48 - Jedag-jedug

126 9 0
                                    

Assalamu'alaikum temen-temen ^^

SELAMAT MEMBACA

SEMOGA SUKA, YA ^^

--- >•< ---

Azhar masih terheran dengan sikap Zahira. Terhitung tiga hari ini kembarannya itu memintanya untuk berangkat bersama. Biasanya, Zaahira paling malas kalau harus membonceng Azhar ke sekolah. Sedangkan tiga hari ini berbanding terbalik dengan biasanya.

"Gue masih heran sama lo deh, Zah," tanya Azhar setelah melepas helmnya.

"Heran kenapa?" tanya Zahira.

"Lo biasanya cerewet kalau sama gue, tiga hari ini lo jadi pendiem, terus minta tebengan gue kesekolah," jawab Azhar.

"Enggak boleh?" tanya Zahira.

"Gue enggak bilang gitu, ya!"

"Yaudah apalagi yang di permasalahin?"

"Lo kemarin habis ngobrol apa aja sama Isham? Jadi beda gini? Dia ngomong macem-macem ke lo, ya?"

"Kok jadi sampai temen lo, sih. Enggak ada hubungannya, Bang. Lagian enggak baik, lo aja enggak denger apa-apa tapi bilang gue beda karena temen lo. Takutnya fitnah, Bang."

'Lo salah kalau bilang gue enggak denger apa yang lo berdua omongin, Zah. Gue pura-pura main hp doang dan jarak lo berdiri sama gue duduk deket. Gimana gue enggak denger?' jawab Azhar dalam hati.

"Yaudah maaf," jawab Azhar.

"Gue duluan ke kelas. Nanti pulangnya gue tunggu di parkiran aja jadi lo enggak perlu nunggu gue depan kelas."

"Iye, sono lo."

-🌻🌻🌻-

Zahira sibuk membalikkan catatam milik Adiba sebab binggung harus memulai dari yang mana. Dua sahabatnya itu meinggalkannya sendirian di kelas. Tidak, lebih tepatnya Zahira yang menyuruh kedua sahabatnya itu. Jabatannya di kelas sebagai sekretaris menuntutnya untuk menulis catatan dua kali, di papan tulis untuk temannya satu kelas lalu menyalin kembali di buku catatannya untuk dirinya sendiri.

Di tengah fokus pada kegiatannya menyalin catatan milik Adiba, kursi di sampingnya ada yang menggeser. Zahira tidak mengubris, ia tetap fokus dengan kegiatannya mencatat sebab takut nanti tidak sempat.

"Fokus banget sih, Zah," ucap siswi itu.

Zahira menghentikan jarinya yang menari di atas buku bersama penanya. Lalu menoleh kesamping mendapati siswi dengan jilbab di kapalanya. Zahira terkejut, langsung memeluk siswi itu saat menyadari siapa dia.

"Sinta?! Lo cantik banget asli, Sin! Masyaallah," ucapnya penuh kekaguman pada salah satu teman sekelasnya itu.

Sinta tertawa, lalu meminta pendapat Zahira tentang penampilan terbarunya itu, "Cantik enggak gue?" tanya Sinta.

"Lebih dari cantik ini sih, Sin! Asli beneran deh, gue enggak bohong. Masyaallah temen gue," ucap Zahira masih dengan tatapan kagum pada Sinta.

"Ah, lo jangan lihatin gue gitu, Zah. Gue malu," kata Sinta.

"Lo cantik gini kenapa malu, sih? Eh, bentar, kok gue enggak nyadar dari pagi kalau lo udah pakai jilbab, ya?"

"Lo, sih, mikirin apa? Banyak pikiran ya lo pasti."

"Gue nanya lo apa, Sin?"

Sinta tertawa, "Lo aja yang enggak nyadar dari pagi."

"Baaru hari ini, kan? Kayanya kemarin lo belum pakai."

Secret FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang