musyawarah

232 59 0
                                    

Terimakasih buat kalian yang sudah mampir☺️ jika bisa bantu tolong ramai yah.

Typo di mana-mana!

"Karena Satria nya juga sudah datang, jadi mari kita bahas kembali tentang rencana pertunangan kalian. Sesuai yang sudah kami bicarakan tadi, kami berempat inginnya prosesi pertunangan kalian di lakukan di waktu dekat ini, tapi sebelum kami memutuskan lebih lanjut, kami juga ingin mendengar pendapat kalian dulu." Ujar ayah Aviva.

"Kalau menurut Satria sih om, semakin cepat maka akan lebih baik. Lebih bagus lagi kalau pertunangan kami di lakukan sebelum ujian akhir nanti."

"Om setuju sama kamu. Terus bagaimana dengan kamu Aviva, apa kamu sependapat sama Satria?"

Aviva sementara itu masih bingung. Dia lalu menatap ke arah Satria, berharap bisa mendapat jawaban untuk pertanyaan itu.

"Lu gak usah khawatir." Ucap Satria yang hampir seperti sedang berbisik karena suaranya yang amat pelan, mencoba meyakinkan Aviva.

Aviva tersenyum tipis. Lalu melihat kearah ayahnya kembali.

"Aviva setuju kok pa sama Satria." Setelah meyakinkan diri, Aviva akhirnya membulatkan niat dia untuk menerima pertunangan itu.

"Bagus. Kalau begitu ayah pengen pertunangan kalian di laksanakan Minggu ini, soal persiapan kalian tidak perlu khawatir biar kami yang mengurusi semuanya dan kalian fokus belajar saja dulu."

"Iya pa."
"Iya om."

Orang tua Aviva dan Satria jelas terlihat senang dengan keputusan mereka berdua. Dan sesuai rencana pertunangan mereka akan dilakukan sebelum ujian semester akhir di mulai.

Malam terasa berlalu begitu saja. Berganti menjadi senja pagi yang langsung menyapa Satria yang baru terbangun menemukan diri nya sudah berada di dalam kamar.

Setelah mengistirahatkan tubuh beberapa saat setelah bangun tidur, Satria segera meraih dan mematikan jam alarm yang sedari tadi berbunyi dengan terlihat malas.

Karena kepribadian Satria yang asli kini sudah kembali. Jadi dia sama sekali tidak ingat apapun soal kejadian malam tadi begitu juga sama kejadian beberapa hari yang lalu, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Pemuda itu lantas segera meninggalkan tempat tidur, lalu melakukan aktivitas pagi seperti biasa sebelum berangkat ke sekolah.

Saat sibuk memasukkan buku yang akan ia bawa kedalam tas, kening Satria mengerut setelah melihat tangan dia yang terlihat memar.

"Ini gua habis ngapain." Tanyanya

Ia segera mengambil salep dari dalam kotak p3k lalu mengoleskan salep itu ke lukanya.
Sampai tiba-tiba terdengar suara gemericik pesan yang masuk dari handphone dia yang dikirim sama Rafael.

"Gua sudah sampai di sekolah, temui gua di tempat biasa." Tulis Rafael.

Setelah di rasa tidak ada barang yang tertinggal. Satria secepat mungkin mulai bergegas untuk ke sekolah. Setibanya ia segera menemui Rafael yang sudah menunggu dia di rooftop.

"Kenapa lu nyuruh gua kesini." Tanya Satria sambil berjalan mendekati Rafael yang tengah duduk di tumpukan kotak kayu dan bahan-bahan bekas renovasi.

"Lu Al apa Satria." Tanya Rafael balik memastikan apa Satria yang ada di hadapan dia sekarang itu masih Al atau bukan.

"Gua Satria. Apa ada yang mau lu omongin sama gua."

"Gua sebenarnya cuma mau ngasih tau lu, kalau Ryan sama Aariz itu sekarang sudah jadi anggota Black Wolf. Al sudah ngelakuin tugas dia dengan baik kok, cuma gua tetap nasehatin lu agar jangan sampai lengah sama mereka berdua."

SATRIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang