[9] Pemilik jaket itu ...

679 58 1
                                    

Inara hampir tidak percaya, dia kembali bertemu dengan lelaki yang mengalami insiden bersamanya di kelab waktu itu. Sepertinya dunia ini sempit sekali sampai Inara harus dipertemukan dengan lelaki tersebut. Padahal Inara sudah lupa dengan insiden memalukan itu, tetapi semesta malah kembali mempertemukan mereka. Sementara itu, Gabriel kelihatan senang karena bisa bertemu dengan perempuan yang selama ini ia cari.

"Gue nggak sangka kalau kita ketemu lagi kayak gini, mungkin karena kita berjodoh," ucap Gabriel yang selalu penuh percaya diri.

"Maaf kayaknya kita nggak saling kenal." Inara buru-buru beranjak dari tempatnya, tetapi tangan Gabriel lebih cekatan membuat ia tidak bisa ke mana-mana.

"Tunggu! Nggak usah pura-pura lupa, Mbak. Gue aja nggak pernah lupa, malah selalu ingat sama apa yang terjadi malam itu," ucap Gabriel masih berusaha membuat Inara ingat dengan semuanya.

"Kamu mungkin salah orang." Inara kembali mengelak, tidak ingin berhubungan lagi dengan lelaki yang bahkan Inara masih malu sekali saat teringat insiden waktu itu.

"Mana mungkin gue salah orang, hati gue udah terkoneksi sama sinyal dari lo. Jangan lupa, jaket kesayangan gue kayaknya ada sama lo." Gabriel menyeringai, tidak akan ia lupa perihal jaket tersebut. Yang waktu itu ia lihat di bawa oleh Inara, ia pikir karena perempuan itu merasa bersalah, lantas ia biarkan saja karena feeling dia mengatakan mereka akan bertemu kembali dan sepertinya kali ini feeling Gabriel sedang memberikan keberuntungan.

Inara ingat dengan jaket yang ia bawa malam itu, memang tidak terlalu kotor dan dia sendiri tidak paham, kenapa malah membawa jaket tersebut? Bahkan waktu itu Inara langsung meminta Lolita untuk mengirimnya ke tempat laundry.

"Sorry, aku benar-benar nggak kenal sama kamu."

"Ya udah, kita tinggal kenalan aja. Kan kalau udah kenalan siapa tahu jadi sayang," ucap Gabriel seraya mengulurkan tangan dan kembali bicara, "Gue Gabriel, mahasiswa yang berstatus jomlo karena menunggu jodoh yang ternyata sekarang sudah berada di depan mata."

"El!!"

Inara mengembuskan napas lega. Ia tidak perlu menyambut uluran tangan di hadapannya, sebab dari balik punggung lelaki itu ada Rashi yang tengah berjalan menghampiri mereka.

"Lo ngapain? Ayo, katanya mau antar gue ke toko buku. Pestanya kan udah selesai." Rashi sudah berada di samping Gabriel, menarik tangan sang sahabat selayaknya anak kecil yang tengah merengek.

"Bentar, ini gue lagi kenalan sama bidadari yang nyasar ke hati gue." Gabriel melepas dengan lembut tangan Rashi, kemudian kembali mengulurkan tangannya, "Nama lo siapa, Mbak?" Padahal ia sudah tahu sih, hanya saja mencari perhatian sedikit tidak masalah, kan? Anggap saja Gabriel sedang berusaha.

Rashi kelihatan tidak suka, sebab Gabriel yang tampak tertarik dengan mantan kakak iparnya. Sementara Inara masih diam dan tidak memberikan reaksi apa pun dengan pengenalan sosok Gabriel, si lelaki yang membuat dirinya malu.

"Nggak usah dipaksa. Dia nggak mau kenalan sama lo," ucap Rashi menyuruh Gabriel menyudahi acara perkenalan yang tidak disambut dengan baik oleh Inara. "Udah mending kita pergi aja, gue udah siap nih!" ajaknya lagi.

Gabriel mengembuskan napas pelan, padahal dia sedang berusaha mendekati bidadarinya, tetapi Rashi malah mengacaukan seperti ini. Untung saja Rashi adalah sahabatnya, yang mana bisa Gabriel marah gadis itu.

"Iya, ayo deh. Bawel banget sih, lo!" Gabriel gemas sendiri. Tetapi, sebelum ia pergi dari hadapan Inara, lelaki itu kembali berkata, "Nanti gue pastikan kalau kita ketemu lagi dan jangan harap lo bisa menghindar."

Inara menatap kepergian Gabriel bersama dengan Rashi. Melegakan sekali karena ia tidak perlu berlama-lama menghadapi lelaki itu dan Inara harap untuk apa yang Gabriel katakan, tidak akan pernah terjadi.

"Astaga, kenapa sih ketemu dia kayak gini? Kayaknya aku harus waspada."

**

"Lo kenapa nggak bilang kalau kenal cewek cantik kayak dia?"

Sudah dua kali Gabriel mengatakan hal yang sama dan itu membuat Rashi mendengkus. Sebab ia tidak suka, apalagi harus membahas perempuan yang menyebalkan seperti mantan istri kakaknya. Dan sepertinya Gabriel melupakan fakta perihal Rashi tidak menyukai Inara, sebab masa lalunya.

"Bisa nggak, jangan bahas dia melulu. Gue lagi nggak mood buat membahas sesuatu yang kurang penting." Rashi tampak sewot yang membuat Gabriel akhirnya diam. Kalau sudah begini, Gabriel memilih untuk tidak membuat sahabatnya semakin kesal.

Rashi benar-benar tidak suka saat Gabriel terus membahas Inara seperti ini. Cemburu? Ya, anggap saja begitu. Padahal Rashi sedang berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengatakan perasaan yang dia miliki kepada Gabriel, tetapi lelaki itu malah membahas perempuan lain.

Akhirnya setengah perjalanan mereka, di mana Gabriel yang menepati janji mengantar Rashi ke toko buku, hanya terisi keheningan dan keduanya sama sekali tidak berniat untuk memulai obrolan lagi. Pun yang Gabriel pikirkan sekarang adalah bagaimana dirinya bisa bertemu dan dekat dengan mantan istri Sean?

Gabriel mengutak-atik ponselnya, bertukar pesan dengan Lea sembari menunggu Rashi yang sudah sibuk dengan dunianya. Ya, akhirnya Gabriel memilih menunggu Rashi selama berada di toko buku sebab mood gadis itu yang kurang bersahabat. Dari pada melihat Rashi yang uring-uringan, lebih baik ia menyetujui apa yang sahabatnya mau.

"Lama banget sih. Gini kalau lagi sama pacar, sahabat sendiri dilupakan," gerutu Gabriel yang tengah menunggu balasan pesan Lea. Ia bertanya perihal Inara pada Lea, apakah perempuan itu masih berada di rumah Sean atau tidak?

Ting! Gabriel langsung membaca pesan masuk setelah mendengar notifikasi ponsel miliknya. Dugaannya benar, pesan tersebut berasal dari Lea. Namun, senyumnya luntur setelah membaca pesan tersebut.

Lea : Mbak Nara baru aja pulang. Lagian udah selesai juga acaranya, dia punya urusan lain kali.

"Urusan apa sih? Harusnya gue lebih penting dari urusan itu." Gabriel kembali menggerutu. Ah, kesempatan dirinya untuk bicara dengan Inara harus musnah begitu saja. Ia harap di kesempatan lain, momen mereka akan pas.

Gabriel benar-benar sudah dibuat terpesona karena sosok Inara. Kali ini ia tidak akan menyerah begitu saja dan akan berjuang untuk mendapatkan hati perempuan tersebut. Jangan sampai kisah cintanya kembali menyedihkan dan Gabriel harap tidak akan ada cinta bertepuk sebelah tangan jilid kedua.

Di tempat lain, Inara baru saja sampai di apartemen tempat tinggal Lolita. Setelah pulang dari acara ulang tahun anaknya, ia memilih mengunjungi apartemen teman sekaligus asistennya tersebut. Sebab Inara ingin bertanya perihal jaket.

"Kado buat anak kamu yang aku titip udah kamu kasih, kan, Ra?"

Kalau di luar pekerjaan mereka tampak santai, malah Inara sekarang sedang merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur milik Lolita, sementara temannya itu tengah duduk di sofa sembari menatap layar laptop yang menampilkan sebuah drama cina.

"Udah, kenapa kamu nggak ikut aja sih tadi? Biar aku juga nggak sendirian, Ta." Inara tidak berhasil mengajak Lolita pergi ke pesta, jadinya ia yang pergi sendiri setelah mereka melakukan pekerjaan bersama.

"Kan nggak di undang, Ra. Masa aku tiba-tiba datang ke rumah mantan suami kamu."

"Perginya kan sama aku."

"Malas, Ra. Habis kerja tadi, aku membucin sama drama cinta," balas Lolita yang membuat Inara mendengkus. Temannya kalau sudah bucin drama, memang tidak bisa dipisahkan.

"Omong-omong, jaket yang waktu itu aku minta tolong kamu kirim ke tempat laundry, udah diambil, Ta?" Tujuannya datang ke sini adalah untuk ini, Inara harus memastikan jaket milik lelaki bernama Gabriel tadi.

Lolita yang sejak tadi serius menonton, tampak menekan tombol pause dan menatap Inara penuh tanya. Ia hampir lupa bertanya perihal jaket tersebut, yang masih belum mendapatkan penjelasan apapun dari Inara.

"Kemarin udah aku ambil, tapi aku lupa kasih ke kamu. Memangnya itu punya siapa sih, Ra? Aku kok asing banget sama jaketnya."

"Jaket punya teman," balas Inara penuh kebohongan. Teman dari mana, ia saja baru mengetahui nama lelaki itu tadi, itu pun secara tidak sengaja karena mereka bertemu kembali.

"Masa? Jujur aja, Ra. Kamu udah punya pacar lagi, kan? Nggak apa-apa tahu, Ra. Aku malah senang karena kamu bisa moveon dari masa lalu, sekarang waktunya kamu menatap masa depan." Lolita senang saja kalau ternyata Inara memiliki pasangan, temannya itu berhak bahagia dan Lolita akan mendukungnya.

"Jadi siapa pemilik jaket itu, Ra? Bisa kali kamu kenalkan sama aku?"



Nikah Yuk, Mbak! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang