[4] Seorang anak kesepian

1.1K 82 3
                                    

Thanks ya, Mas. Kamu kasih ijin aku pergi sama Risa.” Inara tersenyum lebar menatap lelaki yang berada di hadapannya.

“Nggak perlu berterima kasih, bagaimana pun Risa masih darah daging kamu dan saya nggak ada hak untuk melarang kalian bertemu,” balas lelaki itu. Sean—mantan suami Inara yang beberapa waktu lalu masih perempuan itu tangisi.

Inara mengangguk, lalu menatap Risa yang masih anteng duduk di samping sang papa. “Hari ini Risa mau menginap di rumah Mama, kan? Kemarin Mama beli boneka barbie, pasti Risa suka.”

Risa—Gadis kecil dengan rambut diikat dua itu tampak menatap sang papa seolah meminta persetujuan. Sean mengangguk, “Besok papa jemput,” katanya.

Risa mengangguk setelah mendapatkan persetujuan dari sang papa dan tentu saja membuat Inara senang karena ia bisa tidur bersama dengan anak perempuannya. Meskipun hubungan dia dengan Sean masih kurang baik, sebab ulahnya sendiri. Tetapi, Inara tidak ingin menjadi jauh dengan sang anak.

Dering telepon milik Sean membuat lelaki itu segera mengangkat panggilan masuk. Tampak raut wajah Sean yang berubah drastis, sejak tadi lelaki itu hanya menampilkan wajah kaku dan sekarang bahkan Inara tidak percaya apakah lelaki di hadapannya ini adalah sang mantan suami? Sebab kedua mata Sean tampak berbinar menatap layar handphone-nya.

“Bentar lagi aku jemput kamu, habis antar Risa ketemu mamanya.”

“Iya, Sayang.”

Percakapan Sean dengan sang penelepon tentu langsung bisa Inara tebak, siapa lagi kalau bukan gadis yang membuat Sean tampak berbeda dari sebelumnya, gadis yang sekarang menempati takhta tertinggi di hati Sean.

“Ateu cantik ya, Pa?” Bukan hanya Sean yang terlihat penuh binar, Risa juga kelihatan senang dengan keberadaan kekasih papanya.

Sean mengangguk, “Katanya Risa nggak boleh makan yang manis-manis terlalu banyak, kemarin kan habis dari dokter.”

Risa mengangguk. Sementara Inara semakin penasaran, sedekat apa sang anak dengan gadis yang menjadi kekasih Sean. Sampai dengan mudahnya sang anak menuruti apa yang dikatakan gadis tersebut.

“Saya pamit, besok kamu bisa hubungi saya kalau Risa mau pulang,” ucap Sean segera beranjak dari posisinya, lalu beralih menatap sang anak yang sudah berada di dekat Inara, “Enjoy anak Papa, besok Papa jemput sama Ateu.” Yang dibalas anggukan penuh semangat oleh Risa.

“Risa happy ketemu sama Mama?”
Risa mengangguk seraya tersenyum lebar, yang menular pada senyum di wajah Inara. Setelah Sean berpamitan, Ibu dan anak itu langsung melanjutkan perjalanan mereka, masuk ke dalam mobil milik Inara yang memang sengaja Inara membawa sendiri.

Kali ini Inara ingin menghabiskan waktu berdua dengan anaknya, memberikan kebahagiaan pada Risa dengan caranya sendiri. Meskipun hubungan dirinya dengan Sean berakhir, anak mereka harus tetap merasakan kasih sayang dari kedua orang tua.

Inara juga sedang memperbaiki hubungan dengan sang anak, membalas apa yang ia perbuat sebab meninggalkan Risa bersama dengan Sean.

“Mama mungkin nggak bisa jadi Ibu yang sempurna, tapi Mama akan melakukan apapun buat kebahagiaan kamu,” batin Inara.

**

“Makasih, Tante.” Gabriel tersenyum lebar menerima  sepiring nasi beserta lauknya. Siang hari yang cerah ini, ia nikmati dengan makan bersama di kediaman Lea, sahabatnya.

Bukan hal asing keberadaan Gabriel di tengah keluarga Lea. Apalagi rumah mereka saling berdampingan dan tentu saja di mata kedua orang tua mereka masing-masing, Gabriel dan Lea sudah seperti seorang anak.

Nikah Yuk, Mbak! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang