Temenan

297 65 8
                                    

"Assalamualaikum ya ahli kubur." Ujar Satria. Menghampiri anak-anak black wolf yang lagi asyik nongkrong di kantin sekolah di selah jam istirahat berlangsung.

"Waalaikumussalam." Jawab mereka.

Satria mulai menarik kursi, duduk di salah satu bangku yang masih kosong di samping Rafael.

"Nih buat lu semua." Satria kemudian meletakkan sekantong plastik putih ke atas meja yang entahlah isi nya itu apa?

"Apa nih, makanan yah." Ujar Bima selagi mulai mengecek isi plastik itu. Dan tenyata bungkusan itu hanya berisi 4 kota kurma untuk mereka berempat.

"Kurma coi." Cetus Rival.

"Asli gak nih."

"Sudah pasti asli lah. Itu tuh kurma terbaik yang di impor langsung dari tanah Abang, masih baru banget lagi gua belinya di penjual asongan." Ujar Satria.

"Gua kirain dari Arab langsung." Timpal Bima.

Mau banyak protes bagaimana pun, mumpung di kasih nya juga gratis mereka pasti gak bakalan bisa nolak.

Satu persatu dari mereka lantas segera mengambil kurma masing-masing, menyantap kurma pemberian Satria itu dengan lahap kecuali Rafael yang duduk tepat di samping cowok itu dengan sikap dia yang kalem.

"Lu kenapa gak makan." Tanya Satria ke Rafael yang hanya diam sambil memandangi yang lain tengah sibuk menyantap kurma mereka.

"Buat apa lu ngasih kita hadiah kaya ginian, perasaan ini bukan hari ulang tahun lu. Gua curiga pasti ada sesuatu kan."

"Hehehe." Satria lantas cengengesan mulai menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"Eeh... Sebenarnya gua cuma mau bilang sesuatu ke kalian semua. Kalau semalam itu gua habis nembak Aviva loh."

"Uhukk..."

Mendengar ucapan Satria barusan sontak mereka yang sedang makan hampir tersedak karena terkejut, mereka masih tidak yakin kalau Satria benar-benar melakukan hal itu.

"Serius lu, lu nembak Aviva nya langsung di depan dia." Ujar Rafael.

"Mm, Yah nngga sih, gua bilang nya cuma lewat surat doang."

"Yaelahh.."

"Gua kirain lu bilang langsung ke dia." Timpal Bima.

"Niat nya sih begitu, tapi keburu ayah dia datang jadi nya gua gak berani bilang."

"Gak gentle lu sob. Kalau Satria yang turun tangan dia pasti sekalian langsung minta restu ke bokap nya Aviva."

"Bener tuh." Ujar Rival dan Farhan setuju dengan ucapan Bima.

"Hmm! mau gimana lagi memang gua nya gak seberani Satria sih." Ucap Satria minder, lalu menarik tubuh nya bersandar pada sandaran kursi.

Sesaat Rafael melirik ke arah sahabat nya itu. Dia cuma takut kerena omongan Bima dan yang lainnya itu justru merusak perasaan suasana hati Satria.

"Lu bertiga seharusnya gak boleh samain Al sama Satria kaya gitu walaupun pun mereka berdua memang orang yang sama, ngerti lu. Memang benar kalau Satria jauh lebih berani kalau soal ngadepi para bajingan brengsek di luar sana, tapi dia belum tentu seberani Al yang mau jujur soal perasaan dia ke Aviva.

Lagian gua itu sudah kenal banget sama Satria jauh sebelum kalian bertiga, maka nya gua tau betul karakter dia itu kaya apa. Walaupun Satria hebat dalam hal berantem tapi dia sangat lemah kalau soal hubungan, jadi dengan adanya Al setidaknya itu sedikit membantu Satria

Yah Minimal lah membantu Satria bisa lebih dewasa, buat dia juga berlajar untuk lebih bertanggung jawab sama hubungan dia kan." Ucap Rafael.

Omongan Rafael barusan seketika membungkam mereka bertiga

SATRIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang