perempuan itu tengah melakukan sesi pemotretan, Gabriel dibuat terpesona oleh Inara. Seperti hari ini, mungkin sudah menjadi kebiasaan Gabriel yang selalu ada di setiap pemotretan yang sedang Inara lakukan, tentu saja misi yang sedang ia lakukan masih berlanjut.
Semenjak lelaki itu dengan penuh percaya diri mengenalkan dirinya sebagai kekasih Inara, rekan kerja perempuan tersebut tentu sudah tidak asing dengan keberadaan Gabriel dan tidak mempermasalahkan sebab Gabriel bukan pengganggu, malah selalu membuat mereka senang sebab lelaki itu kerap memberikan konsumsi secara cuma-cuma, tetapi tidak untuk Inara.
Lihat saja sekarang, perempuan itu sedang cemberut bak anak kecil yang tidak dibelikan permen, saat Gabriel dengan begitu santainya memberikan makanan gratis lagi untuk semua orang di sini yang sudah bekerja keras dalam pemotretan.
Entah berapa bungkus makanan dilengkapi minuman dan juga ada dua orang petugas dari restoran tempatnya memesan yang sudah membagikan kotak makanan pada semua orang yang ada di sini.
“Kalau yang ini spesial buat kesayangan gue.” Gabriel memberikan satu kotak makanan yang dikhususkan untuk Inara, tentu saja menu makanan sehat yang Gabriel pilih sendiri.
Inara mendelik, tidak menerima pemberian bocah lelaki yang menyebalkan baginya. Kedua tangannya dilipat depan dada, benar-benar seperti anak kecil yang merajuk sampai Gabriel gemas sendiri ingin menerkam. Eh!
“Bilang dong kalau mau disuapi, sini deh gue suapi biar romantis kayak di drama Korea,” ucapnya sok menjadi lelaki terpeka. Padahal Inara memang tidak mau, bukan menunya tidak sesuai, tepatnya tidak mau menerima makanan dari Gabriel.
“Siapa juga yang mau disuapi? Kayak anak kecil!" Balas Inara, susah sekali membuat lelaki itu pergi dari hadapannya. Padahal dia sudah sangat ketus, tetapi Gabriel masih belum menyerah dan malah semakin menyebalkan di mata Inara.
“Jangan malu-malu, mau disuapi pakai apa? Sendok atau langsung pakai tangan?" tanya Gabriel memberikan penawaran dan dengan senang hati ia akan menyuapi Inara. “Eh, kayaknya malah lebih asyik kalau langsung pakai bibir nggak sih?” lanjutnya membuat Inara melotot.
“Bocah mesum!”
**
“Ngapain masih di sini?” tanya Inara sewot. Ia pikir lelaki itu sudah pergi karena batang hidungnya tidak terlihat, ternyata Gabriel malah tengah duduk santai di dekat ruang ganti.
Gabriel yang melihat Inara sontak tersenyum lebar. “Kan nungguin lo selesai, tadi gue habis cari kopi dari luar terus duduk di sini sambil main game,” katanya menjelaskan dengan begitu detail apa saja yang ia lakukan selama Inara melakukan pekerjaannya.
“Harusnya kamu fokus aja kuliah. Bukan malah main-main kayak gini, hampir setiap hari kamu datang dan ada di mana pun aku kerja.”
Perkataan Inara malah membuat senyum Gabriel melebar, “Lo perhatian banget, Mbak. Gue jadi makin cinta,” ucapnya yang langsung membuat Inara mendelik. Demi Tuhan! Kepercayaan diri Gabriel sudah bukan setinggi gunung lagi, mungkin sudah mencapai langit.
“Kamu pulang sana! Keberadaan kamu bikin orang nggak konsentrasi, mengganggu!” usir Inara tanpa peduli dengan perasaan lelaki yang berada di hadapannya.
“Oh jadi lo nggak konsentrasi karena melihat ketampanan gue yang udah kayak aktor Korea ini. Memang sih, gue akui itu dan wajar kalau lo sampai gagal fokus antara kerja sama memandang wajah gue, iya kan?” Bukan tersinggung, Gabriel malah gencar menggoda Inara dengan perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk, Mbak!
RomanceVersi terbaru "Nikah Yuk, Mbak!" Penulis : Purplerill Gabriel tidak paham, Tuhan kenapa senang sekali membuat kisah cintanya tidak mulus. Setelah cinta bertepuk sebelah tangan dengan sahabat sendiri. Sekarang Gabriel harus bersaing dengan masa lalu...