bullying

378 91 4
                                    

"Bunda Satria berangkat dulu." Teriak Satria dari depan pintu. Berjalan, lantas menaiki motor.

Mendengar teriakkan Satria, Ayunda yang berada di dapur segera berlari keluar menyusul nya.

"Tunggu-tunggu, kamu gak lupa buat jemput Aviva kan."

"Hm. Harus banget ya Satria yang datang buat jemput dia, kenapa tidak minta dia yang datang ke sini saja sih, gua malas lah bunda."

Karena tingkat Satria yang seperti itu, membuat Ayunda jadi geram melihat sikap ketidak pedulian dia, dirinya lantas saja langsung menjewer telinga putra nya itu.

"Awww..."

"Kamu ini memang gak ada peduli nya sama sekali ya ke Aviva. Memang apa susah nya sih jemput tunangan kamu dulu." Ucap nya seraya melepaskan telinga Satria.

"Ahh_sakit bunda."

Satria mendesis, meringis sambil menggosok kuping dia yang memerah.

"Tunangan dari mana, masih belum." Tegas nya. "Lagian siapa juga yang mau tunangan sama cewek kaya dia, kaya gak ada cewek lain aja."

"Jangan banyak bicara atau bunda gak bakalan ngijinin kamu keluar malam ini, gimana!?"

"Aah_bundah mah gitu." Satria segera menekuk bibir nya lesu.

"Sudah sana buruan jemput Aviva."

Dengan wajah ditekuk, Satria mulai menghidupkan mesin motor, berjalan keluar dari gerbang rumah untuk segera menjemput Aviva.

"Satria."

Mendengar teriakkan yang memanggil nya lantas membuat Satria secara spontan menoleh.

Tenyata Rafael dan yang lain sudah berada di depan gerbang menunggu Satria untuk ke sekolah bersama. Satria bahkan tidak tau kalau mereka sudah ada di sana sejak kapan.

"Lu semua sejak kapan di sini."

"Sejak tadi." Jawab mereka bersamaan.

"Ya sudah yuk berangkat." Timpal Bima.

"Tunggu dulu, gua harus kerumah Aviva dulu."

Mendengar Satria menyebutkan nama Aviva langsung saja membuat jiwa jomblo mereka meronta-ronta untuk ingin menjahili pemuda itu.

"Kenapa lu semua senyum-senyum kaya gitu ke gua."

"Ciee.. kaya nya ada yang bakalan segera melepas masa lajangnya nih." Ledek Rafael.

"Maksud lu."

"Sekarang lu kelihatan nya makin hari makin dekat aja nih sama Aviva."

"Maklum lah namanya juga calon istri, jadi harus di jaga sebaik mungkin, takut nanti lecek." Sambung Farhan.

"Jadi kapan nih lu bakalan sebar undangan, lu gak bakalan lupa buat ngundang kita semua kan." Lanjut Rival tidak ketinggalan ikut menggoda Satria.

"Gua gak paham sama omongan lu semua. Lagian gua ngelakuin semua ini juga bukan karena kemauan gua, ngerti lu pada."

Satria tanpa lanjut meladeni mereka segera tancap gas menuju ke rumah Aviva. Sementara yang lain mengikuti pemuda itu dari belakang. Jarak rumah Satria dan Aviva terbilang tidak terlalu jauh, jadi hanya beberapa menit saja dia sudah sampai di rumah gadis itu.

SATRIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang