part 9

26.4K 1.1K 29
                                    

"bahkan kalkulator pun tak bisa menghitung seberapa cintaku padamu"

-Rayyan Alfarizqi
.
.
.
.
.
~RAYYAN CEO~

Tepat pagi ini Rayyan dan Zulfa akan pindah rumah, meski rumahnya dengan rumah orang tuanya tidak terlalu jauh tapi tetap saja Umi Rayyan jadi merasa kesepian di rumah.

Tidak bisa lagi bercerita panjang lebar, tidak ada yang membantu memasak, ah rasanya sangat kurang jika Zulfa tidak tinggal di sini.

"Sebenarnya Umi kurang setuju sama keputusan kalian, tapi mau gimana lagi."

"Maaf ya mi, tapi Rayyan juga udah punya tanggung jawab tersendiri untuk istri Ray," Umi Farida mengangguk mengerti.

"Umi mengerti, kalau memang itu yang terbaik Umi nggak bisa larang. Jaga istri kamu baik baik jangan sampe kamu buat dia terluka, kamu harus ingat pesan Umi Ray hati seorang wanita itu bagaikan kaca yang gampang sekali rapuh. Kalau ada masalah tolong bicarakan dengan kepala yang dingin jangan terlalu gegabah dalam mengambil keputusan."

Keduanya mengangguk mengerti. 

"Kalau gitu kami pamit dulu yah mii, assalamualaikum," ucap Zulfa lembut menyalimi tangan mertuanya di ikuti oleh Rayyan.

"Iya nak, waalaikumussalam."

Ceklek

Rayyan dan Zulfa membuka pintu rumah mereka, mata wanita itu seketika langsung terhipnotis dengan hiasan rumah, banyak tulisan kaligrafi di dalam sana, dua kata untuk rumah ini sangat luas dan mewah.

"Mas kayanya rumahnya kebesaran," celetuk Zulfa masih memandang setiap sudut inci rumah.

"Nggak sayang."

"Ini kebesaran lho mas, mana kita tinggalnya cuman berdua."

"Nanti juga rame."

"Di ramein siapa?" tanya Zulfa polos.

"Anak anak kita," jawab Rayyan tanpa beban.

Zulfa yang mendengar itu seketika pipinya langsung memanas, plss kenapa kata-kata yang keluar dari mulut suaminya itu selalu saja membuatnya salting.

Meski dengan begitu Zulfa juga masih belum siap untuk menyerahkan kesuciannya kepada Rayyan, bisa dibilang dia adalah istri yang jahat karna tidak memberikan hak batin kepada suami.

Lain lagi dengan Rayyan, dia akan terus menunggu wanita itu sampai dia benar-benar siap menyerahkan tubuhnya kepada dirinya, namun kadang nafsunya tidak bisa di kontrol saat melihat istrinya tertidur di atas tempat tidur dengan damainya.

Terkadang ada bisikan yang membuat dirinya mati-matian menahan gejolak panas yang sudah memuncak dalam dirinya.

"Ke kamar yuk."

Rayyan menggandeng tangan istrinya untuk naik ke lantai atas yang di ketahui adalah kamar mereka berdua.

Rayyan fokus mengeluarkan baju di koper untuk menyusunnya di lemari, kegiatannya terhenti saat Zulfa memanggilnya.

"Mas-" Panggilnya.

"Kenapa sayang? Kamu butuh sesuatu?"

RAYYAN CEO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang