Tidak ada yang membahagiakan selain menghirup udara kebebasan setelah mendekam di rumah sakit. Itu yang sekarang Gabriel rasakan. Baginya cukup beberapa hari ke belakang saja dia berada di antara obat-obatan yang membuatnya muak seketika. Jangan sampai hal itu terjadi lagi, meski ia sendiri tidak yakin sebab kondisinya memang tidak bisa diprediksi. Dan yang lelaki itu temui setelah pulang dari rumah sakit adalah Inara.
Beberapa hari tidak bertemu dengan Inara membuat Gabriel merindukan perempuan itu. Gabriel pikir Inara sibuk jadi tidak datang untuk menjenguknya lagi. Ya, Gabriel sih mencoba untuk positif saja, mencoba untuk menjadi lelaki idaman yang memahami kesibukan sang pujaan hati. Siapa tahu Inara jatuh hati.
“Mbak Lolita!!”
Gabriel melambaikan tangan saat matanya menangkap sosok Lolita yang baru saja keluar dari sebuah mobil hitam, terparkir tepat di depan studio foto yang memang menjadi tempat Inara pemotretan hari ini. Tentu saja Gabriel masih mengetahui jadwal Inara, kali ini sudah jelas sekali dari asistennya—Lolita—yang memang menjadi pendukung utama perihal hubungannya dengan Inara.
“Ayang gue mana?” tanya Gabriel setelah berada di hadapan Lolita yang tampak kewalahan membawa beberapa pakaian dan tas, yang membuat jiwa lelaki sejati Gabriel muncul dan lelaki itu langsung membantu Lolita.
“Thanks,” ucap Lolita saat Gabriel mengambil alih beberapa barang bawaannya. “Inara udah di dalam lagi pemotretan, aku lupa bawa perlengkapan yang ada di dalam mobil,” lanjutnya.
Gabriel yang berjalan beriringan dengan Lolita tampak menganggukan kepalanya. Untung saja ia masih bisa melihat pujaan hatinya bekerja, momen yang selalu Gabriel sukai karena dirinya juga bisa mengambil foto secara diam-diam dan menyimpannya untuk diri sendiri.
Berada di dalam studio, Gabriel menaruh barang yang ia bawa tadi dan setelahnya kedua mata lelaki itu tampak awas, mencari sosok yang beberapa hari ini ia rindukan. Sampai akhirnya senyum Gabriel mengembang melihat Inara yang berdiri tidak jauh dari dirinya, perempuan itu bersebelahan dengan Mas Dafa yang tampaknya tengah melihat hasil pemotretan. Keduanya begitu serius sekali menatap kamera di tangan Mas Dafa.
Gabriel dengan penuh antusias berjalan menghampiri Inara, namun belum sempat lelaki itu sampai di hadapan Inara. Seseorang lebih dulu mendekati Inara dan membuat perempuan itu menoleh seraya tersenyum. Tidak lupa bibirnya terlihat mengucapkan terima kasih setelah menerima minuman dari orang tersebut.
Sialan! Gabriel mengumpat dalam hati, sebenarnya siapa orang itu sampai membuat Inara tersenyum seperti tadi? Bahkan Gabriel saja belum pernah melihat senyum di wajah Inara saat bersama dengan dirinya.
“Memang nggak diragukan lagi, hasil yang lo ambil tadi keren, Nath.”
“Itu karena modelnya yang keren.”
Samar-samar Gabriel mendengar obrolan Mas Dafa dengan seseorang yang dipanggil ‘Nath’, membuat Gabriel semakin penasaran dengan orang itu. Masalahnya berjenis kelamin lelaki dan berhasil membuat Gabriel kesal karena Inara yang tersenyum bersama lelaki itu.
“Nggak usah kayak gitu, memang kamu keren kok jadi fotografer.”
Kali ini suara Inara mengalun lembut, membuat Gabriel mendelik sebab perempuan itu kalau bersama dengan dirinya mana ada manis-manisnya. Sekarang bicara dengan lelaki lain malah lembut sekali, membuat cemburu saja. Ah, memangnya Gabriel berhak untuk cemburu?
Tepukan di pundaknya membuat Gabriel menoleh dan mendapati Lolita di sebelahnya, “Kenapa nggak samperin aja? Malah diam di sini,” katanya pada Gabriel.
“Lo kenal cowok yang pakai baju hitam itu?” Alih-alih menjawab, Gabriel malah melontarkan pertanyaan. Ia terlanjur penasaran dengan sosok lelaki yang membuat Inara tersenyum selebar tadi.
Lolita mengangguk, “Cinta pertama Inara, Nathan,” katanya terdengar santai tetapi membuat Gabriel terkejut.
“Cinta pertama? Jonathan?” Nama itu langsung terlintas di pikirannya, tentu saja Gabriel pernah mendengar nama itu. Sean yang memang memberitahu dirinya waktu itu dan sialnya sekarang lelaki bernama Jonathan itu malah ada di hadapannya.
Sementara itu, Inara baru saja menyadari keberadaan Gabriel. Perempuan itu tampak terkejut dengan kehadiran Gabriel yang memang selama beberapa hari ini tidak ia temui. Bersamaan dengan Inara yang menatap ke arah Gabriel, Nathan pun tampak penasaran seraya menoleh setelah mendapati Inara tengah menatap ke objek lain.
“Gue baru berjuang, masa lalunya malah muncul lagi,” gumam Gabriel yang masih terdengar oleh Lolita.
“Nggak semua masa lalu menjadi pemenangnya, siapa tahu malah kamu yang menang,” ucap Lolita memberikan dukungan pada Gabriel
“Masalahnya itu orang ganteng juga, Mbak. Gue jadi insecure begini.” Untuk pertama kalinya Gabriel insecure dan itu karena sosok cinta pertama Inara. Lelaki itu terlihat berkarisma juga dan membuat Gabriel berpikir apakah Inara masih menaruh hati pada cinta pertamanya? Sialan! Sadar Gabriel! Cinta pertama itu sulit dilupakan, batinnya.
**
Inara baru saja selesai berganti pakaian yang berarti pekerjaannya selesai untuk hari ini. Semua berjalan lancar, apalagi kali ini yang mengambil gambarnya adalah Nathan.
Memang, project ini diambil oleh Mas Dafa dan Nathan yang menjadi alasan lelaki itu kembali ke Indonesia, Inara juga baru tahu dan siapa sangka, dirinya malah menjadi bagian dari project tersebut.
Sebenarnya Mas Dafa yang meminta dan Inara mana bisa menolak, sebab lelaki itu sudah sangat berjasa dalam perjalanan kariernya sebagai model.
Mas Dafa yang pertama kali menawarkan kepada dirinya untuk menjadi salah satu model saat Inara masih menjadi mahasiswa, tentu saja mendapatkan bayaran yang membuat Inara tidak berpikir dua kali sebab ia tengah membutuhkan uang saat itu, sampai akhirnya Inara menggeluti pekerjaan tersebut dan sekarang malah dikenal masyarakat umum.
“Dia siapa sih?”
“Astaga! Bikin kaget aja.” Inara benar-benar terkejut dengan keberadaan Gabriel yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya. Lelaki itu memang kalau datang tidak pernah terduga.
Gabriel malah tersenyum lebar tanpa merasa bersalah, “Cowok yang tadi siapa? Hebat banget bisa bikin lo senyum secerah matahari,” katanya. Lelaki itu berpura-pura tidak tahu saja.
“Teman. Memangnya kenapa? Wajar dong, kalau senyum sesama manusia.” Inara menjawab dengan santai, yang malah membuat Gabriel mendelik tidak suka dengan jawaban Inara.
“Gue bukan manusia jadi lo nggak pernah senyum kalau sama gue. Hati gue ternodai sekali.” Drama dimulai! Gabriel kalau tidak membuat drama di depan Inara, sepertinya kurang merasa puas.
“Itu sadar juga,” celetuk Inara yang sukses membuat Gabriel melotot. Namun, belum sempat lelaki itu membalas perkataan Inara, suara dari arah lain membuat Gabriel menoleh.
“Kita pulang sekarang, Ra.”
Gabriel mendelik. Enak saja! Berani sekali lelaki itu mengajak pujaan hatinya pulang, hari ini Inara harus bersama dengan dirinya. Tidak ada yang boleh mengacaukan kencannya bersama dengan Inara sore ini, termasuk lelaki yang sekarang berada di hadapan mereka.
“Sorry ya, Bro. Dia pulang sama gue,” ucap Gabriel sembari merangkul bahu Inara yang membuat perempuan itu tersentak sebab aksi Gabriel yang tiba-tiba.
“Lo siapa?” Nathan menatap tak suka ke arah Gabriel, apalagi melihat tangan lelaki itu berada di bahu Inara.
Gabriel tersenyum lebar seraya mengulurkan tangan dan berkata, “Kenalin gue calon masa depannya Inara.”
Tidak ada balasan dari uluran tangan Gabriel, Nathan malah menatap remeh pada lelaki itu. “Masih calon kan? Belum tentu nama lo ada di hati Inara, kayaknya lo harus mundur, kadang cinta pertama sulit dilupakan dan perkenalkan gue Jonathan, cinta pertama Inara dan bakalan jadi cinta terakhirnya.”
Sialan! Percaya diri sekali lelaki itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk, Mbak!
RomansaVersi terbaru "Nikah Yuk, Mbak!" Penulis : Purplerill Gabriel tidak paham, Tuhan kenapa senang sekali membuat kisah cintanya tidak mulus. Setelah cinta bertepuk sebelah tangan dengan sahabat sendiri. Sekarang Gabriel harus bersaing dengan masa lalu...