Perjodohan dini

569 105 14
                                    

Jangan lupa tinggalkan komentar kalian agar cerita ini bisa lebih ramai...

Satria yang berada di dalam kamar telihat sedang sibuk mempersiapkan diri untuk menghadiri acara makan malam hari itu.
Sesaat kemudian ia segera menggeser posisi tubuhnya menghadap cermin, dan tanpa sengaja akhirnya menemukan kertas yang sebelumnya Satria tempel di kaca.

Al lantas mengambil sepucuk kertas itu dengan tulisan tangan yang berisi ancaman buat Al agar dia tidak lagi melibatkan Satria ke dalam masalah. Namun tentu saja Al tidak menganggapi nya dengan serius dan justru hanya tersenyum tipis lalu melempar kertas itu kedalam tempat sampah.

Sebelum keluar menyusul Ayunda yang menunggu di luar, dia menyempatkan diri untuk menelpon Rafael terlebih dulu, karena sebelumnya dia sudah sempat janji sama anak-anak lain buat nongkrong bareng di markas besar Black Wolf malam ini. Namun berhubung dirinya tiba-tiba ada kegiatan penting di luar jadi nya dia terpaksa harus membatalkan janji nya itu.

Rafael berserta anak-anak black wolf yang sudah tiba di Markas telihat berdiri di luar menikmati angin malam sambil menunggu kedatangan Satria, sampai handphone milik Rafael yang berada di dalam markas berbunyi.

Pemuda itu bergegas mengambil handphone yang berada di atas meja, di mana nama Satria langsung tertera di layar panggilan telepon.

"Halo."

"Halo, Raf lu ada di mana sekarang." Tanya Satria.

"Gua sudah ada di markas, nih anak-anak semuanya juga sudah pada ngumpul dan lagi nungguin lu, lu jadi kan datang kesini?" Tanya nya.

Sambil menjawab telepon Satria berjalan ke tempat tidur, duduk di pinggir kasur sambil memasang jam tangan hitam di pergelangan tangan kiri seraya menempelkan telepon itu ke telinga dengan menekannya menggunakan bahu.

"Sorry bro, sebenarnya gua cuma mau ngasih tau lu kalau gua gak bisa datang malam ini."

"Kenapa?"

"Gua juga ada janji sama nyokap buat makan malam sama calon tunangan gua."

"Ha? Tunangan lu! yang bener." Ujar Rafael antara percaya sama tidak dengan ucapan Satria barusan, lagian Satria juga belum pernah cerita soal masalah pertunangan dia ke siapapun terutama ke sahabatnya, Rafael.

"Kok lu gak pernah cerita sih soal masalah itu ke gua."

"Mungkin Satria masih belum siap buat ceritain masalah ini ke orang lain, tapi ya sudahlah kan lu juga akhirnya sudah tau kabar itu dari gua, sama saja kan."

"Iya sih!"

Di sela perbicangan mereka berdua, Ayunda yang akan segera berangkat datang menyusul Satria ke kamar.

"Al, kita harus sudah berangkat sayang." Teriak Wanita dari luar kamar.

"Iya bunda. Kalau gitu sudah dulu ya sob, gua harus cabut sekarang."

"Ok, hati-hati, salam buat bunda dan calon mertua lu."

"Hehehe, siap."

Singkat waktu, mereka berdua akhirnya sudah lebih dulu tiba di restoran, menunggu kedatangan calon tunangan Satria yang katanya sebentar lagi akan tiba.

Sekurang-kurangnya hampir lima belas menit'an mereka menunggu di tempat itu, hingga akhirnya dari kejauhan tampak seorang wanita dewasa yang baru tiba di dalam, dari gelagat nya sepertinya wanita itu sedang mencari seseorang.

Ayunda yang mengenali wanita itu lantas bangkit dari kursi lalu menghampiri wanita yang datang bersama wanita yang telihat lebih muda dari nya.

"Bunda kesana dulu ya."

SATRIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang