Perjalanan ke Bogor

235 60 4
                                    

Akhir dari pertempuran malam itu berhasil di menangkan oleh anggota Black Wolf, setelah mereka selesai menumpas Alex dan semua anggota Ghost rider.

Walaupun harus pulang dengan wajah penuh luka lebab, namun setidaknya pertempuran itu tidak berakhir sia-sia.

"Buset gua cape." Keluh Ryan menopang sikunya ke atas bahu Rafael.

"Lu pikir cuma lu doang." Balas nya ngos-ngosan.

"Lu mah enak, gua nih dari tadi berantem sama mereka sambil nahan sakit perut tau gak, untung saja gua masih bisa ngalahin mereka semua."

"Salah makan lu mungkin."

"Lebih tepatnya si Bima lagi datang bulan tuh." Celetukan Farhan.

"Tai lu."

Terlihat dari kejauhan tampak Satria dan Aviva yang baru keluar dari dalam markas. Berjalan menghampiri mereka sambil Satria mengandeng tangan Aviva memastikan agar Aviva aman bersama nya.

"Syukur deh lu berdua baik-baik saja." Ucap Rafael.

"Bagaimana dengan lu semua, gak ada yang sampai sekarat kan."

"Ada nih si Bima dari tadi sekarat nahan boker." Sahut Rival yang saat itu tengah memikul Bima yang sudah pucat, lemas akibat sakit perut.

"Gua udah gak tahan nih, cabut yuk."

"Ya sudah kita pulang yuk. Kasihan nih anak orang nanti takut nya malah boker di celana lagi." Ujar Rafael.

Sebelum pergi. Satria terlebih dulu menghampiri Alex yang masih terbaring di tanah, meringis meratapi diri atas kekalahan dia.

"Lain kali sebelum lu cari gara-gara sama gua, sebaiknya lu persiapin diri lu buat bisa ngadepin gua, kalau engga lu bakalan tetap berakhir kaya gini lagi."

"Huh, Gak usah sombong lu. Ini itu baru permulaan. Lain kali gua pasti bakalan bisa ngalahin lu."

"Sebenarnya gua bingung sama lu, perasaan gua ataupun teman-teman gua gak pernah tuh cari ribut sama lu sebelum nya, terus kenapa lu malah nganggap gua sebagai musuh."

"Gua gak perlu kasi tau alasan nya ke elu. Tapi bagaimana pun juga gua gak bakalan kalah lagi dari lu."

Sudah babak belur begitu, sikap songong Alex nyatanya tidak pernah berkurang dan masih saja berani nantangin Satria untuk berduel sekali lagi dengan nya.

Tapi Satria bukan nya kesal, tapi malah mengapresiasi sikap semangatnya Alex.

"Kalau luka lu sudah sembuh, lu bisa temui gua lagi jika lu sudah siap."

Satria memutar tubuhnya pergi dari hadapan Alex. Namun sebelum nya ia menengok beberapa saat lalu melirik kebelakang.

"Dan gua harap suatu saat nanti lu bisa berteman baik sama gua, seperti yang di lakuin Ryan sama Aariz." Ucap Satria. Kemudia segera melenggang pergi meninggalkan Alex yang terdiam karena perkataan Satria.
.
.
.
Ding... Dong... Ding... Dong...

Sudah sejam lamanya sejak Satria tiba di rumah, dan yang di lakukan nya hanya melamun menatap jarum jam yang tergantung di dinding, di seberang tempat tidur dia.

Sambil rebahan di atas kasur. Satria tampak gelisah, sesekali melirik kearah handphone yang berada tepat di sebelah dia. Saat ini Satria bingung, mau nanyain keadaan Aviva sekarang tapi dia nya juga gak berani ngechat Aviva duluan. Ini mah mau kelihatan perhatian tapi kehalang gengsi duluan.

"Apa gua telpon aja dia sekalian ya. Tapi buat ngechat saja gua gak berani, apa lagi bicara langsung sama dia." Saking bingungnya Satria mulai mengoceh sendiri.

SATRIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang